Mohon tunggu...
Firda Nurul
Firda Nurul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi! Saya Firda Nurul, mahasiswa yang menggeluti studi di bidang bahasa dan budaya. Sekaligus tertarik dalam dunia literasi dan antusias terhadap hal baru. Enjoy!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesona Harta Karun Spiritual: Teropong ke dalam Warisan Doa-Doa Muhammad Aqib Madani

22 Januari 2024   16:49 Diperbarui: 22 Januari 2024   17:45 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar naskah kuno halaman 1&2

Dalam kekacauan dunia modern yang serba cepat, kita sering mencari petunjuk dan hikmah yang mendalam. Ternyata, jawabannya mungkin tersimpan dalam lembaran-lembaran naskah kuno. Salah satu tokoh yang mencurahkan kearifan spiritualnya dalam bentuk doa adalah Muhammad Aqib Madani, seorang pemikir klasik yang meninggalkan warisan berharga bagi kita.

Siapakah sebenarnya Muhammad Aqib Madani, dan mengapa karya-karyanya masih relevan hingga saat ini? Mari kita telusuri bersama dan temukan keindahan serta keajaiban yang tersembunyi di balik setiap kata yang tertulis.

Muhammad Aqib Madani merupakan seorang pemikir klasik yang berasal dari Sumatera Selatan, tepatnya di kabupaten Ogan Komering Ilir. Ia banyak menuangkan pemikiran terkait berbagai aspek kehidupan yang ditulis dalam catatan-catatan pribadinya. Salah satu naskah kuno koleksi Muhammad Aqib Madani yang berjudul "Ownership prayers note Al-Haj Muhammad Aqib ibn al-Haj 'Umar" ditemukan dalam platform digital DREAMSEA (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia) yang berisi doa-doa spiritual. Ia menuliskan wasiat untuk mengamalkan doa ketika bangun dari tidur dan doa ketika terkena penyakit. 

Naskah kuno ini terdiri dari 2 halaman yang ditulis dalam kertas berjenis unlined paper, berukuran 26 x 20 cm. Salah satu doa dalam naskah ini mewasiatkan kita untuk membaca doa ketika bangun dari tidur. Doa ini tidak hanya sekedar rangkaian kata, melainkan sebuah ungkapan syukur dan permohonan keberkahan untuk memulai hari. Puncaknya, doa ini cukup mencerminkan rasa syukur kepada Allah atas kehidupan yang dianugerahkan kembali setelah tidur. Adapun doa yang dimaksud dan tertulis dalam naskah adalah sebagai berikut


الحَمْدُلِلّهِ الَّذِي اَحْيَانَا بَعْدَمَا اَمَاتَنَا وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ. اَصْبَحْنَا وَاَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلهِ وَالْعَظْمَةُ وَالسُّلْطَانُ لِلهِ وَالْعِزَّةُ وَالْقُدْرَةُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَصْبَحْنَا عَلَى فَطْرَةِ الْاِسْلَامِ وَعَلَى كَلِمَةِ الْاِخْلَاصِ وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وَعَلَى مِلَّةِ َابِيْنَا اِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَاكَانَ مِنَ المُشْرِِكِيْنَ. اَللَّهُمَّ بِكَ اَصْبَحْنَا وَبِكَ اَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَاِلَيْكَ النُّشُوْرُ. اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ اَنْ تَبْعَثَنَا فِي هَذَا الْيَوْمِ اِلَى كُلِّ خَيْرٍ وَنَعُوْذُبِكَ اَنْ نَجْتَرَحَ فِيْهِ سِوَا اَوْ نَجْرَهُ اِلَى مُسْلِمٍ اَوْنَجْتَرَهُ اَحَدٌ اِلَيْنَا. نَسْأَلُكَ خَيْرُ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرُمَا فِيْهِ وَنَعُذُبِكَ مِنْ شَرِّ هّذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا فِيْهِ.


Alamdulillh al-ldhi ayn ba'dama mtan wa ilaihi an-nur, aban wa abaa al-mulku lillhi wal-'ahama wal-sulnu lillhi wal-'izzatu wal-qudrah lillhi Rabbil 'lamn. Aban 'al firai al-Islm wa 'al kalimati al-ili wa 'al dni nabiyyin Muammadin allallhu 'alayhi wa sallam, wa 'al millati bin Ibrhma anfan Musliman wam kna minal-murikin. Allhumma bika aban wa bika amsayn wa bika nuy wa bika numtu wa ilaika an-nur. Allhumma inn nas'aluka an tab'aan f hdh al-yawmi il kulli khayrin, wa na'dzu bika an najaraha fhi siw aw najrahu il muslimin aw najarahu aadan ilayn. Nas'aluka khayra hdh al-yawmi wa khayra m fhi wa na'dzu bika min arri hdh al-yawmi wa arri m fhi.

Artinya:
"Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan hanya kepada-Nya lah kita akan kembali. Kami telah memasuki waktu pagi, dan segala kekuasaan, kemuliaan, dan kekuatan adalah milik Allah, Tuhan semesta alam. Kami memasuki pagi ini dalam fitrah Islam, atas kalimat ikhlas, dan mengikuti agama Nabi kami Muhammad SAW, serta berpegang pada agama ayah kami Ibrahim yang lurus, seorang Muslim, yang tidak termasuk orang-orang yang musyrik. Ya Allah, dengan Engkau kami memasuki pagi ini, dengan Engkau kami memasuki petang, dengan Engkau kami hidup, dengan Engkau kami mati, dan kepada-Mu lah tempat kembali kita semua. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu untuk menghidupkan kami dalam kebaikan pada hari ini dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan di dalamnya, atau tergelincir ke dalam dosa, atau diseret menuju keadaan yang tidak Islami, atau diseret oleh seseorang yang tidak beriman kepada kami. Kami memohon kebaikan pada hari ini dan kebaikan yang ada di dalamnya, serta berlindung kepada-Mu dari keburukan pada hari ini dan keburukan yang ada di dalamnya."

Dalam penelusuran, ditemukan doa ini telah tertulis dalam kitab "Bidayatul Hidayah" karangan Imam Ghazali. Dan nyatanya, pada beberapa yayasan ataupun pondok pesantren banyak yang telah menerapkan adab dan doa bangun tidur tersebut dalam kesehariannya hingga saat ini. Tak dapat dipungkiri, doa bangun dari tidur yang ditulis oleh Imam Ghazali serta kemudian ditulis ulang oleh Muhammad Aqib Madani dalam catatan pribadinya masih relevan hingga saat ini. Mungkin, keindahan makna serta keajaiban di balik setiap kata yang tertulis dalam doa lah yang menjadikan Muhammad Aqib berpesan kepada zuriatnya untuk menerapkan doa ini dalam kehidupan sehari-hari. 

Tidak hanya sampai di situ, Muhammad Aqib juga menuliskan doa anjuran dari nabi saw yang hendaknya dibaca ketika sakit atau terkena penyakit yang juga disertai tata caranya dalam berdoa. Berdasarkan catatannya, jika ada bagian tubuh yang sakit atau terkena penyakit, maka langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan menghantarkan (meletakkan) tangan pada bagian yang sakit lalu membacakan doa, kemudian diulangi sampai tujuh kali. Adapun doa yang dimaksud adalah : 

   بِسْمِ اللَّهِ أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ مِنْ وَجَعِي هَذَا

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun