Mohon tunggu...
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama
Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama Mohon Tunggu... -

Fatihatul Insan Kamil Ramadhani Imama (fikri)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kedai Pak Rudi: Alternative Story

16 Juli 2013   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:28 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekilas kedai Pak Rudi ini tidak ada bedanya dengan kedai lain. Bentuknya jauh dari mewah, sangat sederhana. Tiang-tiang penopangnya terbuat dari bambu yang berdiri tegak di tengah kedai. Mejanya juga terbuat dari kayu murah, bukan kayu mahoni, apalagi jati. Lantainya dari tanah, atapnya cuma terpal.  Perawakan Pak Rudi pun tampak seperti pemilik kedai lainnya. Jidat yang berkerut keriput, gigi yang tak lagi lengkap, rambut putih di seluruh kepala, dan kacamata yang tergantung di telinganya. Hanya saja, kelezatan masakan kedai Pak Rudi sudah tersohor ke pelosok-pelosok negeri.

Awalnya sepuluh, lalu dua puluh, lalu tiga puluh, lalu tak terhitung lagi. Bukan hanya tetangga kiri dan kanan saja, masyarakat desa-desa di sekitar desa Pak Rudi juga turut serta membuktikan berita burung tersebut. Setiap hari pelanggan Pak Rudi selalu bertambah. Wajar, mengingat para pelanggan yang merasa puas, selalu bercerita kepada teman-temannya perihal citarasa masakan Pak Rudi. Tua muda, kaya miskin, silih berganti mengisi meja kosong di dalam kedai.

Bila jam makan siang tiba, Pak Rudi selalu kewalahan. Kedai kecil Pak Rudi tak mampu menampung seluruh pengunjung yang datang. Tidak jarang pengunjung yang datang untuk sarapan, baru bisa menikmati masakannya setelah makan siang. Tidak sedikit juga pengunjung yang harus memesan meja jauh-jauh hari untuk sekadar menikmati suapan salah satu menu masakan yang ditawarkan Pak Rudi.

Hanya ada 4 menu utama di yang ditawarkan kedai Pak Rudi. Yang pertama adalah rusuk domba yang dipenuhi daging yang masih muda dengan racikan saus istimewa; Kari sapi yang kental dan gurih; Sate kambing muda dengan olahan kecap dan cabai rawit; Serta tongseng ayam yang rasanya sangat segar.

Keempat menu ini mengangkat tinggi nama Pak Rudi. Jika negeri ini kedatangan tamu penting dari negeri jiran, penguasa selalu meminta Pak Rudi untuk membuatkan masakan terbaiknya menjadi suguhan kehormatan. Sudah berapa kali Pak Rudi ditawari agar bekerja di istana, namun ia selalu menolak. Pak Rudi lebih memilih menunya dinikmati oleh rakyat jelata daripada harus menjadi istimewa.

***

Tidak ada satupun yang tahu rahasia resep Pak Rudi yang membuat kelezatan masakannya mendapat puja selangit. Pak Rudi selalu mengunci pintu dapurnya saat meracik bumbu-bumbu sebelum pembantu-pembantunya mengerjakan sisanya. Bahkan istrinya, Pak Rudi pun tetap menutup secarik kertas berisi resepnya rapat-rapat tanpa celah.

Namun, bagaimanapun lezatnya masakan Pak Rudi, tetap tidak bisa membuat semua orang bahagia. Di desa sebelah, seorang pemilik rumah makan selalu cemberut saat cerita tentang Pak Rudi sampai di kupingnya. Ia dengki mendengar bagaimana sulitnya Pak Rudi dalam mengatur pelanggan yang datang, sementara rumah makan yang ia miliki sepi. Sangat sering ia menderita kerugian, karena makanan yang ia buat menjadi basi tanpa tersentuh.

Tetangga di sebelah rumahnya pun rela berjalan kaki enam kilometer demi mengisi perut saat lapar. Ia jengkel ketika si tetangga lebih memilih berpeluh keringat daripada makan di warungnya. Kekesalannya semakin menjadi-jadi tatkala ia mendapati buah hatinya turut mencicipi nikmatnya kuah kari Pak Rudi yang konon membuat lidah menari-nari.

Untuk menyaingi Pak Rudi, pemilik warung makan itu memutar akalnya. Ia memerintah dua orang suruhannya agar makan di kedai Pak Rudi. Suruhannya menurut, siang itu dua orang suruhannya makan di sana. Mereka berdua memesan 4 menu yang menjadi andalan Pak Rudi. Sengaja mereka tidak menghabiskan makanannya karena si pemilik rumah makan menyuruh agar mereka membawa sisa makanan untuk diteliti.

Kedua suruhannya kembali sebelum sore. Melihat mereka kembali dengan bungkusan makanan di tangan, pemilik rumah makan tersenyum sinis. Ia pikir akan bisa meniru apa yang Pak Rudi masak. Pertama-tama ia cicipi kuah tongseng, lalu daging, lalu kari, lalu ia tak bisa menahan diri, lalu semua makanan habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun