Mohon tunggu...
Firtsa Achmad
Firtsa Achmad Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Mahasiswa/Allah SWT

Hanya Manusia biasa yang ingin belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stigma Masyarakat yang Membuat Pasien Bohong ke Dokter

3 April 2020   15:41 Diperbarui: 3 April 2020   15:51 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat ini di seluruh dunia termasuk di Indonesia sedang dihebohkan dengan adanya virus Corona(Covid-19). Sampai saat ini WHO masih belum menemukan obat untuk virus yang satu ini. 

Jika sesorang terkena virus Coron (Covid-19) maka orang itu harus diasingkan dan diisolasi di tempat tertentu. Jika orang ini meninggal dunia karena virus Corona, maka jenazah orang itu tidak boleh dimandikan dan langsung dikubur. 

Hal ini yang menjadi stigma masyarakat Indonesia semakin menjadi-jadi. Stigma merupakan pikiran negatif dari seseorang terhadap orang lain atau suatu kejadian dihadapan mereka. 

Seringkali masyarakat Indonesia mencemooh orang yang positif terkena virus Corona dengan perkataan-perkataan buruk.  Memang benar, orang yang positif terkena virus Corona(Covid-19) harus diasingkan dari masyarakat agar virus tersebut tidakk menyebar ke orang lain, akan tetapi jangan sampai mulut mereka ikut mencemooh orang yang positif terebut. 

Cukup tubuh kita saja yang mengasingkan dari orang yang positif terkena virus Corona tersebut dan jangan sampai kita menggosipi orang tersebut di kehidupan masyarakat atau bahasa Jawa-nya disebut ngrasani.

Beda halnya dengan negara lain seperti di Wuhan, China.  Di Wuhan masyarakatnya saling mendukung dan menguatkan untuk menghadapi virus Corona. 

Di apartemen-apartemen  di kota Wuhan banyak sekali orang-orang yang berteriak dengan mengatakan "Wuhan jiayouu." yang artinay "Wuhan semangat." Hal ini yang seharusnya dilakukan oleh massyarakat Indoneia bukan malah mencaci maki orang yang positif terkena virus Corona tersebut. 

Dampak stigma masyarakat membuat pasien berbohong kepada Dokter terkait kondisi dirinya. Kalau sudah bohong, Dokter pasti akan salah mendiagnosa pasien. Alhasil pasien tersebut tidak diketahui apakah positif terkena virus Corona atau tidak. Semisal Dokter memeriksa suhu tubuh pasien dan diketahui suhu pasien tersebut 38 derajat Celsius. 

Kemudian Dokter menanyakan kepada pasien "apakah ada gejala batuk?." Si pasien menjawab "tidak ada dok." Nah, hal ini yang membuat Dokter menjadi bingung, padahal Dokter telah memperkirakan bahwa pasien tersebut pasti mengalami gejala batuk, tetapi si pasien bilang tidak. 

Alhasil Dokter kesulitan dalam mendiagnosa pasien. Pasien lebih baik berbohong tanpa mempedulikan kondisi tubuhnya daripada dihujat masyarakat karena kondisi tubuhnya. 

Seharusnya orang yang positif terkena virus Corona (Covid-19) harus diberikan dukungan moral agar si pasien tersebut kuat dalam menghadapi penyakitnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun