Mohon tunggu...
Firza Auliya Akbar
Firza Auliya Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Tingkat Akhir

Penulis Pemula

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Empirisis dan Rasionalis Filsafat

28 April 2020   01:11 Diperbarui: 28 April 2020   01:04 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pernahkah kita berfikir bagainama kuda yang kita lihat itu dinamakan atau disebut sebagai kuda ? Bagaimana kita mengerti bahwa hewan dengan empat alat gerak berwarna hitam cokelat memiliki poni dan dan bersurai serta meringkik itu adalah kuda. Atau bagaimana kita mengetahui nama hewan tersebut adalah kuda ? Bagaimana dengan matahari, pohon, hewan dan eksistensi lainnya ? Bagaimana bisa kita bersepakat diantara 7.5 miliar manusia di dunia bahwa hewan dengan deskripsi seperti diatas adalah kuda, walaupun berbeda bahasanya.

Jelas ada yang membuat semua kebetulan ini. Jika kita menjawab semua itu ada karena konsepsi masal, maka bagaimana, yang memberikan ide untuk penyebutan terhadap makhluk itu memiliki ide tersebut ?, jika ada pencetus dalam konsepsi masal itu. Atau bagaimana bisa, semua orang dapat berpikiran sama bahwa deskripsi untuk kuda adalah seperti deskripsi diatas ?, sehingga melahirkan penyebutan "kuda" untuk hewan kuda.

Menurut para filosof rasionalis, seperti Descartes atau juga Plato, akal lah sumber semua ini. Pikiran kita yang menyebabkan ada kata "kuda" dalam kamus kita untuk hewan yang meringkik, berkaki empat dsb. Aliran filosof rasionalis percaya bahwa kita, manusia, dimana didalam akal kita, sudah dibekali sebuah 'ide' tentang alam sekitar dan bagainama dunia kita ini. Pada contoh kasus kuda tadi, kata kuda akan melekat pada hewan yang meringkik, dan berbagai deskripsi lainnya, karena sudah ada 'kuda ide' di otak kita, di akal kita, dipikiran kita. Ide itulah yang memunculkan kata "kuda" untuk kuda yang sebagaimana kita saksikan di dunia ini. Ketika kita melihat hewan kuda, 'kuda ide' kita akan muncul, seolah kita pernah melihat kuda itu terwujud sebelumnya. Dari sanalah kita mengatakan bahwa hewan yang meringkik, memiliki empat alat gerak dan lain-lain, kita sebut sebagai kuda. Karena dipikiran kita sudah ada 'kuda ide' bawaan tadi. Hal ini diperkuat bahwa jika kita mengajukan teori konsepsi masal, mengapa bisa terjadi ide yang sama ?, karena setiap kita (manusia) punya pikiran, dan pikiran kita sudah dibekali dengan 'kuda ide', lebih khusus lagi 'ide' itu sendiri. Sehingga akan menghasilkan konsep kuda yang sama, karena tiap individu memiliki 'kuda ide' di kepalanya. Maka akan mudah menyepakati bahwa itu adalah hewan kuda.

Namun hal ini disanggah oleh kalangan filosof empirisis. Hume, Locke, mereka menyatakan bahwa pengetahuan yang kita miliki berasal dari indra. Pendengaran kita, pengelihatan, rabaan, pengecap, serta hidung kita semua berfungsi membentuk pengetahuan kita tentang dunia ini. Dengan pendengaran kita, kita mendapatkan pengetahuan bahwa kuda itu meringkik, mata kita menambahkan bahwa bentuk dan warna rambut kuda seperti kuda yang kita lihat saat ini. Hidung kita turut menyumbang bau kuda, juga indra lainnya pun berperan terhadap pengetahuan kita. Jika rasionalis mengatakan bahwa yang kita sebut kuda di dunia kita saat ini berasal dari 'kuda ide' dalam kerajaan 'ide' dipikiran kita, maka sebutan kuda dari filosof empirisis berasal dari makhluk kuda itu sendiri. Kuda yang kita sebut "kuda", di dunia relitas kita ini berwujud seperti apa yang indra kita lihat, dengar, rasakan, dan kita ciumi. Alih-alih mengatakan bahwa ada 'kuda ide', kaum empirisis lebih percaya sebutan kuda itu karena indra kita menangkap makhluk itu, dengan wujud seperti itu, dengan warna seperti itu pula, dan kemudian karena keadaan makhluk itu seperti itulah kita menyebut sekaligus membedakan dan mengkategorikan, pengetahuan dari indra kita tentang makhluk kuda adalah "kuda" yang kita sebut esok, hari ini dan kemarin. Secara sederhana kita mengetahui kuda karena seperti adanya kuda itulah sehingga kita menyebut bahwa itu adalah kuda.

Dari situlah kita bisa menamakan banyak hal dikehidupan kita, dari sanalah pengetahuan kita berasal. Baik dari 'ide' maupun dari indra. Secara pasti keduanya berperan menciptkan merah untuk merah, apel untuk apel, dan ide dan indra untuk ide dan indra.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun