Mohon tunggu...
Fina MR
Fina MR Mohon Tunggu... Mahasiswa IAIN Ponorogo

hanya sekedar untuk mencurahkan pendapat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kritikan Netizen: Antara Kebebasan Berpendapat dan Hujatan Berlebihan di Sosial Media

10 Maret 2025   07:57 Diperbarui: 10 Maret 2025   07:57 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di era digital seperti sekarang, media sosial menjadi tempat utama bagi orang untuk berbagi pendapat, berinteraksi, dan mengungkapkan perasaan. Salah satu hal yang paling sering muncul di sana adalah kritikan. Tak jarang, kritikan tersebut datang dari netizen yang merasa perlu menyuarakan ketidaksetujuan atau pendapat mereka terhadap suatu hal, entah itu isu politik, selebriti, hingga kebijakan pemerintah. Namun, ada garis tipis antara kebebasan berpendapat dan hujatan berlebihan yang sering kali tumpang tindih.

Kebebasan berpendapat adalah hak setiap orang, yang tentunya sangat dijaga dalam ruang digital. Namun, sering kali kita melihat bagaimana kritikan yang awalnya dimaksudkan untuk memberikan masukan malah berubah menjadi serangan pribadi yang menyakitkan. Tidak sedikit netizen yang menggunakan media sosial sebagai ajang untuk menyebarkan kebencian, menghakimi tanpa dasar, atau bahkan menyerang orang lain secara verbal.

Fenomena ini tentu menimbulkan pertanyaan: Apakah kita sudah melampaui batas kebebasan berpendapat? Banyak yang berpendapat bahwa kritik yang konstruktif seharusnya memberikan solusi atau sudut pandang baru, bukan sekadar mencela. Sayangnya, di dunia maya, terlalu mudah bagi seseorang untuk mengungkapkan kata-kata kasar tanpa merasa ada konsekuensi yang berarti. Hujatan yang berlebihan sering kali lebih mendapat perhatian daripada kritik yang membangun, karena sifatnya yang emosional dan langsung menyentuh perasaan.

Namun, tak semua kritikan di media sosial itu buruk. Kritik yang disampaikan dengan cara yang sopan dan objektif bisa membantu memperbaiki keadaan atau memberi perspektif yang lebih luas. Kritik semacam ini bisa menjadi alat untuk mendorong perubahan positif, baik itu di tingkat individu maupun sosial. Sayangnya, dalam banyak kasus, netizen lebih memilih untuk mengikuti arus kebencian yang cepat memanas daripada berdiskusi dengan santun.

Sebagai pengguna media sosial, kita memiliki tanggung jawab untuk menyaring informasi dan menjaga cara kita berinteraksi. Penting untuk selalu mengingat bahwa di balik setiap akun media sosial, ada manusia dengan perasaan. Tidak ada salahnya memberikan kritik, tapi alangkah lebih baik jika itu dilakukan dengan cara yang membangun, bukan merendahkan.

Pada akhirnya, media sosial bisa menjadi tempat yang sehat untuk berdiskusi dan berkembang, asalkan kita bisa membedakan antara kebebasan berpendapat yang konstruktif dan hujatan yang hanya akan merusak. Menggunakan kata-kata dengan bijak, baik dalam memberikan kritik maupun menerima kritikan, akan menjadikan dunia maya tempat yang lebih positif bagi kita semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun