Mohon tunggu...
Fiqih P
Fiqih P Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Semarakkan literasi negeri

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Bos

27 November 2017   23:58 Diperbarui: 28 November 2017   00:10 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kepala botak belang : www.tribunnews.com

Aku menyebutnya bos. Kepalanya botak di bagian belakang. Instruksinya tak bisa dibantah apalagi tak dikerjakan. Musibah bagi kita kedepan. Masukan tak pernah didengarnya. Itulah kami bawahan yang mau tak mau harus mau.

Suatu ketika di kantor aku dipanggil ke ruangannya. Ia marah karena aku tak menjalankan sesuai perintahnya.

"Sudah saya katakan pengiriman harus dilakukan pada CV.Sartis, ini kenapa kita yang mengirim sendiri," katanya padaku.

"Begini pak, CV tersebut track recordnya sangat buruk melakukan pengantaran-pengantaran sebelumnya, jadi saya selaku kepala yang membidangi ini harus mengambil sikap untuk mengantar sendiri," jawabku.

"Tidak.... selama ini kerja kalianlah yang tidak becus,"

"Kalian lambat, bukan CV Sartis," ucapnya.

"Grebak"

Aku memukul meja yang memisahkan kami berdua.

"Cukup pak, saya berhenti pak. Kegaduhan ini semua karena keegoisan bapak,"

"seharusnya bapak sebagai pimpinan dapat membela kami yang notabene bawahan bapak langsung, bapak sering mempermalukan kami didepan rekan-rekan kerja lain, anda pemimpin yang buruk," ucapku.

Seketika akupun keluar dari ruangannya. Tak disangka Si Bos telah lemah kena serangan jantung lantaran pukulan tanganku di meja tadi. Ia pun tewas!!!

Sei Rampah 27/11/2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun