Tanggal 18 Maret 2025 kemarin adalah hari yang sudah ditunggu-tunggu oleh para siswa eligible yang mengikuti seleksi SNBP. Pasalnya, di tanggal itu ada pengumuman hasil kelulusan seleksi SNBP tahun 2025. Perasaan pasti akan bercampuraduk, antara deg-degan, senang bagi yang lulus dan sudah pasti sedih dan kecewa bagi yang belum berhasil.
Pun dengan anakku yang juga mengikuti seleksi SNBP tahun 2025. Aku tahu betul bagaimana proses seleksi dari awal hingga final akhir. Karena aku lah yang selalu mendampingi anakku, mulai dari terpilih eligible, mendaftar SNBP sampai final pemilihan jurusan dan Perguruan Tinggi yang diinginkan.
Aku merasa sangat perlu mendampinginya karena tentu saja aku memiliki pengalaman yang serupa pada zaman dahulu yang namanya PMDK. Sedikit banyak aku paham bagaimana trik agar bisa lulus SNBP ini.
Beruntung, anakku bukan tipikal anak yang susah diatur. Kalau toh tetap ada perdebatan karena pendapat yang berbeda, namun tetap bisa kita kendalikan dengan baik sehingga menghasilkan keputusan akhir yang sepakat.
Alhamdulillah, kemarin pukul 15.00 WIB, pengumuman kelulusan SNBP tahun 2015 sudah bisa diakses. Aku dan anakku pun bersama-sama membuka link pengumuman melalui ponsel. Ternyata bukan anakku saja yang deg-degan, aku sebagai ibunya tak kalah deg-degan.
Begitu bisa dibuka, kami pun bersama-sama mengucap syukur kepada Allah SWT karena ternyata anakku mendapat warna biru yang artinya "Selamat! Anda Dinyatakan Lulus Seleksi SNBP 2025". Betapa senangnya anakku mengetahui kelulusannya.
Namun, dibalik kebahagiaan kami, ada tersirat kesedihan setelah mengetahui dari 13 siswa eligible di sekolah anakku, ternyata hanya anakku yang lulus seleksi SNBP tahun 2025. Miris memang, kenapa ? kok bisa ? apa yang terjadi ?
Sejenak aku merenung dan mencoba mengevaluasi apa-apa yang sudah dilakukan sepanjang proses seleksi SNBP. Ada beberapa catatan penting yang barangkali bisa menjadi pencerahan bagi siapa saja yang nanti anaknya atau siapapun yang akan mengikuti seleksi SNBP, tentu saja berdasarkan pengalamanku.
Pertama, sinergi antara guru dan orangtua. Ya, sinergi ini menjadi sangat penting sejak awal penentuan siswa eligible hingga diproses final. Sebaiknya, guru jujur dalam memberikan penilaian kepada siswa. Jangan sampai siswa dipaksakan eligible, padahal belum layak, hanya karena tuntutan pemenuhan kapasitas undangan dari perguruan tinggi.
Pun orangtua juga sebaiknya tidak memaksakan anaknya masuk eligible hanya karena gengsi semata. Bagaimanapun guru dan orangtua harus mengetahui seberapa kemampuan akademis anak, sehingga tidak memaksakan diri untuk masuk kuliah melalui jalur ini. Masih banyak jalur lain kok untuk bisa kuliah di jurusan yang diinginkan, seperti jalur SNBT atau mandiri.