"Silakan Anda cari dan analisis bentuk-bentuk pemikiran ke-Indonesia-an yang tertuang dalam bidang kuliner, arsitektur, atau seni pertunjukkan", begitulah kira-kira titah dari guru saya tadi pagi. "OK, challenge accepted", balas saya dalam hati, hehe... Saya pun segera memilih tema kuliner, karena saya pikir tema itulah yang paling gampang :p kemudian saya cari masakan apa ya yang bisa saya jadikan objek bahasan. Sesaat kemudian pikiran saya langsung tertuju kepada Sop Senerek khas Kota Magelang. Ya, saya memang menghabiskan separuh perjalanan hidup saya di Kota Magelang, mmm... jadi saya cukup tahu-lah tentang kuliner kota ini, secara saya orangnya doyan makan, hahaha... Saya memilih Sop Senerek karena ingat kata nenek saya dulu bahwa konon Sop Senerek itu makanannya orang Belanda. Kalau gitu, okelah, itung-itung bikin penelitian kecil-kecilan untuk membuktikannya, hehe lanjut... Setelah sibuk mencari berbagai macam teori yang cocok untuk kerangka pemikiran, mulai dari teori post kolonialisme hingga teori mimikri-nya Homi K. Bhabha, lalalala, tibalah waktunya untuk mencari bahan referensi mengenai masakan ini, tentu saja dengan bantuan om google :p. Saya cukup mengetikkan keyword "Sop Senerek Magelang" dan taraaaa, munculah banyak sumber seperti yang saya mau, hahaa... Beberapa sumber menjelaskan sejarah, resep, hingga tempat-tempat yang menjual menu masakan tersebut :promosi: Berikut adalah gambar Sop Senerek khas Kota Magelang :yummy: [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="(source: http://kabarmagelang.com/sop-senerek-bu-atmo-magelang/ accessed on July 30, 2012 04.50 a.m)"][/caption] Setelah membaca beberapa sumber tersebut, saya menemukan fakta bahwa Sop Senerek itu asalnya memang dari Belanda :p. Sop Senerek dalam bahasa Belanda disebut Snert atau Snert Soup. Oke, langsung saya lanjutkan aktifitas googling saya dengan mencari keyword "Snert Soup". Hasilnya malah kebanyakan menampilkan situs yang menyajikan resep soup tersebut. Nah, kalo yang ini gambar dari Snert Soup dari Belanda [caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="(source: http://tippinthescales.wordpress.com/2008/09/25/gettin-colder-time-for-snert/ accessed on July, 30 2012, 05.45 a.m)"][/caption]
Senerek v.s Snert
Dari hasil analisa sederhana saya, terlihat dua perbedaan antara Sop Senerek dengan Snert Soup, antara lain:
1. Resep
Hal paling mendasar yang berbeda adalah penggunaan bahan "kacang". Snert Soup "asli" menggunakan kacang polong hijau (Pisum sativum L), sedangkan pada sop senerek digunakan kacang merah (Vigna angularis). Hal itu mungkin disebabkan oleh jarangnya budidaya tanaman kacang polong pada waktu itu, sehingga dicarilah alternatif penggantinya yaitu kacang merah karena memang Pulau Jawa cocok untuk pertanian jenis kacang tersebut. Selain itu, kacang merah mungkin dirasa lebih cocok dengan lidah warga pribumi. Hal lain yang tampak menonjol adalah penggantian daging babi ke daging dan jerohan sapi. Penduduk pribumi, khususnya di Pulau Jawa yang mayoritas beragama Islam, tidak bisa mengonsumsi daging babi. Sebagai gantinya daging yang digunakan adalah daging sapi. Selain itu perbedaan tentu saja pada bagian bumbu dapurnya, hehe...
2. Penyajian
Di Belanda, Snert Soup disajikan panas-panas dengan roti, bisa menggunakan rye bread, toasted white bread, maupun French bread, dan tidak ketinggalan irisan katenspek atau daging babi asap. Soup ini biasanya disajikan sebagai menu di musim dingin. Sedangkan Sop Senerek tidak demikian, ia disajikan bersama nasi putih, sebagai lauk tentunya. Perbedaan ini menurut saya sih disebabkan oleh budaya orang Eropa yang memang pengonsumsi olahan gandum dan daging, berbeda dengan kultur orang Indonesia, terutama Indonesia bagian barat khususnya Pulau Jawa, yang lebih suka dengan nasi sebagai makanan pokok mereka, sampai-sampai ada ungkapan "kalo belum makan nasi ya belum makan", saya sendiri setuju dengan ungkapan tersebut, hahaa...
Oh iya, ini dia resep untuk memasak Sop Senerek, siapa tau ada Kompasianer yang tertarik untuk mencobanya xD. Resep ini saya ambil dari sebuah blog dengan beberapa penyuntingan :p
Resep Sop Senerek
Bahan-bahan :
350 gram daging sapi, iris tipis, bisa juga ditambah jerohan sapi bila suka
400 gram kacang merah, sebelumnya harus direndam dulu semalaman
1 – 1,5 liter air (800 ml untuk merebus daging, sisanya untuk merendam/presto kacang)
3 buah kentang, potong dadu
4 buah wortel ukuran sedang, potong tipis
2 batang daun bawang, iris halus
4 batang seledri, iris kasar
2 bh tomat iris sesuai selera
5 butir cengkeh (bila suka)
3 buah pala
3 – 4 sdt merica
garam secukupnya untuk mempertajam rasa, gula sedikit untuk rasa gurih
kaldu ayam bubuk bila suka
bawang goreng sebagai taburan
Cara Memasak:
- Rebus kacang merah hingga empuk (presto bila perlu), jangan buang air sisanya (sari kacang merah)
- Haluskan pala dan merica, masukkan dalam rebusan daging
- Masukkan potongan daging sapi, masak sampai daging berubah warna (jika ingin daging lebih cepat empuk, bisa di rebus terpisah, gunakan kaldunya sebagai kuah kaldu sop)
- Masukkan kentang dan wortel, tunggu hingga empuk
- Masukkan kacang merah, dan air sari kacang merah. Masak dengan api kecil.
- Beri bumbu-bumbu, garam, kaldu bubuk dan penyedap rasa jika suka
- Masukkan irisan tomat, daun bawang, seledri.
- Masak hingga daging dan kacang merah empuk dan seluruh rasa menyatu, taburkan bawang merah goreng.
Angkat dan sajikan
Tips : Masak satu hari sebelum disajikan lebih enak. Dapat pula ditambah iga, agar lebih special lagi iga dapat di bakar atau di goreng terlebih dulu agar terkesan krispy.. Agar kacang lunak, kacang direndam selama semalaman. Bisa juga menggunakan kacang merah basah biar cepat empuk.
Sekian dulu cerita dari saya, huft...
Nah Kompasianer, itulah sedikit info yang bisa saya bagi mengenai Sop Senerek, masakan khas Kota Magelang yang diadopsi dari Snert Belanda :) Cocok juga buat menu berbuka puasa bagi teman-teman yang muslim :p Selamat mencoba :D Depok, 30 Juli 2012
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/media-tanam-untuk-kacang-merah-3904(accessed on July, 30 2012, 06.30 a.m )
Geertz, Clifford. 1964. The Religion of Java.New York:Crowell-Collier Publishing dan Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
http://tippinthescales.wordpress.com/2008/09/25/gettin-colder-time-for-snert/(accessed onJuly, 30 2012, 05.45 a.m )
http://duniaandbiz.wordpress.com/2011/06/24/sop-senerek-masakan-khas-magelang/ (accessed on July, 30 2012, 07.33 a.m )
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI