Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Meneruskan Perjuangan Kartini, Apa yang Sudah Kita Lakukan?

21 April 2022   10:53 Diperbarui: 22 April 2022   08:00 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perempuan dan pendidikan. (sumber: pixabay.com/ptksgc)

Setiap tanggal 21 April kita memperingati Hari Kartini. Konon, hari-nya perempuan yang berjuang dalam mendapatkan hak-haknya. Hari yang diambil dari tanggal lahir serta kisah kehidupan RA Kartini yang sangat menginspirasi, terutama bagi kaum perempuan. 

Kisah tentang dominasi budaya patriarkhi, pendidikan serta aktivitas menulis yang kala itu dianggap sebagai pantangan bagi kaum perempuan. Ya, perempuan tak diberi ruang untuk menempuh pendidikan tinggi, menulis apalagi tampil sebagai seorang yang cerdas dan memiliki kekuatan.

Kartini berusaha mendobrak semua konsep dogma itu dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimilikinya. Ia berjuang atas nama hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan, tampil sebagai seorang pemimpin maupun kebebasan dalam memilih arah kehidupannya sendiri tanpa meninggalkan kodratnya.

Ia menyadari bahwa tidak ada perempuan yang lemah. Mereka hanya tidak mendapat kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri sehingga terlihat sebagai sosok yang lemah. 

Melalui perjuangannya, Kartini berupaya menunjukkan pada dunia bahwa perempuan bisa tampil sejajar dengan laki-laki dalam hal apapun, asalkan diberikan ruang untuk memeroleh hak-haknya.

Senjata Ampuh Dalam Perjuangan Kartini

Harus diakui, kisah perjuangan Kartini jauh lebih kesohor dibandingkan kisah perjuangan pahlawan perempuan lainnya, seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Cristina Marta Tiahahu, dll. Padahal mereka berjuang justru di medan perang melawan penjajah.

Namun, kisah Kartini ternyata lebih mendobrak dan melekat di hati para perempuan Indonesia.

RA Kartini memang tidak berperang di medan perang. Yang ia lawan juga bukan penjajah Jepang maupun Belanda. Yang ia lawan jauh lebih besar ketimbang penjajah, yaitu budaya dan dogma yang bias bagi kaum perempuan. Dan yang ia perjuangkan adalah hak-hak perempuan agar bisa tampil sejajar dengan kaum laki-laki.

Senjata Kartini juga bukan pedang, senapan atau belati. Senjata Kartini tak lain adalah menulis. Ya, ia menulis sebagai media perjuangan perubahan. Kartini meyakini bahwa dengan menulis ia mampu mengubah peradaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun