Mohon tunggu...
FINANDI RAHMAWATI
FINANDI RAHMAWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling

Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling FKIP UKSW Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Daya Beli Menurun, Konflik Meningkat: Strategi Manajemen Konflik untuk Organisasi di Masa Krisis

9 Juli 2025   21:00 Diperbarui: 9 Juli 2025   21:00 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia bisnis menghadapi tekanan yang begitu berat akibat permasalahan ekonomi sangat tidak menentu. Penurunan daya beli masyarakat yang dipicu oleh inflasi, kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, dan melambatnya pertumbuhan ekonomi telah menyeret banyak organisasi ke dalam pusaran krisis. Dalam situasi yang rawan seperti ini, konflik di dalam organisasi sering kali tidak dapat dihindari. Mulai dari masalah gaji, beban kerja, hingga kebijakan manajemen yang dianggap tidak adil, semuanya bisa menjadi sumber konflik. Jika dibiarkan, konflik-konflik tersebut tidak hanya merusak hubungan antar individu, namun juga dapat menggoyahkan tujuan organisasi itu sendiri. 

Konflik dalam organisasi selama masa krisis biasanya tidak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor pemicu yang saling terkait. Tekanan ekonomi yang dirasakan individu di luar tempat kerja, seperti kenaikan biaya hidup atau tanggung jawab keluarga yang semakin besar sering kali terbawa ke tempat kerja. Karyawan menjadi lebih sensitif terhadap isu-isu seperti pemotongan insentif atau distribusi beban kerja yang tidak merata. Selain itu, banyak organisasi menanggapi krisis dengan perubahan kebijakan yang drasti mulai dari efisiensi, penggabungan divisi, hingga pemangkasan karyawan (PHK). Perubahan-perubahan tersebut, jika dilakukan tanpa komunikasi yang baik dapat memicu rasa tidak aman dan ketidakpercayaan. Dalam kondisi seperti itu, informasi yang tidak lengkap atau membingungkan sering kali memperburuk keadaan, karena karyawan hanya akan menduga-duga dan saling menyalahkan satu sama lain. Yang tidak kalah penting, sumber daya yang terbatas selama krisis dapat memicu persaingan internal. Ketika kesempatan promosi berkurang atau bonus hanya diberikan kepada beberapa orang saja, hubungan kerja yang tadinya harmonis bisa berubah menjadi persaingan yang merusak. 


Konflik yang tidak ditangani dengan baik akan berdampak lebih buruk. Motivasi karyawan dapat menurun drastis, ketika karyawan tidak merasa didengarkan atau merasa diperlakukan tidak adil, maka akan membuat produktivitas mereka menurun. Tidak jarang karyawan keluar, meningkatkan tingkat pergantian karyawan yang berarti biaya tambahan bagi perusahaan. Layanan pelanggan juga terpukul baik secara langsung dari karyawan garis depan yang kehilangan semangat, maupun dari koordinasi tim yang terganggu di belakang layar. Lingkungan kerja yang penuh tekanan dan ketidakpercayaan dapat membunuh ide-ide baru. Karyawan cenderung diam atau bermain aman, enggan mengambil risiko, bahkan menahan ide mereka sendiri karena takut dikritik atau tidak dihargai. Ketika sudah terjadi serangkaian konflik didalam organisasi tersebut maka perlu adanya strategi untuk mengelola konflik itu supaya tercipta tujuan dari organisasi tersebut.


1. Membangun Komunikasi yang Jujur dan Terbuka

Langkah pertama yang sering dilupakan adalah mendengarkan, bukan hanya memberikan informasi satu arah dari manajemen ke karyawan, tapi menciptakan ruang yang aman untuk bertanya, berdebat, dan bahkan mengkritik. Forum terbuka, rapat kecil lintas divisi, atau sesi tanya jawab langsung dengan pimpinan bisa menjadi cara efektif untuk mengembalikan kepercayaan. Transparansi juga penting, terutama dalam situasi yang sulit. Ketika manajemen menjelaskan alasan di balik kebijakan yang tidak populer, karyawan cenderung lebih mudah menerima, meskipun mereka tidak sepenuhnya setuju.

2. Pendidikan tentang Resolusi Konflik

Konflik bukanlah sesuatu yang harus dihindari konflik dapat menjadi titik awal perubahan jika dikelola dengan bijak. Pelatihan tentang komunikasi asertif, empati, dan teknik resolusi konflik dapat menjadi penting bagi semua anggota organisasi, termasuk para pemimpin, pelatihan semacam ini tidak hanya berguna saat terjadi krisis dalam jangka panjang kemampuan menyelesaikan konflik secara konstruktif adalah salah satu kunci untuk menciptakan budaya kerja yang sehat.

3. Memilih Gaya Penyelesaian Konflik yang Tepat

Tidak semua konflik harus diselesaikan dengan gaya yang sama. Ada kalanya pendekatan kolaboratif yang mencari solusi terbaik untuk semua pihak adalah yang paling ideal namun dalam situasi tertentu, pendekatan kompromi atau bahkan akomodasi bisa jadi lebih efektif terutama jika waktunya terbatas atau hubungan jangka panjang yang dipertaruhkan. Beberapa macam pendekatan dan kapan harus digunakan ketika menyelesaikan konflik.

a. Pendekatan Kolaborasi, ketika solusi jangka panjang dibutuhkan dan ada waktu untuk berdialog.
b. Pendekatan Kompromi, ketika keputusan harus cepat dan semua pihak bersedia untuk mengalah.
c. Pendekatan Akomodasi, untuk menjaga hubungan baik atau jika pihak lain lebih membutuhkan.
d. Pendekatan Kompetisi, dalam krisis yang mendesak atau untuk keputusan yang berprinsip.
e. Pendekatan Penghindaran, ketika konflik tidak penting atau emosinya terlalu tinggi untuk diselesaikan sekarang.

4. Memperhatikan Aspek Psikologis Karyawan

Ketika krisis berlangsung lama, bukan hanya keuangan yang menderita kesehatan mental juga terpengaruh, organisasi yang peduli dengan kesejahteraan psikologis karyawannya akan memiliki peluang lebih besar untuk bertahan. Menyediakan akses konseling, menerapkan jam kerja yang lebih fleksibel, atau memberikan waktu istirahat secara emosional bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun