Mohon tunggu...
Firliani Sollina Hofifah
Firliani Sollina Hofifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Jurusan Sejarah Peradaban Islam

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kajian Historiografi Mengenai Manusia sebagai Penggerak Sejarah

16 Juni 2023   11:11 Diperbarui: 16 Juni 2023   11:33 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Muhammad iqbal yang lebih dikenal oleh raja Inggris Sir Muhammad Iqbal dimana gelar sir ini didapatkan pada tahun 1922 beliau adalah tokoh yang sangat berpengaruh bukan hanya di dunia Islam namun juga berpengaruh dibarat, lahir pada 9 November 1877 di Sialkot, beliau berasal dari keluarga menengah atas di pakistan sebelum iqbal lahir keluarganya berasal dari kasta Brahmana Kashmir yang memeluk islam. Noor Muhammad merupakan nama ayahnya dimana beliau seorang muslim yang sangat disiplin dalam kehidupan sufi, dan kakenya juga merupakan sufi terkenal Muhammad Rafiq. Iqbal lahir ditengah-tengah lingkungan sufistik.  Iqbal juga mendapatkan gelar Allamah dimana gelar itu di beri oleh orang yang menguaai 12 cabang keilmuan dan hafal dalil dalil dan sumbernya dan juga bisa bertahan dari kritikan, iqbal sendiri merupakan seorang penyiar, politisi dan filsuf besar abad ke-20.

            Pada tahun 1897 muhammad iqbal mendapatkan gelar sarjana muda ( Bacherlor of Arts) dari Govermment Colllege, sembari menyelesaikan sarjananya iqbal juga mengejar filsafat Oriental College sampai kemudian mengambil program Master Of Arts bidang filsafat dan di tahun 1899 beliau mendapatkan gelar MA. Pada tahun 1905, diusia 32 tahun, Iqbal belajar di Cambridge. Setelah menerima gelar tersebut, Iqbal langsung ke Jerman untuk mempelajari Bahasa Jerman dan pada 4 November 1907 beliau  masuk Universitas Munich, hingga menggondol gelar doktor bidang filsafat dengan disertasi, The Development of Metaphysics in Persia dibawah  bimbingan  F.  Hommel.

1926-1930 iqbal mengalami mencapai puncak prestasi Karir politiknya dan dipercaya  menjadi presiden Dewan Legislatif di Punjab, selain menduduki presiden Liga Muslim di Allahabat. Iqbal Pada tahun 1931 dan 1932 mewakili kaum minoritas Muslim di Konferensi Meja Bundar I dan Konferensi Meja Bundar II. 21 Maret 1932, Iqbal  ditunjuk untuk memimpin konferensi seluruh Muslim India di Lahore, Iqbal juga ditunjuk menjadi presiden Komite Kasmir pada 23  Agustus 1933, dan kemudian meleburkan diri dengan organisasi politik lain sehingga ia menjadi inspirator untuk terciptanya Negara Islam, pada 15 Agustus 1947 cita-cita iqbal ini terwujud ketika masa Ali Jinnah.

Namun Iqbal menderita sakit kencing batu dan pada tahun 1935 mulai kehilangan suaranya. Di tahun yang sama, isterinya meninggal dunia dan semakin menimbulkan kesedihan baginya. 19 April 1938, sakitnya mencapai puncaknya dan kritis, Iqbal merasa bahwa ajalnya telah dekat dan tanpa rasa takut ia selalu menekankan bahwa dalam menghadapi kematian, hendaknya seorang Muslim menerimanya dangan rasa gembira. Sehari sebelum meninggal dunia, ia berkata pada sahabatnya dari Jerman: "Aku seorang Muslim yang tidak takut pada kematian. Apabila ajal itu datang, ia akan kusambut dengan tersenyum". Iqbal meninggal dunia tepat pada 20 April 1938 di Lahore, Punjab. Ia merintih sebentar kemudian dengan tersenyum ia kembali pada sang pencipta tanpa merasakan sakaratul maut.

  • KARYA-KARYA IQBAL

Muhammad iqbal memiliki banyak karya di berbagai benntuk bidang diantaranya dari bidang filsafat, agama, karya sastra dan ceramah. Beberapa karyanya yaitu payam-i-Masyriq, berisikan sebuah kebenaran moral, agama, bangsa yang dibutuhkan pendidikan rohani, individu dan bangsa, ada juga buku karya beliau yang memiliki judul bernama  The Recontruction of Religious Thought in Islam, dimana buku ini membahas tentang bahwa manusialah yang memiliki kekuatan pergerakan sejarah yang berupa kesadaran yang berakar dalam sifat dan fitrahnya. Dalam bukunya yang berjudul "The Reconstruction of Religious Thought in Islam,"  Dr. Muhammad Iqbal menyampaikan pandangan bahwa manusia memiliki peran penting dalam pergerakan sejarah melalui kesadaran yang berakar dalam sifat dan fitrahnya. Iqbal berpendapat bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengubah arah sejarah dengan pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya sendiri dan kekuatan spiritual yang ada di dalamnya.

 Menurut Iqbal, kesadaran manusia, termasuk akal budi dan kebebasan berpikir, merupakan faktor utama dalam mempengaruhi pergerakan sejarah. Ia meyakini bahwa kesadaran ini muncul dari sifat asli manusia dan mencerminkan hubungan manusia dengan Yang Maha Kuasa. Dalam konteks agama Islam, Iqbal berpendapat bahwa pemahaman yang benar tentang agama harus melibatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri manusia. Ia mendorong umat Islam untuk menyelidiki dan mengaktualisasikan potensi spiritual yang ada dalam diri mereka agar dapat berperan aktif dalam mengubah masyarakat dan sejarah.

 Iqbal melihat kesadaran manusia sebagai sumber kekuatan perubahan, yang mendorong manusia untuk maju, mencapai potensi penuh, dan membentuk masa depan yang lebih baik. Ia mendukung gagasan bahwa manusia memiliki peran aktif dalam membentuk takdirnya sendiri melalui pengembangan kesadaran yang lebih tinggi. Dalam bukunya, Iqbal menguraikan pandangannya tentang kesadaran manusia sebagai kekuatan pendorong dalam pergerakan sejarah dan menjelaskan implikasinya terhadap pemahaman agama Islam serta peran manusia dalam mencapai potensi yang lebih tinggi.

 Sama halnya dengan pendapat muhammad iqbal, Dalam bukunya, Muhammad Baqir Sadr mengungkapkan pandangan bahwa manusia, dengan jiwa, pikiran, dan semangat yang dimilikinya, berperan sebagai kekuatan penggerak dalam sejarah. Sadr berpendapat bahwa manusia memiliki peran sentral dalam perubahan sejarah dan mempengaruhi perjalanannya melalui motivasi dan tekad yang berasal dari dimensi-dimensi batiniahnya.

 Bagi Sadr, jiwa manusia merupakan sumber dorongan dan semangat yang memotivasi tindakan dan aspirasi dalam mencapai kemajuan dan perubahan. Pikiran manusia, dengan kemampuannya untuk merenung, menganalisis, dan memahami dunia, menjadi alat untuk menghasilkan ide-ide baru, pemikiran kritis, dan visi yang membentuk arah sejarah. Semangat manusia, menurut Sadr, meliputi energi spiritual yang mendorong manusia untuk bertindak, berjuang, dan mengupayakan tujuan-tujuan mulia dalam perjalanan sejarah. Semangat ini memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan, mengatasi kesulitan, dan menciptakan perubahan positif.

 Sadr melihat manusia sebagai agen utama dalam menggerakkan sejarah. Dalam kepribadian dan tindakan manusia, terdapat potensi yang tak terbatas untuk menciptakan transformasi sosial, politik, dan intelektual yang signifikan. Melalui bukunya, Sadr mengembangkan konsep ini dan membahas peran manusia dalam dinamika sejarah, dengan menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang jiwa, pikiran, dan semangat manusia dalam mendorong perubahan sejarah yang substansial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun