Ternyata rahasia orang-orang Jepang agar bisa disiplin dan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dinamakan 'Ikigai'. Menurut Akihiro Hasegawa, Ikigai terdiri dari dua kata; iki yang berarti kehidupan dan gai yang berarti nilai. Jadi secara sederhana ikigai merupakan tujuan dan nilai hidup untuk siap menghadapi hari.
Ikigai ini sudah menjadi rahasia umum, bahkan sudah banyak dipraktikkan di negara lain melalui buku-buku yang membahas praktik dan konsep ikigai. Teman-teman yang masih ingin tahu lebih banyak mengenai ikigai bisa mencari beberapa buku terjemahan Indonesianya.
Mengenai ikigai, setiap orang tentunya akan berbeda-beda karena tujuan dan nilai hidupnya juga berbeda.Â
Ada empat poin sebagai penuntun menemukan ikigai kita; (1) apa yang dilakukan adalah sesuatu yang disukai, (2) sesuatu yang disukai tersebut ikut menghasilkan uang, (3) apa yang kita lakukan tersebut membuat kita menjadi ahli, (4) keahlian tersebut berguna bagi banyak orang.
Budak Kebutuhan Hidup
Bagi orangtua, tidak ada yang lebih penting dari memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya. Mereka membanting tulang, bekerja seharian untuk mendapatkan penghasilan agar kebutuhan hidup terutama yang pokok bisa dibeli.Â
Pertanyaan yang perlu kita ajukan? Apakah pola pikir orangtua sesederhana hanya hidup untuk mencari dan memenuhi kebutuhan? Atau dengan pertanyaan yang makin menukik, apakah hanya itu yang bisa dilakukan orang tua? Hanya menjadi budak kebutuhan hidup anak-anaknya? Kalau itu ikigai mereka, bagi saya tidak ada masalah.
Terdengar klise, tapi begitulah kenyataan kehidupan orangtua. Dalam  pikiran orangtua, apalagi sumbangsih yang paling penting selain memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya?Â
Tidak ada, hanya itu saja. Seolah-olah menjadi orang tua adalah sebuah pilihan pasti menjadi budak untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut saya ada yang salah. Menjadi orangtua bukan hanya seperti itu. Bisa melakukan lebih. Asalkan manajemen diri sebelum menjadi orangtua dilakukan dengan baik. Atau dengan kata lain, sebelum menjadi orangtua sudah menemukan ikigainya.
Belum lagi fresh graduate yang serampangan mencari pekerjaan asal diterima tanpa mempertimbangkan apa yang bisa dilakukan, apa keahliannya, apa yang disukainya, dan manfaat untuk banyak orang.Â
Akibatnya keluhan yang tak berkesudahan. Kerjaan ini sulitlah, kerjaan ini tidak sesuai dengan saya, kerjaan ini itu dan berbagai keluhan lainnya. Seolah semua terbayar tuntas ketika mendapatkan gaji, apalagi gaji yang diperoleh itu besar.