Saya rasa tak mudah untuk mengikuti sepak terjangnya. Ia harus mencari dhuafa di pelosok dengan medan dan jarak yang sulit ditempuh.
Bahkan beberapa kali di dalam postingannya bikin mengernyitkan dahi. Ia harus berkali-kali menahan nafas dan rasa mual demi menolong dhuafa yang sudah digerogoti pelbagai pengakit serta menyaksikan sendiri kesengsaraan orang-orang yang hidup di "kandang ayam".
Baca Yuk Berburu Takjil Khas Kota Semarang
Cobalah tengok aksinya ketika memperbaiki rumah seorang janda dhuafa di Pinggang Merbabu. Pakde berhasil membuat hidup Suryati (65 tahun) memiliki tempat tinggal yang layak.
Selain itu juga pakde berhasil mencarikan donatur untuk melengkapi perabotan rumah untuk Suryati.
Baca Rumah Mungil untuk Janda Dhuafa di Pinggang Merbabu
Bukan hanya itu saja. Semangat dan dukungannya pun ia berikan pada sosok Afifatul Aliyah yang kehilangan tangan dan kakinya karena tersetrum kabel listrik PLN. Pakde begitu apik menceritakan kisah pilu Afi yang mengalami musibah hingga sempat putus sekolah.
Baca Diamputasi Kaki dan Tangan Kirinya, Afi Tetap Ingin Sekolah
Begitulah sosok pakde Bamset yang saya kenal hanya sebatas lewat postingan-postingan inspiratifnya.
Di halaman Facebooknya kita bisa mengenal sosoknya seperti layaknya orang biasa lainnya. Bercengkerama dengan keluarga dan anaknya serta bersenda gurau.