Mohon tunggu...
Fiqram Iqra Pradana
Fiqram Iqra Pradana Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai hal yang berbeda

Biasa saja!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Benturan Ikigai dan Kebutuhan Hidup

6 Desember 2019   22:34 Diperbarui: 7 Desember 2019   14:03 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini lahir karena pertanyaan teman kerja. Dia bertanya, "Apa yang harus kulakukan di dunia ini?"

Saya menanggapinya dengan diam sejenak seraya ingin menangkap maksud terdalam dari pertanyaannya itu. 

Saya mengira secara finansial dan spiritual tidak ada masalah berarti. Posisinya dalam kerjaan juga sangat strategis sehingga kebutuhan harian sudah tidak perlu dipikir lagi.

Namun ia berujar dalam perbincangan kami, "ada yang kurang!". Sebuah kebutuhan batin akan kepuasaan yang memang tidak bisa terpuaskan oleh uang dan kenikmatan kasat mata lainnya. Bagi saya, dia belum menemukan tujuan dan nilai dalam hidupnya.

Tujuan dan nilai hidup itu sangat penting. Orang-orang yang hidup dengan tujuan dan nilai hidup yang baik akan membuatnya produktif. Bahkan itulah yang menyebabkan ia bangun pagi dengan semangat tiap harinya selain dari tuntutan memenuhi kebutuhan hidup.

Karena manusia memiliki kebutuhan hidup maka manusia harus bekerja. Yah bekerja untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Bahkan terkadang karena begitu banyaknya kebutuhan hidup, kita menjadi lupa akan diri sendiri apalagi yang sudah memiliki tanggung jawab atau berkeluarga. Tiap harinya hanya diisi dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Bahkan sampai mati hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Yah begitulah kehidupan, terutama kehidupan modern dewasa ini. Keinginan telah menjadi kebutuhan utama. Seolah-olah keinginan itu menjadi kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Mengapa hal ini bisa terjadi? 

Yah karena hidupnya sering ikut-ikutan. Apalagi paparan iklan di TV dan internet menghipnotis kita. Makin kuatlah ketidakmampuan kita membedakan keinginan dan kebutuhan itu.

Ikigai Orang Jepang
Orang Jepang selain terkenal sebagai orang yang sangat disiplin dalam hidup, mereka juga memiliki tingkat produktivitas kerja yang tinggi. Sehingga orang-orang Jepang ini terkesan sebagai orang yang sangat rajin. 

Bahkan pola hidup seperti ini tidak saja dipraktikkan dalam negara, ia juga tetap bersikap disiplin jika berada di negara lain. Dunia telah mengakui orang-orang Jepang ini.

Ternyata rahasia orang-orang Jepang agar bisa disiplin dan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dinamakan 'Ikigai'. Menurut Akihiro Hasegawa, Ikigai terdiri dari dua kata; iki yang berarti kehidupan dan gai yang berarti nilai. Jadi secara sederhana ikigai merupakan tujuan dan nilai hidup untuk siap menghadapi hari.

Ikigai ini sudah menjadi rahasia umum, bahkan sudah banyak dipraktikkan di negara lain melalui buku-buku yang membahas praktik dan konsep ikigai. Teman-teman yang masih ingin tahu lebih banyak mengenai ikigai bisa mencari beberapa buku terjemahan Indonesianya.

Mengenai ikigai, setiap orang tentunya akan berbeda-beda karena tujuan dan nilai hidupnya juga berbeda. 

Ada empat poin sebagai penuntun menemukan ikigai kita; (1) apa yang dilakukan adalah sesuatu yang disukai, (2) sesuatu yang disukai tersebut ikut menghasilkan uang, (3) apa yang kita lakukan tersebut membuat kita menjadi ahli, (4) keahlian tersebut berguna bagi banyak orang.

Budak Kebutuhan Hidup
Bagi orangtua, tidak ada yang lebih penting dari memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya. Mereka membanting tulang, bekerja seharian untuk mendapatkan penghasilan agar kebutuhan hidup terutama yang pokok bisa dibeli. 

Pertanyaan yang perlu kita ajukan? Apakah pola pikir orangtua sesederhana hanya hidup untuk mencari dan memenuhi kebutuhan? Atau dengan pertanyaan yang makin menukik, apakah hanya itu yang bisa dilakukan orang tua? Hanya menjadi budak kebutuhan hidup anak-anaknya? Kalau itu ikigai mereka, bagi saya tidak ada masalah.

Terdengar klise, tapi begitulah kenyataan kehidupan orangtua. Dalam  pikiran orangtua, apalagi sumbangsih yang paling penting selain memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya? 

Tidak ada, hanya itu saja. Seolah-olah menjadi orang tua adalah sebuah pilihan pasti menjadi budak untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut saya ada yang salah. Menjadi orangtua bukan hanya seperti itu. Bisa melakukan lebih. Asalkan manajemen diri sebelum menjadi orangtua dilakukan dengan baik. Atau dengan kata lain, sebelum menjadi orangtua sudah menemukan ikigainya.

Belum lagi fresh graduate yang serampangan mencari pekerjaan asal diterima tanpa mempertimbangkan apa yang bisa dilakukan, apa keahliannya, apa yang disukainya, dan manfaat untuk banyak orang. 

Akibatnya keluhan yang tak berkesudahan. Kerjaan ini sulitlah, kerjaan ini tidak sesuai dengan saya, kerjaan ini itu dan berbagai keluhan lainnya. Seolah semua terbayar tuntas ketika mendapatkan gaji, apalagi gaji yang diperoleh itu besar.

Bekerja bukan hanya soal gaji tapi kepuasan dan kebahagiaan ketika melakukan pekerjaan tersebut. Apalagi kita memiliki keahlian dalam pekerjaan tersebut, yah makin mudah tuh pekerjaan diselesaikan. 

Kita bisa saja menyesuaikan diri dengan setiap pekerjaan. Namun pertanyaannya apakah waktu hidup kita hanya dilalui untuk mencoba-coba pekerjaan baru? Ujung-ujungnya pasti akan timbul pertanyaan, "untuk apa saya hidup?", dan berbagai pertanyaan sakral lainnya mengenai ketidakpuasan batin.

Apa yang Harus Dilakukan?
Tidak perlu buru-buru resign dari kerjaan untuk mencari atau hidup ke arah ikigai kita. Pelan-pelan saja, sembari tetap menjalankan kerjaan karena hidup butuh uang. Lakukanlah aktivitas sampingan di waktu luang yang mengarah ke ikigai kita. Ikut kursus atau sekolah lagi sambil terus mengamankan finansial kita.

Bagi kalian yang masih remaja, perbanyak melalukan aktivitas di luar sekolah semisal nimbrung kegiatan komunitas lingkungan, pendidikan, atau sosial atau berbanyak belajar untuk menemukan ikigai. 

Bagi orangtua, jika memang sudah tidak sanggup mencari ikigai-nya karena usia yang sudah tua, maka bantulah anak Anda untuk menemukan dan hidup pada ikigai-nya. Setidaknya akan memutus tali rantai hidup yang gitu-gitu aja.

So, bagi Anda yang masih muda. Lakukan pekerjaan yang Anda sukai bukan lagi karena alasan uang tapi karena pekerjaan tersebut memuaskan batin dan menimbulkan kebahagiaan. Jadilah ahli pada pekerjaan yang Anda sukai.

Ke depan Anda pasti akan dibayar karena keahlian yang Anda tekuni tersebut dan akan membuat hidup Anda lebih bermakna jika keahlian Anda tersebut bermanfaat bagi banyak orang.

Tulisan kali ini berat sih, karena seakan-akan ini menyinggung banyak kehidupan saya dan keluarga. Tapi tak masalah, semoga dari tulisan ini. saya, kamu, kita, dan semuanya mulai mengubah hidup ke arah yang lebih bermakna.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun