Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Awas Jebakan Kata "Jangan Mau Jadi Orang Gajian Terus"

4 April 2023   06:58 Diperbarui: 4 April 2023   08:34 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BSu 2022 atau subsidi gaji Rp 600.000 untuk pekerja cair pekan ini.(Shutterstock/Pramata)

Hidup adalah pilihan, entah hanya menjadi seorang karyawan atau memilih berwirausaha sendiri, semua itu adalah pilihan. Yang menjadi masalah sebenarnya hanya satu, yaitu saat melihat apa yang didapatkan orang lain lebih baik, misalnya merasa orang lain lebih kaya, lebih enak, lebih sukses dan berbagai kata lebih lainnya. 

Bahkan banyak jebakan kata yang bila tidak diteliti dan dipikirkan lebih dalam malah akan menjebak kita, apalagi kalau kita berada dalam kondisi emosional tinggi. Begitu pula kali ini, awas jebakan kata "Jangan mau jadi orang gajian terus", menjadi rentetan kata yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan sesutau, apalagi hal tersebut berkaitan dengan kehidupan keluarga.

Beberapa waktu lalu, saya sempat didatangi beberapa kawan, pembicaraan pun berkisar tentang pekerjaan yang dijalaninya sekarang dan keinginan yang menggebu-gebu untuk membuka usaha sendiri. 

Saya pun memaklumi berbagai alasan yang disampaikan mereka terkait tempat bekerja atau pun kondisi bekerjanya, dan alasan ingin menjadi seorang entrepreneur pun menjadi salah satu alasan untuk terbebas dari kungkungan rutinitas pekerjaan, seperti beban target, pekerjaan yang tumpang tindah dan berbagai hal penyebabnya.

Menjadi Seorang Karyawan pun Tidak Masalah

Siapa bilang menjadi karyawan tidak prestise? Yang mengatakan tidak prestise, berati sebenarnya dirinya belum meyakini bahwa pekerjaan tersebut yang dilakoninya sebenarnya diharapkan dan diimpikan orang lain. Dan tidak sadar juga bahwa pendapatan halal yang diperolehnya bisa memberikan kehidupan untuk keluarganya atau orang-orang di sekitarnya.

Ilustrasi (Sumber: dokumen pribadi)
Ilustrasi (Sumber: dokumen pribadi)
Yang menjadi masalah sebenarnya, saat Anda mulai terjebak dengan permainan kata-kata atau situasi yang dimainkan orang lain, apalagi bila Anda tidak memiliki keyakinan yang kuat dan juga rasa percaya diri yang kurang yang membuat Anda mulai melihat bahwa tempat bekerjanya tidak cocok dan harus keluar untuk mendapatkan kehidupan lebih baik.

Dan ini yang terjadi saat ini, seperti analogi:

Jangan meludahi sumur yang Anda minum airnya.

Ini yang sering saya sampaikan, apabila Anda masih butuh dengan gaji atau pun berbagai fasilitas yang Anda dapatkan di perusahaan atau instansi tempat Anda bekerja, maka jangan sekali-kali meludahi bahkan mengencingi sumur yang Anda ambil airnya.

Analogi tersebut sama halnya dengan orang yang masih bekerja di sebuah perusahaan atau pun instansi, yang mendapatkan gaji besar dengan semua fasilitas yang didapatkannya, namun hobinya menjelek-jelekkan perusahaan atau instansi tempat dia bekerja. Tipikial orang seperti ini biasanya senang mengeluh, oportunis dan tidak bertanggung jawab.

Percayalah teman, orang seperti ini biasanya hanya "OMDO" atau omong doang, ingin keluar dari pekerjaan dengan alasan membuka usaha sendiri namun tidak akan dilakukan. Bahkan pun kalau ternyata benar keluar dan membuka usaha sendiri, yakin usaha yang dibukanya tidak akan lama, karena apa? Karena dirinya tidak memiliki passion. Bahkan bisa ditebak, di tempat usahanya yang lama dia tidak akan bisa memberikan ide atau perbaikan untuk perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun