Mohon tunggu...
Fiqi Indra Fahlupi
Fiqi Indra Fahlupi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Menulis karena hidup, hidup bukan karena menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Analogi Rasa Part 3

16 Juli 2020   21:47 Diperbarui: 16 Juli 2020   22:03 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Untukmu yang telah mengubah prinsip hidupku, kuucapkan terimakasih...

Sebagai remaja, labil adalah hal biasa. Ini adalah cerita kelabilanku yang telah kau teguhkan dengan kasih sayangmu

"Saya pernah masa dimana saya sangat benci dengan sebuah hubungan antara dua mahluk tuhan yang disebut pacaran". Kebencian itu bukan tanpa alasan, karena bagiku pacaran itu hanya sebuah hambatan, hambatan untuk karir, pendidikan, kehidupan, dan kebebasan. Bagaimana tidak ! saat pacaran banyak manusia yang akhirnya terjerembab pada kekakuan hidup, alih -- alih menjaga hati, dia hanya menyiksa diri dengan tak mau berkomunikasi dengan manusia lain dengan dalih menjaga hati. Hadeuh....

 ga percaya ? coba kita amati kasus dibawah ini.

"Suatu pagi kabul punya agenda untuk mengikuti diskusi yang dihadiri oleh banyak orang orang penting, disaat yang sama pacarnya menghubungi kabul dan memintanya untuk menemani dia untuk berbelanja. Karena takut pacarnya marah akhirnya kabul lebih memilih untuk menemani pacarnya belanja dan meninggalkan diskusi itu, padahal dengan mengikuti diskusi tersebut, bukan tidak mungkin jika kabul mendapatkan relasi yang bisa membuat masa depanya lebih cerah.

Selain itu kabul yang sudah mempunyai pacar akhirnya menjadi menjaga jarak dengan teman temannya, terutama teman wanita. Hal itu dilakukan semata -- mata untuk menjaga hati pacarnya. Hahaha

Acap kali kabul juga mengeluh karena pacarnya banyak menuntut, bahwa kabul harus selalu ada, menemani chatingan, hingga menemani kegiatan yang sejatinya tidak penting. Alhasil kabul mendapat sebuah gelar yang entah itu membanggakan atau tidak. Sebuah gelar yang berbunyi bucin, akronim dari budak cinta.

Loh, memangnya kenapa dengan bucin ? ya ga ada apa apa sih, ga ada yang salah dengan gelar bucin. Hanya saja belum saatnya untuk kita sebagai anak muda.ya iya kalo yang kita perjuangkan itu adalah benar benar jodoh kita, jika tidak ? bukankah hanya akan menghasilkan kegiatan yang sia sia !.

 Sudah begitu saja.

Tapi.. ternyata pikiran saya berubah setelah mengalami beberapa kejadian dalam hidup selama sendiri tanpa pasangan. Ternyata kasus yang saya contohkan diatas bukan salah hubungan itu. Melainkan karena orang yang menjalaninya.

Banyak contoh lain yang membuka kekolotan pikiran saya. Mempunyai pasangan ternyata memang penting. Karena Mau tidak mau, afeksi memang sebuah kebutuhan seorang manusia yang harus dipenuhi. Layaknya kebutuhan untuk makan setiap hari. tanpa afeksi hidup seorang akan terasa sepi.

Inti dari tulisan ini adalah, bahwa prinsip seseorang bisa berubah sesuai dengan kebutuhan dan pengalaman. Seperti saya yang dulu pernah sangat anti dengan pacaran dan berubah dengan menganggap mempunyai pasangan adalah penting.

Saran dari penulis adalah, jangan terlalu konservatif dalam memandang sesuatu. Bisa jadi anda akan mengalami hal yang sama dengan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun