Anda sedang bingung dengan situasi saat ini? Kondisi pasar yang sepi ditambah naiknya harga bahan, tentu membuat Anda sedikit pusing.Â
Tenang, semua itu ada solusinya, sebagai pebisnis tentu Anda bisa melakukan banyak cara. Begitu pula dengan judul pembahasan kali ini "Omset turun? Coba naikkan dengan Community Marketing Model" menjadi salah satu ide yang bisa dilakukan.
Sebenarnya Anda tidak sendiri, semua merasakan hal yang sama, namun semua harus dihadapi dengan semangat dan tekad bahwa semuai itu pasti bisa diatasi. Begitu pula dengan bisnis yang sudah dibangun, amat sangat sayang bila harus putus di tengah jalan, apalagi sampai menutup usaha yang sudah dirintis sejak lama.
Tentu Anda pun sudah mengupayakan barbagai cara mulai dari melakukan promosi offline, promosi online melalui media sosial, atau bahkan ada yang mendatangkan selebgram untuk bisa mempromosikan bisnis, namun bila itu semua tidak bisa menaikkan omset usaha, ada satu cara lagi yang bisa dilakukan, yaitu melalui pemasaran berbasis komunitas yang disebut juga dengan "Community Marketing Model".
Aplikasi Community Marketing Model dalam Rangka Menaikkan Omset Bisnis
Sebagai seorang pebisnis, Anda mungkin sudah memiliki strategi tersendiri yang mungkin akan atau sudah Anda lakukan untuk bisa menggenjot omset usaha yang mengalami penurunan ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi saat ini pasti membuat Anda harus mulai berpikir kreatif, sehingga customer bisa dan mau datang ke tempat usaha Anda.
Customers are the reason you are in business. Keyakinan ini tentu dimiliki oleh setiap pebisnis. Oleh karena itu, perusahaan yang berorientasi pada pemasaran akan selalu mengacu kepada pelanggan dalam merancang setiap kebijakan bisnisnya.Â
Tidak hanya itu, para pebisnis termasuk tim yang tergabung dalam tim marketing akan berupaya untuk bisa mengenali dan menggali needs and wants para pelanggannya.
Untuk bisa mengenali "needs and wants" tersebut, sekaligus untuk bisa mendapatkan loyalitas pelanggan, maka berusaha untuk dekat para pelanggan menjadi wajib, cara ini disebut dengan "customer intimacy concept".Â
Sebenarnya tidak hanya sekadar dekat dengan para pelanggan, maka perusahaan termasuk pemilik bisnis pun ingin berusaha sangat dekat dengan para pelanggan, yang pada akhirya menjadikan munculnya community marketing model atau model pemasaran berbasis komunitas.
Pada dasarnya kedekatan dengan pelanggan sudah dilakukan oleh para pebisnis termasuk dengan tim marketingnya, namun biasanya hanya sekadar formalitas hanya sekadar hubungan antara penjual dan pelanggan.Â
Saat ini di mana terjadi perubahan bisnis, maka dekat dengan para pelanggan saja sudah tidak cukup, maka perlru dilakukan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dilakukan perusahan pesaing.Â
Community marketing bisa menjadi alternatif strategi yang menarik bagi para pebisnis untuk bisa memperoleh sustainable competitive advantage bagi perusahaan.
Community Marketing Model adalah Bagian dari Komunikasi Marketing
Istilah "community marketing model" mungkin jarang sekali didengar, apalagi hampir tidak ada literatur pemasaran yang secara khusus membahas tentang community marketing ini.
Sebenarnya pada hakekatnya community marketing adalah satu bagian dari marketing communication atau kalau melihat teori pemasaran yang sering dipelajari, community marketing ini merupakan bagian dari promotion mix.
Terdapat referensi menarik tentang community marketing, yang ditulis oleh Julie Wassom dalam artikelnya yang berjudul "Community Marketing Made Easy" dalam situs childrenexchange, yang disampaikan bahwa community marketing merupakan bagian dari promotion mix dalam bauran pemasaran (marketing mix).
Community marketing sendiri adalah suatu konsep yang digunakan dengan memanfaatkan komunitas masyarakat tertentu dalam mengkomunikasikan dan memasarkan produk perusahaan secara tidak langsung dengan loyalitas customer sebagai tujuan akhirnya.
Pada dasarnya dalam kondisi bisnis yang sedang sepi dan lesu, harus dilakukan suatu terobosan (breakthrough), dan tidak bisa kita hanya mengandalkan konsumen yang datang dengan suka rela ke tempat usaha kita.
Ada satu cara menarik yang sudah menjadi cara pemasaran lama dan bisa diaplikasikan dalam kondisi saat ini, ternyata pemasaran dari mulut ke mulut atau word of mouth communication yang sudah diakukan para pedagang sejak dulu kala, dan ternyata memiliki kekuatan yang luar biasa.Â
Hal ini menjadi dasar terwujudnya konsep community marketing, yang pada akhirnya para pembeli hanya membeli berdasarkan referensi dari komunitas yang menyebar pada teman, keluarga atau siapa pun yang bisa menjadi referensi.
Begitu pula dalam community, sebagai seorang pebisnis, maka dituntut berkorban, minimal waktu untuk masuk pada komunitas tertentu, dan ini yang membedakan model bisnis jaman dulu dengan jaman sekarang.
Pada dasarnya orang cenderung mencari referensi di dalam komunitasnya, karena sudah saling mengenal dengan baik, karena sejak lahir secara alami, manusia sangat tergantung pada lingkungan terdekatnya, yaitu komunitasnya.Â
Mulai dari komunitas terkecil, yaitu keluarga, komunitas sekolah, komunitas kerja, hingga komunits baru yang terbentuk karena adanya kesamaan hobi atau interest di antara para anggotanya.
Loyalitas yang kuat dalam suatu komunitas dan juga kekuatan pengaruh suatu komunitas terhadap individu anggotanya, tentu saja hal ini bisa dimanfaatkan perusahaan untuk mengubah loyalitas komunitas menjadi loyalitas terhadap brand atau produk perusahaan.
Terbentuknya Costumer yang Loyal dari Pelaksanaan "Community Marketing Model"
Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan akahir dari terobosan marketing, yaitu community marketing adalah terbentuknya customer yang loyal, yang pada akhirnya tercipta pembelian yang lebih besar dari rekomendasi yang dilakukan oleh customer ini pada teman, rekan atau keluarga customer.
Tidak bisa disangkal bahwa customer loyal adalah segalanya. Seorang pakar pemasaran bahkan pernah mengatakan:
Customer loyalty is the DNA of Marketing.
Hal ini juga disampaikan oleh Hermawan Kertajaya dalam bukunya Marketing in Venus, antara lain:
1. Loyalitas customer merupakan jaminan keunggulan bersaing, pertumbuhan, laba dan tentu saja sustainability jangka panjang perusahaan. Oleh karena itu, referensi customer merupakan indikator yang mencerminkan gabungan dari keseluruhan dimensi bisnis suatu perusahaan dalam menciptakan value.
2. Loyalitas customer merupakan indikator yang lebih andal daripada laba dalam mengukur kemampuan perusahaan menciptakan value.
3. Survei menunjukkan bahwa penambahan tingkat referensi customer sebesar 5% akan bisa meningkatkaN laba antara 25% sampai 95%.
4. Yang menjadi persoalan bukan loyalitas penting bagi perusahaan, yang menjadi persoalan adaalah bagaimana kita mencapai loyalitas customer sebaik-baiknya dan setinggi-tingginya.
Tentunya membina hubungan dengan seluruh customer adalah hal yang mutlak, tetapi yang perlu dalam hal ini, hanya berkonsentrasilah yang fokus pada usaha Anda untuk membina hubungan yang erat dengan customer yang memiliki lifetime value yng tinggi, yaitu customer yang memiliki potensi untuk berhubungan jangka panjang dan memiliki value besar untuk membeli produk kita.
Saat ini sudah banyak perusahaan yang menyadari akan pentingnya suatu komunitas. Melakukan kerjasama dengan suatu komunitas (club membership) merupakan suatu bentuk contoh komunitas yang sengaja dibentuk produsen untuk meningkatkan hubungan dengan para customer.
Mengapa komunitas customer sedemikian penting bagi para pemasar dan juga para pemilik bisnis?Â
Ternyata komunitas merupakan saluran yang tepat, efisien dan efektif untuk menjangkau para customer karena kekuatan atau power yang dimiliki oleh komunitas, seperti:
Pertama, komunitas tidak hanya mampu menciptakan Relationship Customer (customer yang sudah melakukan repeat buying dengan hubungan antara produk dan merek kita adalah relasional) dan Loyal Customer (customer ini jenis tidak hanya melakukan repeat buying, tapi juga sangat loyal dengan produk dan merek kita), tetapi lebih jauh bisa membangun Advocat customer (customer yang secara mati-matian membeli produk dan merk kita, dan juga menjadi juru bicara yang baik pada customer lainnya.
Kedua, karena jenis customer kita adalah Advocat customer, maka mereka akan menjadi salesman kita yang sangat fanatik, dan mereka akan suka rela merekomendasikan produkdan merk kita.
Ketiga, customer di dalam komunitas bisa terlibat dalam berbagai survei yang Anda lakukan mulai dari riset pesaing, tes produk memberi feed back atau kolaborasi dalam pengembangan produk.
Itu dia sedikit informasi tentang bagaimana meningkatkan dan mengembalikan kembali omset yang turun dengan cara yang berbeda, yaitu dengan mengembangkan pola pemasaran melalui Community Marketing Model, yang pada akhirnya bisa mencapai tujuan akhir, yaitu meningkatnya omset dan meningkatnya laba perusahaan.Â
Semoga catatan tentang "Omset turun? Coba naikkan dengan Community Marketing Model" ini bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI