Mohon tunggu...
Firisha Witjaksono
Firisha Witjaksono Mohon Tunggu... Dokter Residen Ilmu Gizi Klinik/Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Seorang dokter yang gemar berbagi edukasi terkait kesehatan terutama berkaitan dengan gizi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apakah Konsumsi Probiotik Mengurangi Perkembangan Gejala pada Lupus Eritematosus Sistemik (LES)?

30 November 2022   16:43 Diperbarui: 30 November 2022   16:52 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) atau juga dikenal Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun, suatu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh tidak bisa membedakan substansi asing maupun sel tubuh sendiri . Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan dan kerusakan pada jaringan. Seringkali menjadi pertanyaan, apakah gejala pada LES ini dapat dihindari ataupun dicegah ? 

Sekilas tentang Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

LES merupakan suatu penyakit autoimun kronis dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan tubuhnya sendiri sehingga dapat menyebabkan peradangan luas dan kerusakan jaringan pada organ yang terkena. Kondisi ini dapat memengaruhi persendian, kulit, otak, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah. Sampai saat ini belum ada obat untuk LES, tetapi intervensi medis dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengendalikannya. Prevalensi LES sangat berbeda di setiap negara. Untuk keseluruhan populasi, prevalensi LES global dan populasi yang terkena diperkirakan masing-masing 43,7 (15,87 hingga 108,92) per 100.000 orang dan 3,41juta orang. Di tingkat regional, prevalensi LES pada populasi umum bervariasi dari 15,9 (3,29 hingga 45,85) per 100.000 orang di Asia Selatan dan 110,85 (26,74 hingga 314,1) per 100.000 orang di Amerika Latin. Prevalensi kasus LES lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

LES merupakan penyakit yang dapat menimbulkan gejala di berbagai sistem tubuh dan  penyebabnya belum diketahui. Namun, beberapa faktor genetik, imunologi, endokrin, dan lingkungan seperti paparan sinar matahari, obat-obatan, mikrobiota usus, virus Epstein Barr, cytomegalovirus, merokok, gaya hidup sedentari, dan stres turut berperan pada patogenesis LES. Mikrobiota usus berperan penting dalam fungsi metabolisme, pemeliharaan lapisan pembatas epitel, keberlangsungan sistem kekebalan, serta perlindungan terhadap infeksi oleh agen patogen. Di sisi lain, keseimbangan usus dipertahankan oleh jaringan seluler kompleks yang bekerja pada perkembangan sistem imun bawaan dan adaptif. Oleh karena itu, mikrobiota usus mungkin penting dalam perkembangan dan pemeliharaan gejala LES.

LES dapat mengenai semua usia, namun kejadian paling sering terjadi di usia 15-44 tahun. Faktor risiko lain adalah jenis kelamin (perempuan lebih berisiko terkena LES dibandingkan laki-laki), riwayat LES dalam keluarga, dan lebih sering terjadi pada populasi Afrika-Amerika, Hispanik/Latin dan Asia-Amerika dibandingkan populasi Kaukasia.

Gejala dan komplikasi LES ?

Gejala yang mungkin dialami pada orang dengan LES meliputi kelelahan, ruam kulit, demam, dan nyeri atau bengkak pada persendian. Pada populasi dewasa dapat mengalami periode gejala LES yang disebut dengan flare yang dapat sering terjadi bahkan sampai bertahun-tahun dan kemudian menghilang atau disebut dengan remisi. Periode gejala LES ini lebih sering terjadi pada dewasa. Gejala lain dapat mencakup kepekaan terhadap sinar matahari, sariawan, radang sendi, masalah paru-paru, masalah jantung, masalah ginjal, kejang, psikosis, serta kelainan sel darah dan imunologi. Beberapa komplikasi terkait LES yang perlu diperhatikan adalah jaringan parut kulit, deformitas sendi, gagal ginjal, serangan jantung, komplikasi kehamilan, katarak, dan patah tulang.

Apakah LES memengaruhi mikrobiota usus ?

LES, yang merupakan penyakit autoimun, dapat memengaruhi keseimbangan mikrobiota usus. Mikrobiota usus adalah sekumpulan mikroorganisme (bakteri, jamur, virus, parasit) yang ditemukan di dalam  usus dan memberikan efek saling menguntungkan jika tubuh dalam kondisi sehat. Dalam kondisi sehat, sistem imun berperan untuk melawan berbagai mikroorganisme yang tidak baik termasuk menjaga keseimbangan mikrobiota usus, namun dalam kondisi yang tidak optimal peran ini menurun. Pada LES, terjadi gangguan sistem imun yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan jumlah mikroorganisme pada usus dan meningkatkan risiko perkembangan gejala. Oleh karena itu, gangguan komposisi mikroorganisme tersebut, atau disebut disbiosis, dapat memainkan peran penting dalam menimbulkan peradangan pada penyakit LES dan meningkatkan perkembangan penyakit serta menurunkan prognosis. Terkait hal ini, dipertimbangkan pemberikan probiotik pada pasien dengan LES.

 

Apakah konsumsi probiotik dapat mengurangi perkembangan gejala pada LES ?

Salah satu penyebab meningkatnya perkembangan gejala pada LES adalah ketidakseimbangan mikrobiota di usus dan beberapa penelitian mendukung bahwa penyakit autoimun, termasuk LES, telah dikaitkan dengan gangguan komposisi mikroorganisme usus dan penurunan fungsi lapisan pembatas usus. Pada penyakit LES terjadi ketidakseimbangan mikroorganisme di usus dan perubahan perbandingan jumlah Bacteroidetes dan Firmicutes. Sejalan dengan hal ini, beberapa jenis probiotik seperti Bifidobacterium bifidum, Ruminococcus obeum, Blautia coccoides, dan Lactobacillus casei dikatakan dapat memperbaiki peradangan dan mengurangi perkembangan gejala LES.

Pada suatu penelitian, terjadi penurunan jumlah Lactobacillus dan Bifidobacterium dalam mikrobiota usus pasien LES, sehingga peneliti mempertimbangkan pemberian probiotik. Konsumsi probiotik dalam jumlah yang memadai dapat memberikan manfaat kesehatan dan diharapkan mengurangi perkembangan gejala LES.  Namun, masih banyak data tentang strain Lactobacillus maupun probiotik lain yang bertentangan dengan hal tersebut dan terdapat banyak batasan pada penelitian terkait. Meskipun beberapa penelitian mengatakan terdapat manfaat dari pemberian probiotik terhadap penurunan perkembangan gejala LES, tetapi penelitian dan uji klinis lebih lanjut masih tetap diperlukan untuk dapat diaplikasikan secara klinis.

Apa yang dimaksud dengan probiotik dan contohnya ?

Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang dapat memberikan manfaat kesehatan saat dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Probiotik mungkin mengandung berbagai mikroorganisme, yang paling umum adalah Lactobacillus dan Bifidobacterium. Bakteri lain juga dapat digunakan sebagai probiotik serta ragi seperti Saccharomyces boulardii. Contoh bahan makanan sumber yang mengandung probiotik adalah youghurt, berbagai jenis keju, acar, tempe, buah zaitun, dan natto. Sebaiknya konsumsi makanan yang mengandung probiotik sebelum makan, tetapi jika memiliki riwayat gangguan pada lambung atau saluran cerna sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter.

Penulis: dr. Firisha V. Witjaksono, dr. Wahyu Ika Wardhani, M.Biomed, M.Gizi, Sp.GK(K)

(Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

DAFTAR REFERENSI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun