Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk sekaligus membentuk keluarga yang sehat dan berkualitas. Sejak diperkenalkan pada masa Orde Baru, program ini terus menjadi prioritas pembangunan nasional, terutama mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan menempati posisi keempat terbanyak di dunia. Dengan populasi yang melimpah, Indonesia berpotensi mengalami berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan kesehatan jika tidak mampu mengatur jumlah kelahiran. Karena itu, KB hadir untuk membantu keluarga mengatur jarak kelahiran dan jumlah anak agar kualitas hidup lebih baik.
Dari sisi pro, KB membawa banyak manfaat nyata bagi masyarakat. Pertama, KB membantu menurunkan angka kelahiran sehingga mencegah terjadinya ledakan penduduk. Dengan jumlah anak yang lebih sedikit, orang tua dapat memberikan perhatian, pendidikan, serta kebutuhan hidup secara lebih optimal. Kedua, KB mendukung kesehatan ibu dengan mengurangi risiko komplikasi kehamilan akibat jarak persalinan yang terlalu dekat. Ketiga, anak yang lahir dengan jarak kelahiran teratur cenderung memiliki tumbuh kembang yang lebih baik. Keempat, KB berperan penting dalam mewujudkan kesetaraan gender karena perempuan memiliki kendali lebih besar dalam merencanakan keluarga. Dengan demikian, KB tidak hanya sekedar mengendalikan angka kelahiran, tetapi juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Namun, terdapat pula sisi kontra yang sering menimbulkan perdebatan. Salah satunya adalah efek samping kontrasepsi, terutama yang bersifat hormonal. Banyak wanita melaporkan gangguan kesehatan, seperti kenaikan berat badan, perubahan siklus menstruasi, penurunan gairah seksual, sakit kepala, bahkan kekhawatiran jangka panjang terhadap kesuburan dan risiko penyakit tertentu. Kondisi ini menyebabkan sebagian pengguna berhenti dan beralih metode. Selain itu, resistensi dari sisi budaya dan agama juga menjadi hambatan. Sebagian masyarakat menganggap bahwa membatasi jumlah anak bertentangan dengan ajaran agama atau nilai tradisi, sehingga menolak mengikuti program KB. Perbedaan pandangan ini membuat pelaksanaan program KB tidak selalu berjalan efektif di semua lapisan masyarakat.
Dengan demikian, pengaruh KB terhadap kesehatan masyarakat perlu dipandang secara seimbang antara manfaat dan resikonya. Pemerintah harus terus memperkuat edukasi agar masyarakat memahami pentingnya KB bukan hanya untuk menekan angka kelahiran, tetapi juga untuk kesejahteraan keluarga. Selain itu, diperlukan upaya menghadirkan metode kontrasepsi yang lebih aman, beragam, serta minim efek samping. Layanan kesehatan juga harus lebih responsif dalam mendampingi wanita yang mengalami keluhan akibat penggunaan KB, sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalah kesehatan reproduksi.
Pada akhirnya, keberhasilan KB tidak hanya diukur dari berkurangnya jumlah kelahiran, tetapi dari bagaimana program ini mampu menciptakan keluarga yang sehat, harmonis, dan sejahtera. KB seharusnya menjadi sarana bagi perempuan dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan sekedar alat pengendali populasi. Dengan pendekatan yang lebih holistik dan sensitif terhadap aspek kesehatan, budaya, serta agama, program KB dapat berfungsi optimal sebagai pilar penting dalam pembangunan bangsa.
KATA KUNCI: Fertilitas, Kesehatan, Kontrasepsi, Penduduk, Reproduksi
DAFTAR PUSTAKA
Yusran, M., Aulia, A., Rahmadani, M. I. & Kurniati (2025) 'Keluarga Berencana dalam Hukum Islam (Analisis Maqashid Al-Syariah mengenai Dampak Kesehatan, Ekonomi dan Sosial)', AL-FIQH: Journal of Islamic Studies, 3(1), pp. 23-35. doi:10.59996/al-fiqhi.v3i1.675.Â
Emha, M. R., et al. (2024) 'Kesehatan Reproduksi: Efek Program Keluarga Berencana (KB) Terhadap Wanita Usia Subur', Jurnal Kesehatan Madani Medika, 15(1), pp. 106-115. ISSN(P): 2088-2246; ISSN(E): 2684-7345.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI