Mohon tunggu...
Healthy

Transplantasi Sebabkan Kanker?

21 September 2017   10:46 Diperbarui: 21 September 2017   11:49 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Seorang direktur program transplantasi pankreas di St. John Hospital and Medical Center di Detroit yang bernama Dr. Darla Granger mengatakan bahwa menekan sistem kekebalan tubuh memang meningkatkan risiko kanker. Dan jika menderita kanker, maka penderita kanker tersebut membutuhkan sistem kekebalan tubuh yang kuat untuk melawan kanker. Ia juga mengatakan bahwa sulit untuk memilah-milah penyebab kanker dengan pasti, namun beberapa diantaranya jelas berkaitan dengan imunosupresan. Imunosupresan adalah obat yang digunakan untuk menekan respon imun. Contohnya sebagai pencegah penolakan transplantasi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus.

Pendapat juga datang dari Dr. Lewis Teperman, seorang kepala bedah tranplantasi di NYU Langone Medical Center di New York City. Ia menyatakan bahwa telah mengetahui bahwa tumor tertentu akan berkembang setelah transplantasi. Tumor tertentu juga berkaitan dengan virus. Jadi, ketika memberikan obat imunosupresan, akan mengurangi kemamuan tubuh untuk melawan virus.

Ia juga mengatakan bahwa skrining terhadap virus harus dilakukan dan akan selalu mencoba untuk mengurangi penggunaan imunosupresan. Karena itu, hal ini juga memunculkan kecenderungan untuk dilakukannya skrining tumor pada penerima transplantasi organ. Skrining adalah penggunaan tes atau metode diagnosis yang lain untuk mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit sebelum penyakit tersebut menimbulkan gejala apapun. Skrining memiliki tujuan untuk menemukan penyakit ini agar pengobatan dapat dimulai sesegera mungkin.

Seorang kepala penelitian dari Institut Kanker Amerika yang bernama Eric Engles mengatakan bahwa meningkatnya resiko seorang penerima transplantasi organ untuk terkena kanker yaitu berlipat dua selama setahun setelah transplantasi. Engles dan rekaan-rekannya menggunakan data 175.000 pasien transplantasi di Amerika. Dan dari data tersebut, transplantasi ginjal adalah yang paling umum.

Setelah diteliti, resiko-resio penyakit menjadi meningkat secara signifikan. Namun, Eric Engles mengatakan bahwa mungkin meningkat karena kanker sudah ada sebelumnya. Comtohnya, untuk mengobati kanker hati maka diperlukan adanya transplantasi hati dan mungkin disebabkan beberapa sel kanker bertahan dalam proses transplantasi.

Kanker yang menyerang para penerima transplantasi tidak selalu pada organ transplantasi yang diterima. Tapi, kanker lain yang tidak memiliki kaitan langsung dengan organ yang dicangkokkan. Contohnya adalah non-Hodgkin lymphoma.

Non-Hodgkin lymphoma sendiri adalah kanker yang berkembang di dalam sistem limfatik. Kanker ini merupakan jenis kanker yang letak berkembangnya tumor berada di limfosit (sel darah putih). Karakeristik munculnya kanker ini dapat di bagian manapun dan dapat menyebar ke organ di dalam tubuh. Jenis non-Hodgkin lymphoma yang paling umum adalah sebaran limfoma sel B dan limfoma folikular. Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita non-Hodgkin lymphoma. Lebih sering juga terjadi pada orang yang berusia diatas 60 tahun dan laki-laki memliki kemungkinan yang lebih besar daripada perempuan.

Penyakit non-Hodgkin lymphoma  terjadi ketika tubuh membuat terlalu banyak limfosit. Karena limfosit yang berlebihan kemudian akan menumpuk di kelenjar getah bening yang kemudian membengkak dan membentuk tumor. Tumor yang terbentuk ini dapat terus tumbuh dan mempengaruhi sel-sel yang ada di sekitarnya. Para ilmuwan berpendapat bahwa limfoma dapat berkembang pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, contohnya adalah orang-orang yang memiliki organ transplantasi atau yang memiliki HIV.

Meskipun pasien transplantasi mungkin memiliki resiko dua kali lipat untuk terkena kanker, Engles mengatakan bahwa risiko transplantasi lainnya juga harus diperhitungkan, termasuk infeksi dan penolakan organ, dan juga manfaat prosedur itu.

Selain kanker-kanker tersebut, para ilmuwan juga mungkin telah menemukan mengapa kanker kulit juga dapat terjadi pada pasien transplantasi organ. Dalam tes laboratorium dari sel berbudaya, para ilmuwan menemukan bahwa obat yang digunakan oleh para penerima transplantasi yang disebut azathioprine membuat sel menjadi lebih sensitif terhadap UVA cahaya.

Penelitian telah menemukan bahwa jenis kanker kulit yang disebut karsinoma sel sukamosa mencapai 50 sampai 250 kali lebih umum terjadi pada pasien transplantasi. Sel sukamosa karsinoma sering muncul di bagian tubuh yang terkena paparan sinar matahari, termasuk wajah, leher, telinga, bibir, dan punggung tangan. Para peneliti mengatakan bahwa sinar matahari ditambah durasi pengobatan dengan obat imunosupresan yang menjadi faktor resiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun