Pendahuluan
Setiap tahunnya, jutaan siswa sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia yang ingin masuk PTN, mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Namun, dengan kuota penerimaan yang terbatas, hampir 80% dari mereka tidak berhasil lulus seleksi. Hal ini membuat persiapan UTBK menjadi pengalaman yang sangat menegangkan. Persiapan ujian yang intens berkaitan erat dengan kecemasan serta meningkatnya tingkat stres akibat proses seleksi penerimaan.
Stres akademik juga merupakan masalah yang signifikan. Siswa kelas 12 berada dalam fase krusial ujian masuk universitas, sehingga meningkatkan tekanan untuk berhasil. Studi menunjukkan bahwa stres akademik yang dialami siswa sebelum ujian masuk universitas dapat menyebabkan gangguan tidur, kelelahan fisik, dan gejala psikosomatis.Â
Faktor eksternal seperti program bimbingan belajar intensif juga menjadi penyebab kelelahan siswa. Bimbingan belajar dianggap sebagai solusi efektif untuk mempersiapkan UTBK. Namun, jadwal bimbingan belajar yang padat tanpa disadari dapat mengurangi waktu istirahat siswa. Situasi ini dapat menyebabkan kelelahan, suatu kondisi emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh tekanan belajar yang berlebihan. Kelelahan tidak hanya mengurangi motivasi tetapi juga dapat secara signifikan mengganggu kinerja akademik.
Artikel ini menganalisis kesehatan mental siswa selama persiapan UTBK. Analisis ini mencakup penyebab stres, dampak psikologis yang ditimbulkan, dan strategi koping siswa. Temuan studi ini bertujuan untuk memberikan masukan berharga bagi guru, konselor sekolah, dan orang tua dalam memberikan dukungan yang seimbang bagi persiapan akademik dan kesehatan mental siswa.
Pembahasan
Kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan individu yang memungkinkan individu mencapai aktualisasi diri, merespons tekanan hidup dengan tepat, bekerja secara produktif, dan berkontribusi kepada masyarakat (WHO, 2020). Dalam konteks mahasiswa, kesehatan mental adalah kondisi keseimbangan emosional, psikologis, dan sosial yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan individu, terutama dalam lingkungan akademik. Kesehatan mental dalam konteks tantangan akademik sangat penting karena berkaitan erat dengan kemampuan mahasiswa untuk mengatasi stres dan mempertahankan motivasi belajar. Salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan mental mahasiswa adalah efikasi diri. Menurut Bandura (1997), efikasi diri adalah keyakinan akan kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Mahasiswa dengan efikasi diri yang tinggi cenderung lebih percaya diri dan lebih mampu mengatasi tekanan akademik.
Kecemasan Ujian
Kecemasan menghadapi ujian merupakan indikator penting kesehatan mental siswa. Spielberger (1983) menjelaskan bahwa kecemasan menghadapi ujian adalah reaksi emosional negatif yang membuat seseorang khawatir akan kemungkinan gagal dalam ujian. Kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu fokus, membuat pikiran tidak teratur, serta menurunkan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan diri mereka saat UTBK. Sementara itu, stres akademik, menurut penjelasan Misra dan McKean (2000), merupakan reaksi psikologis dan fisik terhadap tekanan akademik, misalnya tugas, tes, dan harapan dari hasil belajar. Jika stres tersebut tidak terjadi, maka ini mungkin merupakan pertanda bahwa siswa itu sempurna secara mental.
UTBK