Mohon tunggu...
Firman Seponada
Firman Seponada Mohon Tunggu... -

Memegang idealisme itu laksana menggenggam bara api. Tak banyak orang mau melakukannya. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari pelindung telapak agar tak melepuh.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Si Purba yang Masih Hidup

30 Maret 2010   14:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:06 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_106517" align="alignleft" width="300" caption="Pak Ahyar (paling depan) dengan penyu belimbing di Pantai Ngambur, Lampung Barat. Ini baru 400 kg, yang sudah dewasa bisa sebesar mobil Honda Jazz (Dok: Mitra Bentala)"][/caption] Penyu dipercaya sebagai kelompok reptil tertua, bahkan jauh lebih purba dibanding kadal dan ular. Mereka sudah menghuni planet ini sejak 215 juta tahun lalu. Berbeda dengan dinosaurus, saudaranya, yang sudah punah jutaan tahun lalu, penyu masih bertahan sampai sekarang. Tetapi, saat ini satwa laut dengan tempurung keras di punggungnya ini hanya tersisa 7 spesies yang tersebar di seluruh dunia.  Yakni, penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang, penyu belimbing, penyu pipih, penyu tempayan, dan penyu kemp’s ridley. Hanya Penyu Kemp’s Ridley yang tidak terdapat di Indonesia. Dari jenis-jenis tersebut, penyu belimbing adalah yang terbesar. Panjang badannya bisa mencapai 2,75 meter dan bobot 600 sampai 900 kilogram. Penyu lekang adalah yang terkecil, dengan bobot sekitar 50 kilogram. Lampung Barat, Provinsi Lampung, beruntung karena 4 jenis di antaranya ditemukan di kabupaten itu. Yakni,  penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang, dan penyu belimbing. Mereka bertelur di sepanjang pantai Kecamatan Ngambur yang berbatasan dengan kecamatan Bengkunat dan Pesisir Selatan. Tetapi, penyu hijau merupakan jenis yang paling sering ditemukan di kabupaten ini. Pesisir Ngambur memang habitat ideal bagi hewan laut yang mempunyai dua pasang sirip untuk membantunya berenang cepat ini. Pantai yang berpasir dan menghadap laut lepas mengundang penyu-penyu mendarat dan bertelur. [caption id="attachment_106521" align="alignright" width="300" caption="Penyu diperjualbelikan, sebagian untuk dijadikan sup. Dok: DKP Lampung Barat)"][/caption] Hewan yang memiliki kerapas di punggung dan dadanya ini merupakan mahluk migran. Dia mampu mengarungi lautan sepanjang 12.000 kilometer atau sepertiga keliling bumi. Karena itu, perlindungannya secara menyeluruh hampir mustahil dilakukan. Kini, banyak pihak mulai bergerak untuk menyelamatkan penyu di Ngambur. Pada tahun 2005,  Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Barat membentuk Kira Lestari. Kelompok masyarakat Desa Sumberagung, Kecamatan Ngambur, ini bertugas melestarikan penyu di pantai mereka. Lalu, pada tahun 2006 lahir lagi satu kelompok masyarakat pelestari penyu di Desa Muara Tembulih, Kecamatan Ngambur. Mereka terinspirasi penyelamatan penyu yang dilakukan warga desa tetangga itu. Kelompok yang muncul atas prakarsa masyarakat ini, hingga sekarang aktif dan sering mendapat kunjungan dosen, mahasiswa, dan turis. Berbeda dengan nasib kelompok pelestari penyu Desa Sumberagung binaan pemerintah yang hanya aktif beberapa tahun, lalu mati. Warga Desa Muara Tembulih tergerak melestarikan penyu benar-benar atas kesadaran sendiri. Tidak dipersuasi pemerintah. Bermula dari inisiatif beberapa masyarakat yang peduli terhadap penyu yang semakin langka. [caption id="attachment_106527" align="alignleft" width="300" caption="Ofsetan penyu, salah satu penyebab satwa purba ini terancam punah. (Dok: BKSDA Lampung)"][/caption] Pada awal terbentuk kelompok ini hanya beranggotakan 4 orang. Tetapi, sekarang sudah banyak warga tertarik dan terlibat dalam pelestarian penyu di kelompok tersebut. Semula kelompok ini membuat kolam pembesaran anak penyu (tukik) dengan ukuran 2x4 m. Lokasinya di tanah milik sendiri. Setahun kemudian mereka mendapat bantuan 4 unit kolam fiber dari Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Barat. Pada awal tahun 2007, setelah sukses menetaskan perdana ratusan telur penyu, kelompok ini mendapat hadiah Kalpataru. Boleh jadi, penghargaan dari pemerintah inilah yang turut memompa semangat para warga berpendidikan rendah itu terus berjuang menyelamatkan penyu. Ahyar, Ketua Kelompok Penangkar Pelestari Penyu Desa Muara Tembulih, memohon semua pihak mendukung pelestarian satwa tersebut, demi generasi mendatang. Lelaki kelahiran tahun 1947 yang hanya tamatan SD ini mendesak pemerintah menjaga habitat penyu berupa pantai berpasir yang tenang agar tidak dirusak. Melihat warga bersemangat melestarikan penyu yang terancam lenyap dari muka bumi, Pemerintah Lampung Barat juga ikut terangsang. Maka,  pada tahun 2007 Bupati menetapkan pantai di Kecamatan Ngambur sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD). [caption id="attachment_106530" align="alignright" width="300" caption="Dibangun untuk selamatkan penyu. (Dok: Pribadi)"][/caption] Kawasan ini membentang di tiga desa: Muara Tembulih, Sukanegara, dan Gedung Cahaya Kuningan. Dengan luas 5.800-an hektare dan panjang pantai sekitar 10 kilometer, kawasan ini menjadi pusat penangkaran penyu di Lampung. Kini, jumlah penyu betina di Lampung Barat tinggal sekitar 308 ekor. Perinciannya, penyu hijau 135 ekor, penyu sisik 19 ekor, penyu belimbing 33 ekor, dan penyu lekang 121 ekor. Itu yang sempat dihitung saat mereka mendarat ke pantai untuk bertelur. Untuk penyu jantan belum diketahui jumlahnya karena mereka selamanya di laut lepas. Tetapi berdasarkan temuan, seekor penyu jantan melayani tiga ekor betina. Berarti masih ada sekitar seratusan ekor. Reptil yang hampir punah ini memang wajib dilidungi. Sebab, ia punya nilai penting, baik secara ekologi, ilmu pengetahuan, maupun ekonomi. Selama ini, penyu diketahui menjadi penjaga terumbu karang di dasar laut tetap lestari. Penyu yang memakan ganggang secara efektif membersihkan terumbu karang. Sehingga, rumah bagi para mahluk laut itu bisa tumbuh dengan sehat. Lalu, ada juga penyu yang memakan bintang laut berduri hewan laut pemakan terumbu karang. [caption id="attachment_106531" align="alignleft" width="300" caption="Sekali bertelur bisa ratusan butir, tetapi yang menjadi  penyu dewasa tak sampai 10 persen. (Dok: BKSDA Lampung)"][/caption] Sesungguhnya, masih banyak kegunaan lain dari penyu dalam menyeimbangkan ekosistem. Tetapi sayangnya, penelitian mengenai peran ekologis si purba ini belum banyak dilakukan. Banyak hal yang menyebabkan reptil seusia dinosaurus ini terancam punah. Ada saja orang yang suka memakan daging dan telur hewan ampibi ini. Manusia memang dipercaya menjadi penyebab utama terancam punahnya penyu. Misalnya, dengan mengubah fungsi pantai, perdagangan telur, daging dan tempurungnya, juga pencemaran laut. Selain itu, penyu juga diketahui sulit berbiak. Memang, sekali bertelur, seekor penyu bisa menghasilkan seratus butir telur. Tetapi, tukik yang ditetaskan dan kemudian menjadi penyu dewasa, tidak sampai 10 persen. Sebab, telur penyu juga sering dimakan biawak atau anjing sebelum menetas. Lalu, tukik-tukik yang masih lemah, juga menjadi makanan favorit bagi burung dan ikan besar. Satu fakta lagi, siklus bertelur penyu beragam dari 2 hingga 8 tahun sekali. Dan, seekor penyu betina baru bisa bertelur setelah berusia minimal 30 tahun. Itulah sebabnya mengapa satwa yang mampu menyembunyikan kepalanya ini terancam punah. Oleh sebab itu, segala upaya pelestariannya wajib didukung. Tentunya dengan tidak merusak habitat penyu dan membiarkan satwa itu terus eksis di muka bumi. Sumber foto untuk ilustrasi:

  1. Orang-orang dengan penyu belimbing, dokumentasi Mitra Bentala
  2. Penyu yang diperjualbelikan, dokumentasi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lampung Barat
  3. Ofsetan penyu, dokumentasi BKSDA Lampung
  4. Gerbang KKLD, dokumen pribadi
  5. Penyu bertelur, dokumentasi BKSDA Lampung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun