Mohon tunggu...
Fikki Aulia Putri
Fikki Aulia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resume Buku "Sepatu Dahlan"

22 Agustus 2015   17:48 Diperbarui: 4 April 2017   18:02 13122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

 

I. Identitas Buku
Judul Buku : Sepatu Dahlan
Penulis : Khrisna Pabichara
Penerbit : Noura Books
Cetakan : I, Mei 2012
Tebal : 369 halaman

II. Tujuan Pengarang
Menggambarkan bagaimana masa kecil seorang Dahlan Iskan yang kini menduduki jabatan menteri BUMN di Indonesia. Semasa kecil, Dahlan Iskan hidup dalam kemiskinan dengan mimpi sederhananya yaitu “sepatu”. Sebuah mimpi yang sederhana, namun sulit untuk didapatkan karena keterbatasan ekonomi. Namun demi “mimpi”, kita memang harus berjuang. Pengarang berharap kepada pembaca agar terinsipirasi dari jejak seorang Dahlan Iskan menghadapi hidupnya dalam kemiskinan pada masa kecilnya namun tetap berjuang meraih cita-cita dan menjadi orang yang berhasil seperti saat ini.

III. Pokok-pokok / rangkuman isi buku

Novel Sepatu Dahlan yang merupakan bagian pertama dari Trilogi Novel Inspirasi Dahlan Iskan ini, mengisahkan kehidupan Dahlan Iskan saat masa kecilnya. Melalui novel ini terungkap bahwa Dahlan Iskan dibesarkan dalam keluarga miskin di desa Kebon Dalem, Magetan, Jawa Tengah yang harus berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun sejak kecil kedua orang tuanya selalu menekankan bahwa hidup miskin bukan berarti harus meminta-minta untuk dikasihani, melainkan harus dihadapi dengan bekerja dan berusaha.

Perih karena rasa lapar seringkali dialaminya, sampai-sampai ia dan adiknya harus melilitkan sarung di perutnya untuk menahan perih lambungnya karena lapar. Meskipun hidup dalam kekurangan, keluarganya tetap mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya. Walau tak memiliki sepatu Dahlan rela berjalan kaki puluhan kilometer untuk bersekolah tanpa alas kaki. Perih karena lecet pada kakinya yang tak bersepatu tak membuatnya malas bersekolah. Alih-alih malas, ia menyimpan dua impian besar di masa kecilnya yaitu memiliki sepatu dan sepeda.

Dahlan yang kala itu masih duduk di bangku Sekolah Rakyat (sebutan untuk Sekolah Dasar untuk sekarang) sudah harus ikut banting tulang untuk membantu beban orang tuanya. Sekolah dan bekerja sebagai kuli seset tebu, mengangon domba tetangga dan kuli angkut adalah keseharian nya selama masa kecilnya. Saat pertama kalinya ia mendapati nilai nya merah, hal tersebut tak mengurungkan impian nya dan memperbaiki cara belajarnya. Impian itu terus membayangi kehidupan masa kecil hingga remajanya, dan ia terus berusaha mengejar impiannya. Walau kehidupannya semakin sulit ditambah kesedihannya ditinggal oleh ibunda tercinta, Dahlan tetap berjuang, giat bekerja dan tekun berlatih hingga ia terpilih menjadi pelatih tim voli sekolah favorit dengan bayaran yang cukup mahal dan terpilih menjadi siswa peraih nilai tertinggi saat usianya masih dibangku SMP.

Hari demi hari ia lewati dengan belajar giat, bekerja, berjuang berkilometer tanpa alas untuk bersekolah serta tekun melatih tim bola voli yang ia ketuai, uang pun semakin banyak terkumpul hingga ia dapat mewujudkan impian nya membeli sepasang sepatu. Dan hari-hari berlalu, Dahlan pun berhasil mewujudkan impian nya terakhir, yaitu membeli sebuah sepeda untuk bersekolah. Perjuangan Dahlan tak henti setelah semua impian nya terwujud. Ia tetap berjuang meraih cita-citanya untuk menjadi sukses bagi keluarganya. Setelah lulus dari Madrasah Aliyah, ia tak menduga akan menjadi siswa dengan nilai tertinggi lagi. Hal itu membuat ayahnya merasa bangga atas pencapaian tersebut. Dahlan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan nya sebagai mahasiwa di luar kota. Selama menjadi mahasiswa, mimpi baru pun bermunculan pada diri Dahlan si anak kampung yang memiliki keterbatasan ekonomi, namun ia selalu berusaha, berusaha, dan berusaha dalam menghadapi segala rintangan dan ganasnya kehidupan. Semua usaha Dahlan tak sia-sia sejak masa kecilnya, kini ia memperoleh hasil yang berlimpah. Dahlan dengan masa kecilnya penuh keterbatasan ekonomi, berhasil merubah hidupnya bahkan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain pada masa kejayaannya.

Novel ini juga menyadarkan kita bahwa kemiskinan bukanlah akhir dari segala-galanya. Ayahnya pernah berpetuah “Kemiskinan yang dijalani dengan tepat, akan mematangkan jiwa”, hal ini benar diterapkan Dahlan dalam menjalani hidupnya dan berhasil merubah hidupnya yang kelam akan kemiskinan.

IV. Keunggulan Buku
Kelebihan buku ini terdapat pada gaya bahasanya yang sederhana, tidak bebelit-belit sehingga mudah dimengerti. Beberapa kutipan percakapan juga diselipi dengan kata-kata dari bahasa Jawa namun tidak menyulitkan pembaca dan tetap mudah dimengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun