Mohon tunggu...
Raden Firkan Maulana
Raden Firkan Maulana Mohon Tunggu... Pembelajar kehidupan

Menulis untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Realistis-kah Jalur Rel Kereta Api Bandung - Ciwidey di Re-aktivasi?

12 Mei 2025   19:20 Diperbarui: 12 Mei 2025   19:20 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di atas batang rel yang menjadi gang pemukiman (Sumber: Kompas)

Ketika dioperasikan, jalur kereta api ini banyak mengangkut orang dan barang-barang seperti hasil bumi dari perkebunan (teh, kina dan kopi), pertanian (sayur-sayuran seperti bawang, kentang, kol dan sebagainya) dan peternakan (ayam, kambing, sapi). 

Selain hasil bumi, di Majalaya mulai bergeliat juga aktivitas ekonomi yaitu tenun tekstil. Hal ini membuat Belanda menambah jalur rel kereta api dari Stasun Dayeuhkolot ke Stasiun Majalaya. Tujuannya agar produk tekstil kain lebih cepat diperdagangkan keluar dari Kota Bandung.

Barang-barang yang dibawa kereta api ke Kota Bandung tersebut untuk selanjutnya diperdagangkan. Misalnya, Belanda membawa teh, kopi dan kintaa ke Jakarta melalui jalur rel kereta api Bandung-Jakarta, lalu dikapalkan ke Pelabuhan Tanjung Priok untuk dibawa ke Eropa.

Jalur kereta api Bandung - Ciwidey ini secara resmi diberhentikan pada Januari 1982. Alasan pemberhentian dikarenakan kalah bersaing dengan angkutan umum. Biaya pendapatan ternyata tidak bisa menutupi biaya operasional kereta api di jalur tersebut.

Sebelum ditutup, padahal pada tahun 1970-an angkutan kereta api di jalur Bandung-Ciwidey ini merupakan moda transportasi yang digemari masyarakat.  Namun dalam perkembangannya, ada juga kisah kelam yang mengiringi riwayat jalur ini. Salah satunya yaitu kecelakaan kereta api di lintasan rel Jembatan Cukanghaur yang menewaskan Kepala Stasiun Ciwidey.


Tantangan Re-Aktivasi
Kejayaan angkutan rel kereta api Bandung-Ciwidey jaman Belanda dulu hingga tahun 1980-an hendak dibangkitkan kembali. Apalagi kondisinya sangat relevan dengan kondisi jalan raya di Bandung dan sekitarnya termasuk Soreang dan Ciwidey yang selalu macet.

Sehari-hari saja kondisi kemacetan yang terjadi sudah parah. Jika ditambah dengan hari Sabtu dan Minggu dan hari libur nasional lainnya, kawasan tersebut makin macet sangat parah karena banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Ciwidey.  Orang-orang asli Bandung menyebut kemacetan tersebut "parkir berjemaah" karena mobil lama tak bergerak terjebak dalam kemacetan.

Namun pertanyaannya, apakah realistis re-aktivisi tersebut? Sebab kondisi eksisting di sepanjang jalur rel kereta api Bandung - Ciwidey tersebut sudah menjadi kawasan terbangun. Ada rumah-rumah penduduk, tempat usaha, toko bahkan hingga pusat perbelanjaan modern.

Salah satu contohnya, di Kampung Dayeuhkolot. Banyak warga yang mendirikan rumah dan tempat usaha di sepanjang rute jalur rel kereta api dan sekitarnya. Bahkan ada rumah warga yang di dalamnya, terdapat rangkaian besi baja rel.

Batang rel kereta api di tengah pemukiman (Sumber: Kompas)
Batang rel kereta api di tengah pemukiman (Sumber: Kompas)
Ada juga rel yang dimanfaatkan menjadi jembatan. Oleh warga, jembatan tersebut ditambah dengan semen sehingga menjadi semakin kokoh dan rapih untuk dilalui orang dan kendaraan. Ada juga jalur rel kereta api yang dijadikan jalur gang penghubung antar kawasan pemukiman.

Karena jalur rel kereta api Bandung-Ciwidey ini lama tidak difungsikan, lama terbengkalai dan luput dari pengawasan PT. Kereta Api Indonesiaa (KAI), maka akhirnya terjadi penyerobotan dan pendudukan tanah di sepanjang ruas jalur rel tersebut. Dari titik awal jalur rel di Kota Bandung hingga titik akhir rel di Ciwidey., sudah banyak terjadi alihfungsi rel menjadi kawasan terbangun seperti rumah, toko, warung dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun