Mohon tunggu...
ikram embisa
ikram embisa Mohon Tunggu... Guru - guru

saya seorang guru, mangajar di man 1 sula.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sula Mencari Pemimpin

29 Juni 2020   22:19 Diperbarui: 29 Juni 2020   22:32 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada masa beliau masyarakat bebas mengeluarkan pendapat dihadapan umum baik media online dan cetak. Dan masyarakat tidak hidup dalam suasana ketakutan, yaitu takut dapat pindah dan lapor kepihak yang berwajib. Pada masa beliau mulai terjadi perubahan sedikit demi sedikit.

Membangun sebuah daerah tertinggal tidak cukup 15 tahun saja, tapi lebih dari itu karena harus ada kesiapan sumber daya manusia yang mumpuni dan penggelolaan pemerintah yang jujur, transparan dan akuntabel serta didukung oleh masyarakat umum. Masyarakat sula wataknya keras ,egois tidak saling mendengarkan, dan sulit untuk diatur.

Merubah masyarakat membutuhkan waktu yang cukup lama, ini senada dengan bahasa Menteri Pendidikan nadiem makarin, bahwa membangun fondasi  system Pendidikan Indonesia membutuhkan waktu 15 tahun, baru bisa bersaing dengan negara asian, seperti Singapura, Thailan, Vietnam dan lainnya.  Pembangunan suatu daerah harus ditunjang kualitas masyarakat. Kualitas masyarakat ditentukan kualitas pendidikannya.

Pemilihan bupati dan wakil bupati tinggal beberapa bulan lagi, nasib 5 tahun kedepan dan tahun-tahun berikut ditentukan oleh pilihan masyarakat Sula. Apakah memilih pemimin yang berkualiatas atau tidak. Apabila salah memilih pemimin seperti pada masa sebelumnya, tunggu saat kehidupan akan lebih menderitai lagi.

Ada beberapa kreterai dalam memilih pemimpin Sula, yaitu diantaranya : Jujur dan berintegritas, percaya diri, menginspirasi, penuh komitmen dan bersemangat, komunikator yang baik, kemampuan membuat keputusan, kreatif dan inovatif dan berempati.

Bagaimana dapat memilih pemimpin seperti tersebut diatas semuanya Kembali kepada masyarakat. Kalau ingin mendapat pemimpin yang berkualitas maka kita memilih juga dengan cara-cara yang berkualitas.

Lepaskan semua faham sukuisme, dia berasal dari mana dan kampung apa. Dan dia beragama apa. Negara menjamin setiap warga negara dipilih dan memilih, tidak pandang suku dan agama. Dan faham dikotomo,dia orang Sula dan bukan orang Sula.  

Kalau selamanya masih terus   memakai konsep tersebut dalam memilih pemimpin tunggu kehancuran Sula. Pastilah pemimpin yang dihasikan dari pemilihan seperti itu, tidak berkualiatas. Pastilah mudah di permainkan oleh uang. 

Selama ini pilihan masyarakat , pada akhir salah pilih pemimpin yang tidak baik. Seorang pemilih harus cerdas dan logis menjatuh pilihan pada seseorang kandidat bukan karena factor keluarga atau perasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun