Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Bermain bersama Anak Sambil Menunggu Berbuka

20 Mei 2019   22:54 Diperbarui: 20 Mei 2019   23:57 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain bersama anak / dok.pribadi

Sebagai seorang bapak dua anak yang sudah kembali bekerja kantoran, rasanya sudah lupa bagaimana menyalurkan hobi saya. Terus terang saja, saya memang paling suka kalau bisa berkumpul bersama teman-teman alumni SMA, Kampus bahkan teman-teman blogger untuk bertukar cerita, ide dan pengalaman. Tapi, belakangan saya sadar bahwa saya kurang memberikan waktu kepada kedua anak saya.

"Temani anak-anak selagi mereka mau bermain bersamamu" begitu kata istri saya selalu mengingatkan. Entah dari mana ia dapatkan kalimat tersebut.

Baca juga: Jadi Reseller Online Tanpa Modal, Rehan Bisa Untung Jutaan Tiap Pekan

Omongan istri saya itu memang ada benarnya dan sulit untuk dibantah. Suatu saat, ada masanya anak-anak tidak mau lagi diajak bermain apalagi diajak bepergian. Padahal saat masih kecil, mereka selalu ingin ikut kemanapun orang tuanya pergi.

Inilah momen yang ingin benar-benar saya manfaatkan bersama anak-anak. Ini juga yang menjadi alasan mengapa saya banyak menolak undangan berbuka atau acara kumpul bareng blogger pada saat weekend. 

Berbeda dengan tahun lalu, ketika saat masih menjadi seorang pekerja lepas yang bisa senantiasa berbuka bersama keluarga. Maka, momen saat weekend inilah benar-benar saya manfaatkan khusus hanya untuk keluarga.

Ada banyak kegiatan yang bisa kami lakukan. Mulai dari bermain petak umpet, bermain kartu, hingga bermain pedang-pedangan bersama. Meskipun anak saya ada sepasang, tetapi saya tidak membedakan permainan mereka. 

Si bungsu memang kerap meminjam mainan kakaknya seperti pedang-pedangan hingga tembak-tembakan. Begitupun sebaliknya, si sulung kerap kali nimbrung saat adiknya bermain boneka atau mainan adiknya seperti aqua beads.

Bermain bersama mereka berdua menjadi hal yang paling saya sukai dan nikmati bersama. 

Saya jadi teringat seorang kompasianer yang pernah menuliskan kisahnya. Betapa ia ingin mendapatkan momen mengantar anaknya ke sekolah pagi-pagi, kemudian mencium keningnya di depan pintu sekolah. Tapi, karena jarak kantornya yang cukup jauh dari rumahnya, momen tersebut menjadi momen yang langka baginya.

Kisah tersebut jelas menjadi cermin bagi saya untuk memanfaatkan waktu lebih banyak bersama anak-anak selagi mereka membutuhkan kedua orang tuanya.

Menurut penelitian, ayah yang dekat dengan anak perempuannya akan membantu anaknya saat dewasa agar lebih mandiri dan tidak merasa kesepian. Kedekatan antara ayah dan anak perempuan inilah yang saya coba bangun. Menurut salah satu artikel di media online yang pernah saya baca, anak perempuan yang punya kedekatan dengan ayahnya pun lebih kecil mengalami perceraian saat dewasa.

Setidaknya kehadiran saya bagi mereka berdua benar-benar menjadikan pondasi bagi mereka di masa depan. Terkadang agak sulit juga membagi waktunya, tapi tetap harus dipaksakan. 

Baca juga: JPO Warna-warni Sudirman, Tempat Wisata Instagramable di Jakarta

Nah, momen menunggu berbuka puasa inilah yang saya manfaatkan untuk bercengkrama bersama anak-anak entah itu saat berada di rumah maupun saat ke luar rumah. 

Beberapa keinginan mereka pun mulai saya turuti setelah melalui berbagai pertimbangan dan meminta pendapat para warganet. Salah satunya adalah membuatkan mereka channel Youtube. Dengan begitu, kami jadi memiliki tugas bersama untuk selalu membuat konten-konten yang layak ditonton untuk anak-anak seusia mereka.


Jangan lupa, like, komen dan SUBSCRIBE ya gaes!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun