Mohon tunggu...
Firdaus Deni Febriansyah
Firdaus Deni Febriansyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Seorang freelance content writer, bloger, dan kontributor di beberapa media

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Esai, Pendidikan yang Seharusnya

3 Juni 2019   10:56 Diperbarui: 3 Juni 2019   11:13 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan Indonesia dapat dikatakan masih belum baik dan masih tertinggal jauh dari negara-negara yang lainnya. Kita boleh berbangga menjadi langganan juara olimpiade tingkat Asia maupun dunia, namun pada kenyataannya, banyak dari para siswa maupun siswi yang merasa tidak puas dengan sistem pendidikan di tanah air. Berganti pemimpin, pendidikan kita selalu saja mengalami perubahan yang tak menentu.

Sayangnya setiap perubahan sistem, tak membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Literasi siswa/siswi juga masih jauh tertinggal dengan negara lain. Berdasarkan penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) menyebut, budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti oleh PISA. Siswa siswi Indonesia memiliki minat yang rendah dalam hal membaca.

Menurut data dari Perpustakaan Nasional tahun 2017, frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata hanya 3-4 kali dalam seminggu. Sementara itu, dalam setahun buku yang dibaca  rata-rata hanya lima hingga sembilan buku. Jelas, sebuah fakta yang sangat miris sekali

Selain faktor literasi, problem sistem pendidikan yang ada di negeri ini sejatinya juga menjadi salah satu pemicu ketertinggalan ini. Siswa dan siswi dipaksa untuk menguasai mata pelajaran sedangkan mereka tak mampu untuk melakukannya. Mungkin, negara ini perlu meniru bangsa lain dalam hal memajukan pendidikan.

Ambil contoh Finlandia. Negara yang nsatu ini dikenal sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Dilansir dari laporan Big Think yang dipublikasikan World Economic Forum (WEF), sistem pendidikan di Finlandia bertopang pada 2 hal : 

  1. akses yang sama terhadap pendidikan dan ;
  2. kebebasan memilih jalur edukasi sesuai minat dan bakat.

Untuk poin pertama, pemerintah sudah berusaha untuk melakukannya. Walaupun hasilnya memang belum sempurna. Memang, semua membutuhkan proses dan tidak bisa berhasil dalam waktu yang singkat. Namun beda halnya untuk poin kedua yang belum diterapkan kebijakannya oleh Menteri Pendidikan Indonesia.

Di SMA memang kita sudah mengenal istilah penjurusan, dimana para siswa dan siswi dapat memilih apakah ingin belajar di jurusan IPA atau IPS. Selain itu, beberapa sekolah juga menyediakan jurusan bahasa. Tapi, hal tersebut menurut saya, bidang tersebut masih terlampau luas.  Seharusnya, pembagian jurusan menjadi lebih spesifik lagi. Ya, kurang lebih seperti saat kita memilih jurusan kuliah. 

Dengan begitu, siswa dan siswi bisa mempelajari sesuatu apa yang benar-benar mereka minati dan benar-benar merupakan passion mereka. Orang-orang sukses di luar sana pada kenyataannya, hanya fokus menguasai 1 atau beberapa bidang keilmuan saja. Jangan sampai pelajar Indonesia termasuk ke dalam golongan "Jack of all trades, master of none". Dimana kita terlalu mencoba banyak keterampilan, namun tidak ada sama sekali yang benar-benar dikuasai. 

Atau pemerintah juga bisa mencoba untuk belajar dari sistem pendidikan yang ada di Negara Jepang. Di negara tersebut, 3 tahun pertama sekolah, siswanya tidak dinilai secara akademis melainkan mementingkan sikap yang baik. 

Di Indonesia memang banyak orang yang cerdas, namun attitude yang dimiliki masih jauh dari kata baik. Jadi, selain pendidikan akademis, pemerintah juga perlu lebih menggodok pendidikan karakter di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun