Kepergiannmu itu luka. Kepergianmu itu pedih. Kami terima tapi tidak dengan cara seperti itu. Suaramu tetap menggema meski kau telah tiada. Kau mbana mbai reu mere. Â
Sebelum saya menutup kisah ini, perlu saya bagikan beberapa hal tentang dirimu yang beredar di media online dan WA Group:
Para kerabat dimna saja berada, pertama mungkin perlu saya perkenalkan sedikit terkait Ari (Adik) Vian Ruma
Vian sapaannya, laki-laki pertama yang lahir dari pasangan Bapak Ignasius Sare dan Ibu Martha Dore dan memiliki beberapa orang adik diantaranya: Rikardus Mbusa, Yeremias Piru, dan Redemrikus Nuga Tunga.
Sebagai anak pertama Vian mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya, yang walaupun tidak semua tetapi setidaknya sedikit pasti Vian ikut membantu kedua orang tuanya.
Vian tumbuh di lingkungan keluarga yang baik dan menjalani kehidupan di Desa Ngera, kampung kecil (Wio) diatas ketinggian lereng gunung perbatasan Mauponggo & Maunori. Pendidikannya dimulai dari SDK Ngera (2001--2007), kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Mauponggo (2007--2010), dan SMA Negeri 1 Aesesa (2010--2013).
Setelah selesai menamatkan sekolah menengah lanjut Vian menempuh pendidikan di universitas Katolik UNWIRA Kupang dengan menekuni ilmu pendidikan sebagai seorang pengajar atau guru, tahun 2017 Vian berhasil mendapatkan gelar sarjana dengan titel S.P.d.
Di Kupang Vian aktif bergabung di beberapa organisasi kemahasiswaan juga OKP lokal dan nasional, Vian tumbuh dan berkembang bersama Himplket (Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Keo Tengah) Kupang dan menjadi ketua himplket pada tahun 2016 - 2017. Vian juga berkecimpung di Permasna (perhimpunan Mahasiswa Nagekeo) Kupang juga PMKRI cab. Kupang.
Setelah menyelesaikan segala aktivitas di Kupang Vian pun balik kampung halaman, dan melamar di sebuah sekolah menengah pertama tepatnya di kecamatan Nangaroro (SMPN 1 Nangaroro) Madambake. Seiring berjalannya waktu Vian kemudian menjadi atau lolos seleksi sebagai pegawai P3K dan masih ditempatkan di nangaroro.
Sebagai seorang anak yang hidupnya pernah tertempa di organisasi Vian kemudian mulai beradaptasi di ruang lingkup yang baru dan rupanya diterima oleh sahabat kenalan di Nangaroro, dan terbukti ketika Vian pergi untuk terakhir kalinya, banyak sahabat kenalan handai taulan yang datang untuk mengantarnya ditempat peristirahatan terakhirnya.
Sebagai anak muda yang belum terikat keluarga, Vian juga terlibat aktif di OMK baik Nangaroro (tempat kerja) juga Maunori (tempat dibesarkan), dan sampai kasus kematian ini ditemukan oleh seorang pembeli kelapa yang hendak beristirahat sejenak, rupanya Vian sedang Istrhat sejenak karena mungkin kelelahan dlm perjalanan menuju maunori untuk mengikuti kegiatan Mbay Youth Day dimna paroki maunori ditunjuk sebagai tuan rumah event dimaksud.