Aku tunggu mereka keluar, aku nggak mau berpapasan dengan mereka setelah mendengarnya. Selama ini, teman-temanku palsu. Aku ga ngerti kenapa mereka bisa pikir aku caper dan suka pamer walau aku memang suka tampil di panggung. Aku ga ngerti.Â
Setelah 5 menit, aku keluar dan dipanggil orang tua untuk pulang. Aku ikut mereka dan mereka ngomong nonstop tentang penghargaanku, aku sampai nggak nyaman.Â
"Pokoknya, pertahanin ya. Jangan sampai kamu bukan juara 1." Ayahku berkata
"Iya iya, betul. Tapi kamu juga harus pertahanin rankingmu, awas aja ya kalo nurun. " Ibu menyahut sambil ketawa, tapi matanya serius.Â
Rasa itu, rasa tekanan yang nggak bisa kujelaskan. Aku udah terlanjur menjadi anak yang dibanggakan orang tua. Hidup aku cuma untuk membanggakan mereka. Aku nggak punya tujuan hidup selain menjadi juara 1. Apa ini ya yang dimaksud teman-temanku?Â
Aku harus menerima fakta, fakta bahwa aku anak yang diidami. Kalau aku membuat kesalahan sedikit pun, aku akan dipandang rendah. Aku tidak boleh ada cela. Aku harus menjadi anak sempurna, perfection.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI