Bagi warga di daerah, jalan dan jembatan bukan sekadar beton dan aspal. Itu adalah nadi kehidupan—penghubung antara rumah, sekolah, pasar, rumah sakit, dan mata pencaharian. Namun, ketika jalan rusak dan jembatan jebol, yang terasa bukan hanya guncangan di kendaraan, tapi juga di hati dan kantong masyarakat.
Dampak yang Langsung Terasa
1. Mobilitas Terhambat, Aktivitas Lumpuh
Anak sekolah terlambat karena harus memutar jauh, petani sulit membawa hasil panen ke pasar, bahkan ambulans pun tertahan karena jalur terputus. Semua itu membuat warga merasa terisolasi di tanah sendiri.
2. Kerugian Ekonomi yang Diam-Diam Membengkak
Kendaraan cepat rusak, biaya perbaikan naik, harga barang ikut melonjak karena distribusi terganggu. Seolah warga harus membayar “pajak tambahan” hanya karena kondisi infrastruktur yang buruk.
3. Ancaman Keselamatan Nyawa
Lubang jalan yang menganga atau jembatan yang hampir roboh bukan sekadar pemandangan buruk—itu adalah jebakan maut yang menunggu korban, terutama saat hujan dan minim penerangan.
Pemerintah dan Tanggung Jawab yang Harus Nyata
Warga sering mendengar janji perbaikan, tender proyek, dan rencana pembangunan. Namun, yang mereka lihat di lapangan sering kali hanya plang proyek berdiri, sementara jalan tetap berdebu atau berlumpur. Bukan hanya soal membangun, tapi juga soal merawat. Infrastruktur yang dibiarkan rusak lama berarti pemerintah mengabaikan kebutuhan dasar warganya.
Harapan Warga