Mohon tunggu...
Fiona Try
Fiona Try Mohon Tunggu... Jurnalis - S1 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

When nothing is sure, everything is possible.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Buah dari Kegigihan: Perjuangan Jurnalisme Pikiran Rakyat

3 Oktober 2021   22:46 Diperbarui: 3 Oktober 2021   23:34 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kedatangan Jokowi ke Pikiran Rakyat. Sumber: www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya

Masa sulit mulai terjadi pada tahun 1973, kantor, mesin cetak, mesin tik yang paling murah sekalipun tidak dimiliki oleh Pikiran Rakyat. Sehingga agar terus dapat membuat surat kabar, seringkali Pikiran Rakyat meminjam atau menumpang peralatan kantor orang lain.

Pada masa itu, oplah Pikiran Rakyat tidak pernah mencapai lebih dari 20.000 eksemplar/hari. Tenaga kerja jurnalis dan non jurnalis (tata usaha) tidak lebih dari 30 orang.

Berbicara mengenai honor saat masih dalam tahap merintis, Pikiran Rakyat mengandalkan penjualan hasil koran sisa percetakan yang tidak laku pada hari itu, lalu dikumpulkan sebnyak-banyaknya dan dijual ke tempat loak. Nantinya, hasil penjualan tersebut dibagi rata.

Terbentuknya PT. Pikiran Rakyat Bandung

Berkat kesabaran, kegigihan serta keuletan perintis Pikiran Rakyat saat itu, Surat kabar ini berhasil mendapat tempat dihati pembaca dan Mentri Penerangan yang mengetahui hal ini. Sehingga, badan hukum pikiran rakyat yang semula "yayasan", berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Terhitung dari 9 April 1973 dengan Akte Notaris No. 6 yang dibuat di hadapan Notaris Noezar, SH di Bandung. Lalu disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No. 7. A 5/212/10, tanggal 13 Juli 1973, yang diumumkan dalam berita negara No. 58 tanggal 20 Juli 1973, dengan Surat Ijin Terbit No. 0553/PER/2/SK/DIRJEN-PG/SIT/1973 tanggal 8 Agustus 1973.

Berkat bantuan Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT. Pikiran Rakyat dapat melengkapi peralatan kantornya dengan membeli percetakan offset dari fasilitas PMDN. Sehingga PT. Pikiran Rakyat dapat mencetak 25.000 eksemplar/jam.

Tahun 1974, Pikiran rakyat mulai menyebar ke pelosok Jawa Barat dan menyingkirkan surat kabar terbitan Jakarta.

Setelah beberapa tahun kemudian,PT. Pikiran rakyatpun kini mulia membeli mesin cetak terbaru dari Amerika yang dapat mencetak 50.000 eksemplar/jam/unit. Lalu ditahun 1974 mendirikan percetakan offset yang ditempatkan pada anak perusahaan PT. pikiran rakyat yaitu PT. Granesia yang masuh beroprasi mencetak penerbitan umum diluar Grup Pikiran Rakyat.

Buah dari Kegigihan 

kedatangan Jokowi ke Pikiran Rakyat. Sumber: www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya
kedatangan Jokowi ke Pikiran Rakyat. Sumber: www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya

Jika pada awalnya PT. Pikiran Rakyat hanya memiliki HU sebagai penerbitnya, kini PT. Pikiran Rakyat memiliki beberapa penerbitan, radio, percetakan, pernah memiliki warrtel (warung telekomunikasi). Dengan banyaknya jumlah penerbitan, maka sebutan "PT" Pikiran Rakyat berubah menjadi  Grup Pikiran Rakyat.

Selain itu, eksistensi Pikiran Rakyat dapat kita temukan juga pada website resmi, dan sosial media lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun