Anak seringkali ingin cerita. Tentang apa yang dia rasakan hari ini, tentang teman yang tiba-tiba nggak mau main sama dia, atau tentang tugas sekolah yang bikin dia bingung. Tapi entah kenapa, setiap kali anak mulai bicara, rasanya seperti suaranya tak benar-benar sampai.  Sebagai orang tua, sering kali  mereka merasa sudah cukup hadir karena selalu berada di dekat anak. Namun, kehadiran fisik tidak selalu berarti kehadiran yang utuh. Anak bisa saja duduk di sebelah orang tuanya, bercerita panjang lebar, sementara pikiran orang tua melayang ke pekerjaan, ponsel, atau urusan rumah lainnya. Saat itu terjadi, sebenarnya orang tua sedang melewatkan momen penting, yaitu kesempatan untuk membangun kedekatan dan kepercayaan.Â
Banyak orang tua mungkin berpikir bahwa setiap kali anak bercerita, maka harus disertai dengan nasihat atau solusi. Namun kenyataannya, anak sering kali hanya ingin dimengerti. Hanya ingin tahu bahwa apa yang dirasakannya itu valid, bahwa cerita yang dibagikan bukan dianggap remeh atau diabaikan begitu saja. Â Bagi anak, didengarkan bukan hanya soal mendapatkan respons atau solusi. Mereka ingin merasa bahwa apa yang mereka sampaikan berarti. Ketika orang tua memberi waktu dan perhatian penuh, anak merasa dihargai.
Sebaliknya, ketika cerita mereka diabaikan atau dianggap sepele, mereka bisa merasa tidak penting. Saat anak merasa ceritanya tidak dihargai, perlahan ia mulai ragu untuk berbicara. Lama-kelamaan, ia bisa memilih untuk diam. Bukan karena tak punya cerita, tapi karena merasa tidak ada gunanya berbagi jika tidak benar-benar didengarkan. Â Jika ini terus terjadi, bukan tidak mungkin anak menjadi tertutup, enggan berbagi, bahkan merasa sendirian meskipun berada di tengah keluarga. Hal-hal kecil yang tampak sepele hari ini bisa menjadi awal dari jarak emosional yang sulit dijembatani di kemudian hari.
Mendengarkan anak sebenarnya tidak sulit. Yang dibutuhkan hanyalah sedikit waktu dan kesediaan untuk hadir sepenuhnya. Tidak harus lama, yang penting tulus. Orangtua bisa mencoba dengan hal sederhana yaitu:
Menatap mata anak saat mereka berbicara
Menunda sejenak kegiatan lain dan fokus pada ceritanya
Memberikan tanggapan yang menunjukkan empati
- Tidak langsung menghakimi atau menyela
Terkadang hanya butuh beberapa menit untuk menatap mata mereka, mendengarkan dengan tenang, dan memberi tanggapan yang menunjukkan empati. Hal-hal kecil seperti ini dapat memberikan dampak besar pada tumbuh kembang emosional anak. Ketika anak merasa didengar, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, terbuka, dan merasa diterima. Sebaliknya, ketika suara mereka terus-menerus diabaikan, bisa tumbuh rasa tidak dihargai yang diam-diam membentuk jarak antara anak dan orang tua.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI