Mohon tunggu...
Fini RosyidatunNisa
Fini RosyidatunNisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobby saya adalah membaca, menulis, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehilangan Cinta Pertamaku

25 Desember 2022   09:56 Diperbarui: 25 Desember 2022   10:04 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kelulusan SD pun telah tiba...

Pada tahun 2013 ayah memintaku untuk melanjutkan sekolah dipondok, untuk belajar Agama Islam lebih dalam lagi. Setelah aku fikir-fikir akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) di pondok pesantren Islam Amanah Poso sesuai dengan apa yang diinginkan oleh ayahku. Hari demi hari telah berlalu dimana pada hari ini aku akan masuk pondok yang jauhnya sekitar 6-7 jam perjalanan dari rumahku menuju pondok Amanah, aku diantar ayah, ibu dan juga adik kecilku yang berusia 8 tahun. Hatiku sangat berat untuk meninggalkan keluarga, rumah,dan teman-temanku, tapi aku berusaha ikhlas dalam menjalani semua ini. Sesampainya di pondok, ayah dan ibuku pamit untuk pulang, dan aku berusaha untuk menahan tangisku agar tidak pecah didepan ayah dan ibuku, tetapi aku tidak bisa menahan kesedihan itu, akhirnya tangisku pun pecah dan ibuku langsung memelukku dengan erat sambil membisikkan pesan untukku, setelah ibuku kemudian ayahku juga memberikan pesan untukku yaitu" belajarlah dengan baik ya nak, banggakanlah ayah dan ibumu dengan ilmu agama yang kau dapatkan dan suatu saat bisa kau ajarkan kepada umat."

Hari demi hari, bulan demi bulan telah ku lalui di pondok, alhamdulillah aku memiliki teman sekelas yang jumlahnya cukup banyak, dan aku sangat bersyukur memiliki teman-teman seperti mereka yang perhatian dan sangat baik terhadapku. Kini tiba saatnya untuk ujian kenaikan kelas II KMA (SMP), dimana aku berusaha belajar untuk menjawab soal-soal ujian nanti. Seminggu pun telah berlalu dan ujian pun telah usai dan kini didepan mata liburan Ramadhan akan menghampiri kita (anak pondok), saat liburan Panjang telah tiba aku dijemput ayah dan ibuku untuk balik ke kampung halaman tercinta. Di hari pertama aku dirumah, ayah mengajak aku dan keluargaku pergi ke pantai, aku sangat bahagia sangat-sangat bahagia bisa berkumpul dan piknik bareng keluarga lagi. Di hari-hari berikutnya aku menghabiskan waktu liburanku untuk mengajar ngaji di TPA yang dekat dari rumahku. Kini hari-hari yang ku lalui Bersama keluargaku akan berakhir yang artinya aku akan kembali untuk menuntut ilmu.

Liburan Panjang pun telah berlalu...

Pada tahun ajaran 2015-2016 tak dirasa aku udah kelas II KMA. Singkat cerita, pada waktu ujian akhir semester dua dimana aku akan naik ke kelas III KMA. Seminggu sebelum ujian aku punya firasat yang aneh didalam hatiku, tapi aku belum tau apa yang akan terjadi, yang mana biasanya ibu atau ayahku sering menelfonku sekarang udah jarang, entah kenapa aku sangat merindukan ayahku, mengingat nasihat, pesan yang di sampaikannya kepadaku. Tepat di hari jum'at aku ujian tulis hadits tentang pengertian sabar, disaat aku ingin menjawab pertanyaan itu aku merasa kesusahan dalam menjawab soal tersebut, dan tak lama kemudian ustadzah bagian kesantrian datang ke kelas dan menanyakan kepada para santri siapa nama orang tua (ayahnya) yang bernama pak Iqbal? Aku yang mendengarnya terdiam sejenak lalu aku mengangkat tanganku dan dengan serempaknya orang-orang semua melihatku, kemudian ustadzah berjalan menuju tempat dudukku seraya berkata: "nanti setelah ujian alya' ke kantor ustadzah ya." aku pun penasaran kenapa yaa ustadzah bertanya seperti itu, tapi aku terus berusaha khusnudzon dan kembali mengerjakan soal ujian. Setelah ujian selesai aku langsung pergi kekantor dan qoddarullah pada saat itu ustadzah kesantrian lagi keluar, dan kemudian aku balik ke kamar untuk istirahat, setelah sholat dzuhur qoddarullah aku dijenguk kakek dan pamanku, aku pun beranjak pergi keruang tamu, setelah aku mencium tangan kakek dan pamanku aku merasakan jantungku berdegup kencang, disertai dengan perasaan yang ga enak, kakekku pun memberitahukanku tujuan kakekku datang ke pondok, yaitu memberi kabar, katanya kalau omku jatuh sakit, dimana kakekku mengatakan hal tersebut dengan mengeluarkan air mata, aku yang mendengar hal tersebut jantungku semakin ga karuan akhirnya aku pun ikut menangis, tak lama kemudian kakekku menyuruhku untuk berkemas lalu izin untuk pulang. Tapi aku menolaknya karna waktunya pada saat itu lagi ujian kenaikan kelas III KMA (semester dua), kakekku pun memaksaku untuk pulang bersama kakek dan pamanku, kemudian tiba-tiba Ustadz Ridwan (Mudir) datang kepondok dan kakekku langsung meminta izin ke Ustadz, alhamdulillah Ustadz mengizinkanku untuk balik bersama sepupuku(Irha), kemudian aku dan sepupuku langsung pergi ke kamar berkemas untuk balik ke rumah.

Alhamdulillahnya Ustadz Ridwan adalah teman ayahku, dengan begitu Ustadz izin kepada kakekku kalau Ustadz mau nganterin aku dan sepupuku. Dan kakekku pun mengizinkannya, akhirnya aku pulang kerumah diantar oleh Ustadz Ridwan, Ustadz Khuzaifah, dan H. Adnan (Ketua Yayasan Amanatul Ummah). Di perjalanan pulang dengan melewati banyaknya gunung (jalan berlika-liku), ditambah lagi dengan rasa penasaran didalam hatiku, akhirnya aku pun muntah-muntah dan nangis. Tak lama kemudia aku pun tertidur dimobil. Satu jam pun telah berlalu.kemudian sepupuku membangunkanku, dengan berkata: " Al bangun, ini kita sudah dipalu, tidak lama lagi kita akan sampai dirumah." Aku pun terbangun dengan rasa tak sabar ingin bertemu ayah, ibu dan semua keluargaku. Sesampainya dirumah sepupuku Ustadz berkata: kalian tunggu disini dulu yaa, Ustadz mau nganterin H. Adnan kerumahnya beliau. Kita pun menjawabnya dengan kompak: iya Ustadz. Dan disitu aku semakin penasaran, dan aku bertanya dalam hati: "kenapa aku diturunin dirumah sepupuku? Kenapa tidak langsung dianterin kerumahku aja?" disaat itu fikiranku semakin tidak karuan, tak lama kemudian Ustadz datang lagi untuk menjemput aku dan sepupuku, disitu aku bertanya-tanya dengan sepupuku, "kita mau kemana lagi? Kata sepupuku: kita akan diantar sama Ustadz kerumah sakit, kemudian aku bertanya lagi kepada sepupuku: emang yang sakit om siapa? Sepupuku menjawab: nantilah kamu lihat. Dimana disitu aku semakin penasaran dan jantungku semakin berdetak dengan sangat kencang.

Tiga puluh menit telah berlalu, akhirnya aku, dan sepupuku dan dengan kedua Ustadz tiba dirumah sakit (Undata Palu), yang mana Rumah Sakit tersebut baru ditempati, dan kita pun masuk mencari ruangan omku (ayahku), selang beberapa menit ibuku menelfon Ustadz Ridwan, dan memberitahu kalau ayahku berada diruang ICU. Kedua Ustadzku pun terus berjalan mencari ruangan ICU, aku dan sepupuku hanya mengikuti beliau dari belakang. Sesampainya didepan ruangan ICU, aku melihat betapa banyaknya orang-orang dan keluargaku yang datang menjenguk ayahku, aku pun sudah tidak sabar lagi, saking penasarannya ingin melihat om siapa yang sakit. Kemudian disetiap sudut ruangan ICU aku mencari sosok ayah dan ibuku, tapi aku tak melihat keduanya berada disana. Sesampaianya didepan ruangan ICU aku melihat dan mendengar pembicaraan tante-tanteku mereka berkata: itu anaknya yang dari pondok di Poso, aku yang mendengar hal itu semakin penasaran, disaat itu, aku langsung melihat ibuku yang baru saja keluar dari ruangan ICU dengan wajah yang penuh dengan kesedihan, kelelahan, dan sangat kelihatan lemah tak berdaya. Aku pun langsung datang dan mencuim tangan ibuku, lalu aku terus bertanya-tanya dimana ayah, ibu? Ibuku hanya membahas yang lain, dan bertanya kepadaku tentang perjalanan kesini (rumah sakit), "gimana perjalanannya kesini? Lalu aku menjawab: ya begitu, aku dijalan muntah-muntah terus aku belum makan, belum sempat kerumah. Kemudian ibuku yang mendengar jawabanku seperti itu langsung mengambilkan aku makanan dan minum, sementara ibuku disitu udah tiga hari belum makan dan hanya sedikit minum.

Disaat aku makan aku melihat kedua Ustadzku masuk ke ruang ICU.  Setelah selesai makan, dan istirahat, waktu menunjukkan jam 10 malam. Ibuku mengajakku masuk ke dalam ruangan ICU, tak menunggu lama lagi aku langsung berdiri sambil menarik ibuku. Pada saat aku masuk bersama ibuku, ibuku bertanya kepadaku, apakah kamu sudah siap? Lalu aku menjawab, iya. Akhirnya aku masuk ke ruang ICU, kemudian ibu menyuruhku, lihatlah siapa yang terbaring di tempat tidur sana? Aku pun langsung melihat orang-orang yang terbaring di ruang ICU dari ujung hingga ke ujung dan tepatnya mataku langsung tertuju pada tempat tidur yang ke-3 di situlah aku kaget, dan langsung lemas tak berdaya, aku tak menyangka bahwa kabar yang di sampaikan kepadaku kemarin, kalau yang sakit itu adalah ayahku sendiri (cinta pertamaku).

Tangisku pun pecah dan aku langsung lari menuju tempat tidur ayahku, dengan perasaan masih tidak percaya kalau ayahku (cinta pertamaku) sedang terbaring sakit dan tidak sadarkan diri... aku berdiri dihadapan ayahku yang sedang terbaring tanpa sadarkan diri, kemudian bibiku menyuruhku untuk meminta maaf kepada ayahku dan mengatakan kalau aku, anakmu yang dari pondok telah datang. (dengan cara berbisik ditelinga ayahku), setelah itu aku terus menangis disamping ayahku sambil mengatakan, kok ayah belum bangun-bangun, bangun ayah jangan pergi tinggalkan aku, aku masih butuh ayah, nanti yang bayar uang SPP aku siapa? kalau bukan ayah. Pada waktu aku mengatakan semua itu, orang-orang ikut nangis mendengarnya, kemudian bibi dan pamanku bilang kepadaku kalau yang bantu bayar SPP nanti adalah mereka. Aku yang mendengar hal itu aku masih tetap nangis sambil membangunkan ayahku. Setengah jam aku didalam bersama ayahku, kemudian ibuku menyuruhku keluar untuk istirahat (tidur), bibiku langsung mengantarku keluar dan menemaniku tidur didekat adikku.

Pukul 11.40 adikku membangunkanku dengan cara memaksaku dan kelihatan sangat khawatir, aku pun terbangun, dan menanyakan ada apa? Terus adikku berkata, ayah, ayah, (dengan wajah yang sangat sedih), lalu aku beratanya lagi kenapa? Adikku langsung menarikku dan pergi sama bibiku, lalu bibiku menjelaskan kepadaku dengan pelan-pelan kalau ayahmu udah mau pergi (sekarat), aku yang mendengar hal itu langsung menarik adikku untuk masuk ke dalam ruangan ICU. Diruangan ICU aku melihat banyak keluargaku yang mengerumuni ayahku, sedangkan ibuku sibuk berfikir untuk memutuskan/ menandatangani alat yang ayahku pakai sampai saat itu, karna ayahku disaat itu hidup hanya karna bantuan alat oksigen. Dengan berat hati ibuku akan menandatangani surat yang akan memutuskan alat yang dipakai ayahku, karna kalau alatnya tidak dicabut, kata dokter, kasihan ayahnya merasa kesakitan terus. Dengan begitu ibuku langsung menandatangani surat tersebut dengan tangisan, tidak percaya, dan tangan yang gemetar. Tak lama kemudian, setelah alatnya dicabut, paman dan bibiku mentalqin dan membaca ayat al-quran ditelinga ayahku. Aku yang melihatnya aku tidak sanggup dan ingin berteriak saking tidak percaya kalau ayahku akan meninggalkan aku dan keluargaku.

Waktu menunjukkan pukul 12.00 tepat dihari ahad, 07 Juli 2015 (seminggu sebelum Ramadhan) ayahku meninggal dunia. Dimana aku dan keluargaku merasa sangat kehilangan sosok kepala keluarga, dan cinta pertama kami.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun