Aku menyebutnya bos. Kepalanya botak di bagian belakang. Instruksinya tak bisa dibantah apalagi tak dikerjakan. Musibah bagi kita kedepan. Masukan tak pernah didengarnya. Itulah kami bawahan yang mau tak mau harus mau.
Suatu ketika di kantor aku dipanggil ke ruangannya. Ia marah karena aku tak menjalankan sesuai perintahnya.
"Sudah saya katakan pengiriman harus dilakukan pada CV.Sartis, ini kenapa kita yang mengirim sendiri," katanya padaku.
"Begini pak, CV tersebut track recordnya sangat buruk melakukan pengantaran-pengantaran sebelumnya, jadi saya selaku kepala yang membidangi ini harus mengambil sikap untuk mengantar sendiri," jawabku.
"Tidak.... selama ini kerja kalianlah yang tidak becus,"
"Kalian lambat, bukan CV Sartis," ucapnya.
"Grebak"
Aku memukul meja yang memisahkan kami berdua.
"Cukup pak, saya berhenti pak. Kegaduhan ini semua karena keegoisan bapak,"
"seharusnya bapak sebagai pimpinan dapat membela kami yang notabene bawahan bapak langsung, bapak sering mempermalukan kami didepan rekan-rekan kerja lain, anda pemimpin yang buruk," ucapku.
Seketika akupun keluar dari ruangannya. Tak disangka Si Bos telah lemah kena serangan jantung lantaran pukulan tanganku di meja tadi. Ia pun tewas!!!
Sei Rampah 27/11/2017