Fenomena pengemis di Kabupaten Jember tak hanya terlihat di lampu lalu lintas atau jalan raya pada hari-hari biasa. Menjelang hari-hari besar keagamaan seperti Idulfitri, Natal, dan Tahun Baru, jumlah pengemis di area pusat kota, pasar tradisional, dan area car free day meningkat drastis. Pengemis musiman ini datang dari berbagai wilayah, bahkan ada yang berasal dari luar daerah Jember.
Mereka kerap memanfaatkan keramaian untuk mencari belas kasihan masyarakat. Di car free day Alun-Alun Jember misalnya, pengemis dari anak-anak hingga orang tua terlihat berbaur dengan warga yang berolahraga. Mereka berpura-pura menjual tisu, permen, atau membawa anak kecil demi menarik simpati. Pada saat menjelang malam takbiran, mereka berbaris di sekitar masjid dan pusat perbelanjaan, meminta sedekah dari warga yang sedang berbelanja.
Kondisi ekonomi yang sulit, ketidakterampilan, dan budaya ketergantungan terhadap sedekah menjadi alasan utama mereka melakukan aktivitas ini. Padahal, Pemerintah Kabupaten Jember melalui Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2015 telah melarang segala bentuk aktivitas pengemisan di tempat umum. Termasuk juga larangan bagi masyarakat untuk memberikan uang atau barang kepada pengemis.
Sayangnya, aturan ini masih sering diabaikan. Banyak masyarakat yang dilanda rasa kasihan tetap memberikan uang kecil demi "sekadar membantu". Akibatnya, pengemis musiman ini terus bermunculan di setiap momen ramai, dan kembali menghilang saat aktivitas kota kembali normal.
Pemerintah perlu melakukan tindakan preventif dan solutif, seperti menambah posko pengawasan saat momen tertentu, serta melakukan pendataan pengemis musiman. Selain itu, program pelatihan kerja dan pemberdayaan komunitas marginal harus diperkuat agar mereka memiliki pilihan selain mengemis.
Kesadaran masyarakat juga memegang peran penting. Dengan tidak memberikan uang di jalanan dan menyalurkan sedekah melalui lembaga resmi, praktik mengemis musiman bisa ditekan. Jika dibiarkan, bukan hanya ketertiban kota yang terganggu, tetapi juga membentuk pola ketergantungan sosial yang merugikan dalam jangka panjang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI