Mohon tunggu...
M Firadausin Nuzul
M Firadausin Nuzul Mohon Tunggu...

Muhammad Firdausin Nuzul (fb) || @firdausin_nuzul (Twitter) || mfirdausin_nuzul(Instagram) || CO. hub. Antar di Al-Kindi PMII KOMUNIS Malang || Fkip Jurusan Bahasa & Sastra Indonesia || Universitas Islam Malang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Belimbing

12 Agustus 2015   10:57 Diperbarui: 12 Agustus 2015   10:57 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku rindu pada belimbing, adakah ia kembali dalam hidupku. Ke delapan sahabatku yaitu Mayyun, Nerut, Midon, Islim, Lijen, Nyman, Keceng, dan Ebol, mereka sahabatku yang biasa ku ingat dalam lamunanku. Semenjak keluar dari penjara suci, mereka jarang mengabari satu sama lain.

Sebulan sebelum meninggalkan penjara suci seperti biasa diwaktu malam menyelimuti separuh bumi dan bintang meramaikan adalah sajian senyum canda dan tawa segenap sahabat sambil di temani hangatnya kopi dan berbagai jajanan sederhana, semua menjadi sempurna. Tapi kini bintang sudahlah tiada lagi, karena mereka sudah berpencar melewati langit-langit.

Belimbing adalah sosok pria-pria yang cinta persaudaraan, terpancar dari aura kalbu tubuh mereka mampu memberikan cahaya kepada bintang dari kehangatan kalbu mereka. Di sinilah aku mulai membuka memori yang dulu, ku pasang pandang kedua mataku pada bintang-bintang. Dengan semburan sinar bulan purnama , angin yang berhembuspun mulai menebar aroma wangi sang malam.

Seiring terbukanya pintu malam terbukalah pintu masa laluku, dulu aku seseorang yang individu, suka berimajinasi dan suka menyendiri di kamar. Saat itu rasa suram melingkar dijiwaku, dan itu adalah sebuah kesedihan yang ngilu terasa dalam jiwa. Namun semua itu tak lama mengeram dibenakku, setelah aku ada di penjara suci aku merasa semua itu ku anggap angin lalu, atau mungkin karena saat itu aku baru berusia tunas hingga semudah itu aku bisa melupakan saat itu.
Tak terasa malam yang ku pandang sudah di tepian malam, sungguh betapa aku terkejut, ketika aku baru sadar dari lamunanku, ternyata sahabatku ada disampingku “melamun bro...” Nerut menegurku, “maaf bro, lagi bernostalgia” celetukku, “tidak beres-beres bro, besok kan mau pulang” Lijen bertanya, “nanti saja, bro... kita adalah pria berpendirian teguh, semoga kita dapatkan apa yang kita harapkan, dan mungkin hanya ini yang ku bekali untuk kalian sahabat satu angkatan hingga sekarang dan mungkin hari inilah persahabat kita terputus... entah berapa lama terputus...” jelasku, “bagaimana kalau lima tahun lagi kita kesini dan jika tidak kita memang berpisah selamanya...” kata Mayyun, “oke” Islim, “iya” Ebol, “siap” Nyman, “mengerti” Midon, “baik” Nerut, “nentu” Lijen, “hmph” aku.

Hitam malam semakin pekat merata ke segala angkasa, hanya ada kalbu di sisi rembulan dan bintang, udara yang berhembusan terasa dingin menjilat kulitku. Waktu terus berjalan menanti pagi dan belimbing harus pergi, selamat menyongsong hidup yang kita harapkan sahabat, semoga sang pencipta memberi terang pada jalan hidup kita.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun