Mohon tunggu...
firda emilia
firda emilia Mohon Tunggu... Guru Kelas

Saya adalah seorang guru Sekolah Dasar yang berkomitmen dalam mendidik generasi muda, khususnya anak-anak di usia emas pendidikan dasar. Saat ini, saya sedang menempuh pendidikan Magister (S2) guna meningkatkan kompetensi profesional dan memperluas wawasan di dunia pendidikan. Bagi saya, menjadi guru bukan sekadar profesi, tetapi panggilan hati untuk terus belajar, berbagi, dan menginspirasi. Melalui tulisan-tulisan di Kompasiana, saya ingin mendokumentasikan pengalaman, ide, serta refleksi sebagai pendidik di era digital, khususnya dalam menghadapi tantangan dan harapan siswa Generasi Alpha.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Dasar dan Literasi Budaya: Merajut Tradisi di Tengah Derasnya Teknologi

14 Juni 2025   21:02 Diperbarui: 14 Juni 2025   21:02 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tengah derasnya arus digital dan globalisasi, anak-anak zaman sekarang lebih akrab dengan gadget dan tren luar negeri dibandingkan dengan cerita rakyat atau permainan tradisional. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan, khususnya dalam menjaga dan menanamkan nilai-nilai budaya bangsa sejak dini. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui penerapan literasi budaya di lingkungan Sekolah Dasar. Literasi budaya tidak hanya sebatas mengenalkan pakaian adat, tarian daerah, atau lagu-lagu tradisional, tetapi lebih dalam lagi yaitu membangun kesadaran anak terhadap keberagaman budaya, menghargai perbedaan, dan mengenali identitas diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Sekolah Dasar menjadi titik awal yang sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai budaya. Anak-anak pada usia ini sedang berada dalam tahap perkembangan karakter yang sangat pesat. Mereka mulai belajar mengenali siapa diri mereka, dari mana mereka berasal, dan bagaimana cara bersikap terhadap orang lain yang berbeda latar belakang. 

Maka, literasi budaya bukan hanya menjadi tambahan dalam pembelajaran, tetapi justru menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa. Saat ini, berbagai sekolah sudah mulai mencoba mengintegrasikan budaya lokal ke dalam proses belajar-mengajar. Misalnya, ketika belajar Bahasa Indonesia, siswa diajak untuk menceritakan legenda daerah masing-masing. Dalam pelajaran Seni Budaya, siswa dikenalkan pada alat musik tradisional, membatik, atau membuat kerajinan dari bahan alam sekitar. Bahkan dalam Kurikulum Merdeka, melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), siswa diberi ruang untuk mengeksplorasi kekayaan budaya lokal. Anak-anak bisa melakukan kegiatan seperti riset kecil tentang makanan tradisional, membuat dokumentasi video tentang upacara adat, atau menggelar pameran budaya di sekolah. Kegiatan semacam ini membuat proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan bermakna. Pemanfaatan teknologi juga menjadi jembatan yang sangat membantu dalam mengimplementasikan literasi budaya. Guru-guru kreatif kini menggunakan video edukatif, komik digital, bahkan media berbasis Augmented Reality (AR) untuk mengenalkan rumah adat, cerita rakyat, hingga permainan tradisional secara lebih menarik dan interaktif. Hal ini membuat anak-anak lebih mudah memahami dan merasa bangga terhadap budaya mereka sendiri. 

Namun, tentu saja penerapan literasi budaya tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utamanya adalah persepsi bahwa budaya lokal itu kuno dan tidak menarik. Selain itu, tidak semua guru memiliki pengetahuan atau akses yang cukup terhadap sumber-sumber budaya yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran. Maka diperlukan dukungan dari semua pihak, baik sekolah, pemerintah, orang tua, maupun masyarakat, untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan budaya melalui dunia pendidikan. Menanamkan literasi budaya sejak dini bukan berarti memaksa anak-anak untuk hidup di masa lalu, tetapi membekali mereka dengan akar yang kuat agar tidak mudah goyah di tengah arus budaya global. Dengan mengenal budayanya sendiri, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, toleran, dan mencintai tanah airnya. Inilah tugas kita bersama, agar kelak Indonesia tetap kokoh berdiri, tidak hanya sebagai negara yang luas dan kaya, tetapi juga sebagai bangsa yang memiliki jati diri kuat yang tertanam dalam setiap generasi mudanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun