Mohon tunggu...
Fikriyyah Fahma
Fikriyyah Fahma Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa PIAUD

Kuat dilakoni gak kuat kudu tetep dilakoni

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Permainan Tradisional untuk Perkembangan Kognitif Anak

21 Maret 2019   19:13 Diperbarui: 21 Maret 2019   19:22 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam dunia anak-anak pasti mereka sangat senang bermain, permainan tradisional maupun bermain game pada gadget, namun sebagai orang tua juga harus membatasi jam bermain anak. Jam belajar dan jam bermain anak harus seimbang. Konteks belajar disini bisa diartikan mengajak anak untuk berkomunikasi, berbagi pengetahuan kepada anak, dll.

Permainan tradisional lebih dari sekedar permainan anak-anak didalamnya terdapat banyak hal yang di dapat dari bermain tradisional, seperti mengembangkan kecerdasan emosional, mengembangkan daya kreatifitas, mengembangkan emosi anak, anak menjadi lebih kreatif. Permainan tradisional memiliki arti tersendiri dalam menanamkan sikap, perilaku, karakteristik dan keterampilan anak. Permainan tradisional juga mempunya makna luhur didalamnya seperti nilai agama, norma dan etika yang semua itu dapat bermanfaat dalam kehidupan kelak ketika bermasyarakat nanti.

Beberapa permainan tradisional dapat mengarahkan anak menjadi kuat secara fisik, mental, sosial emosional, tidak mudah menyerah, bereksperimen, bereksplorasi. Di dalam permainan tradisional yang dimainkan oleh anak, menjadi bagian penting dalam membangun seluruh potensi yang ada dalam anak.

Bermain bukan hanya menjadi kesenangan anak saja, tapi mau tidak mau bermain adalah suatu kebutuhan yang harus terpenuhi. Dalam bermain, seluruh tahapan perkembangan anak dapat berfungsi dengan sangat baik dan hasil dari perkembangan yang baik tersebut akan muncul dan terlihat ketika si anak beranjak remaja kelak.

Melalui permainan, anak akan terdorong mempraktekkan keterampilannya yang dapat mengarahkan perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan fisik, perkembangan sosial dan emosional. Pengalaman bermain anak akan mendorong anak menjadi lebih kreatif, dimulai dari perkembangan emosional dan mengarah kreativitas sosial. Bagaimana cara ia berkomunikasi, menyesuaikan diri pada lingkungan dan teman-temannya.

Adapun salah satu contoh dari permainan tradisional yaitu petak umpet. Cara bermainnya pun mudah, anak bisa mengumpulkan lebih dari 2 orang dan jadikan satu anak yang akan menjadi penjaga dan si penjaga akan mencari para pemain yang hilang atau sedang bersembunyi. Agar permainan menjadi adil dalam menentukan siapa penjaganya anak-anak biasanya melakukan hompimpa. Setelah si penjaga ditentukan, penjaga akan menghitung satu sampai sepuluh ketika si penjaga sedang berhitung para pemain mulai mencari tempat untuk bersembunyi dan berusaha agar si penjaga tidak mudah menemukannya. Jika si penjaga lengah, pemain yang bersembunyi tersebut segera lari ke tempat penjaga tadi dan berteriak "skit". Jika sudah ada yang berhasil meneriakkan "skit" dialah pemenangnya.

Nah, dalam permainan petak umpet tersebut dapat disimpulkan ada beberapa aspek dalam diri anak yang dapat dikembangkan yaitu, kemampuan anak berhitung, kemampuan motorik kasar anak, kemampuan kognitif --bagaimana cara bersembunyi yang tepat dan tidak diketahui oleh si penjaga-, kemampuan bahasa anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun