Mohon tunggu...
festi
festi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa jurusan fisika

Berbagi itu menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Say No To Hoaks

23 Juni 2019   22:39 Diperbarui: 23 Juni 2019   22:42 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sengketa pemilu yang masih hangat-hangatnya dibicarakan menyita perhatian publik. Berbagai informasi yang menyebar di medsos menjadi ladang informasi bagi pengguna internet. Akan tetapi, tidak sedikit dari informasi tersebut mengandung hoax atau berita bohong. Berita hoax disebarkan oleh oknum-oknum tertentu yang tidak bertanggungjawab yang memiliki kempentingan secara pribadi maupun kelompok dengan memanfaatkan media sosial seperti: instagram, whats'up, facebook, twitter, dan media online lainnya. Tujuannya adalah untuk menggiring opini publik untuk membenarkan dan mengikuti apa yang disampaikan oleh pembuat berita hoax.

Bahayanya jika informasi yang kita konsumsi ditelan secara mentah-mentah, tampa memfilternya akan berpengaruh terhadap sikap dan emosi kita yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Seperti: fitnah, rasa tidak suka terhadap seseorang yang berujung pada kekerasan fisik, merusak silaturahmi antara sesama. Dan yang paling menghawatirkan adalah kita ikut menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya.

Untuk mengatasi agar kita dapat membedakan mana berita hoax atau tidak ini tipsnya:

  1. Kenali sumbernya/situs medianya.  Sebelum kita membaca suatu berita, kita harus memeriksa sumber/situs beritanya, pastikan sumber/situsnya telah terferivikasi. Kita dapat melihat di URL, apabila di URL berdomain blog biasa, sumbernya tidak jelas, maka kita perlu berhati-hati karena masih diragukan.
  2. Hindari judul yang penuh provokatif. Biasanya berita bohong atau hoax judulnya penuh dengan kalimat provokatif, yaitu menjatuhkan salah satu pihak, penuh dengan kalimat negatif dan berupa ujaran-ujaran kebencian. Atau ada kalimat paksaan seperti "viralkan", "sebarkan" yang ditulis bolt.
  3. Baca berita secara utuh. Ketika kita membaca berita kita tidak boleh gampang percaya dengan judul yang disuguhkan, kemudian menarik suatu kesimpulan tanpa membacanya secara utuh. Boleh jadi, judul berita sama isi berita tidak sesuai.
  4. Menggali informasi dari berbagai sumber. Kita dalam menerima informasi kita tidak boleh hanya terpaku pada satu sumber, tetapi harus mencari sumber-sumber lain. Kemudian diverifikasi mana yang benar-benar berita asli atau berita hoax.
  5. Mengecek video dan foto. Dengan kecanggihan tekhnologi penyebaran hoax dapat berupa video atau foto. Kita harus jeli melihat keaslian suatu video dan foto. Mungkin saja video dan foto yang kita lihat telah diedit.

Kita sebagai generasi millenial harus pintar-pintar mengkaji suatu informas dan semoga tips ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Happy reading


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun