Mohon tunggu...
Firman
Firman Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Stigma Sosial Menjadi Momok Menakutkan

20 Maret 2022   14:30 Diperbarui: 20 Maret 2022   14:32 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akibatnya muncul berbagai persoalan social salah satunya stigma atau pelabelan yang diberikan kepada kelompok tertentu yang dianggap berbeda dengan mereka. Perbedaan stigma yang terjadi pada kehidupan kota adalah dimana orang kampung memandang bahwa orang kota cenderung tidak bermoral karena kehidupannya yang bebas dan kurang dekat dengan agama.

Sementara orang yang hidup sama-sama di kota stigma lebih sering diberikan pada kelompok yang menderita penyakit tertentu, terutama penyakit menular. Salah satu contoh paling hangat adalah awal terjadinya pandemic Covid-19.

Setiap kali orang sakit begitu cepat mendapat stigma yang kemudian berlanjut pada perlakukan diskriminatif seperti adanya pengusiran dan pengasingan marak terjadi dimana-mana. Contoh lain seperti para penderita penyakit HIV paling banyak permasalahan yang dialami mereka adalah stigma dan diskriminasi.

Bahaya Laten Stigma Sosial

Hidup di tengah lingkungan masyarakat tidak pernah luput dari berbagai masalah social. Masalah paling sering terjadi dan sangat membahayakan adalah stigma. Stigma sendiri terdiri dari dua yaitu selfstigma atau stigma yang datang dari dalam diri. Kedua stigma social yang berasal dari luar.

Dua stigma tersebut merupakan proses yang saling berkelindan. Awalnya seseorang yang memiliki ciri atau identitas berbeda baik secara langsung maupun tidak langsung kelompok lain mempersepsikan negative atas keberadaannya, hingga proses ini berlanjut secara luas memberikan label negative atas perbedaan tersebut.

Awalnya dipersepsikan kemudian berkembang dalam bentuk verbal bahwa mereka kotor, mereka buruk dan mereka jahat. Lebih lanjut ketika fenomena ini terjadi secara terus menerus maka individu yang memperoleh stigma tersebut menginternalisasi apa yang orang lain nilai tentang dirinya.

Ketika terjadi proses internalisasi maka muncullah persepsi negative terhadap dirinya sendiri, bahwa anggapan orang lain tentang dirinya adalah benar, karena saya memang buruk sehingga pantas menerima hukuman social yang dialami.

Maka disinilah tekanan psikologis seperti stress dan depresi akan semakin berat. Sehingga muncul sikap putus asa tidak memiliki kekuatan untuk bangkit dan mengisolasi diri atau menjauh dari orang lain. Lebih parah lagi kondisi ini dapat memicu keinginan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Untuk itu perlu melakukan satu upaya bersama untuk mengatasi permasalahan stigma, diantaranya yaitu melakukan edukasi secara masif kepada masyarakat agar mereka memiliki pengetahuan yang baik terhadap penyakit yang dialami oleh kelompok yang mendapat stigma. Hal itu penting karena penyebab stigma salah satunya karena kurangnya pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun