Banyak orang akan menjadikan sampah. Usai mengeluarkan isinya, kotak sabun langsung dibuang. Namun tidak dengan Warno. Ia menyimpan kotak sabun, menyusunnya pada kayu rangka rumah.
Mungkin sudah ribuan. Dalam kamarnya saja susunan kotak sabun sudah menjulang tinggi mengisi ruas dinding. Maka julukannya pun Warno si kotak sabun. Apa yang mendasarinya memelihara kotak sabun itu?
Hanya Warno yang tahu. Bekerja sebagai Satpam di sebuah swalayan. Warno 45 tahun tak memiliki pasangan. Ia hidup sendiri. Kepribadiannya juga penyendiri. Munah, penjaga toko ponsel di swalayan itu suka padanya. Tapi Warno seperti tak menghiraukan.
"Akang, ini ada kotak sabun kalau akang mau. Munah bawa dari rumah," Munah memberi Warno.
"Mmmm. Ya terimakasih. Akan saya bawa pulang neng,"
"... Akang, Munah boleh tahu Ndak. Kenapa akang koleksi kotak sabun?"
" Ya ...untuk koleksi saja neng," Warno berlalu dari Munah tak ingin perpanjang percakapan.
Raut wajah Munah tampak kesal, melihat sikap dingin Warno yang mengacuhkannya.
***
Selang seminggu Pak RT datang ke rumah Warno, melihat-lihat rumahnya.
"Mas Warno, boleh saya masuk?"