Pengalaman kami di Jakarta Selatan, Kecamatan Cilandak, menemukan tiga (3) sosok Ibu penggerak yang menjaga marwah kampung. Trio Rosdawati, begitu julukannya. Bu Ros, Bu Ida, dan Bu Rachmawati, menemukan kebahagiaan tersendiri ketika bekerja bersama 'urus' warga dan kampungnya. Mereka memastikan informasi dari pemerintah diterima oleh masyarakat sekitar, memastikan kondisi warga aman, dan menjaga tali silaturahmi dengan warga-warganya. Trio Rosidawati adalah contoh dari banyak penggerak di negeri ini yang terus berupaya memastikan kesejahteraan keluarga. Langkah kecil dengan niat tulus yang dapat memberikan dampak yang besar.
Menjadi solusi dalam mengatasi beberapa isu. Â
Keberadaan sosok penggerak yang melakukan aksi hidup baik, ambil tanggungjawab memastikan kesejahteraan warga, dan kenyamanan kampung,  membuat kita yakin bahwa  permasalahan negeri ini dapat diselesaikan melalui kepedulian dan kemauan untuk bersama sama (gotong-royong) ambil tanggung jawab sesuai dengan kapasitasnya membantu meraih "kemerdekaan" dari kungkungan kemiskinan, ketakterdidikan, stunting, dan berbagai masalah lainnya.Â
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan bersama di negeri ini, antara lain; stunting dan kemiskinan. Pada tahun 2022, angka prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6% dan penduduk miskin di Indonesia mencapai 26,36%. Sebuah tugas besar yang harus diselesaikan jika Indonesia ingin mengentaskan kemiskinan pada 2030. Hal ini yang kemudian menjadi pertimbangan dalam memaksimalkan gotong-royong sebagai upaya untuk menyelesaikan isu-isu tersebut. Kemerdekaan dari Stunting dan kemiskinan tujuannya, gotong royong sebagai cara untuk meraihnya. Semua ikut ambil bagian, semua ikut andil, seperti juga ketika kita berjuang meraih kemerdekaan bangsa ini. Ada rasa kepemilikan yang besar dan ada kebahagiaan tersendiri ketika tujuan tersebut tercapai... Ultimate happiness... "kemerdekaan"
Dengan membangun jaringan kepedulian dan gotong royong dari berbagai unsur baik itu pemerintah, masyarakat, tenaga ahli, komunitas dan juga warga, isu seperti stunting dapat dituntaskan dan kemiskinan dapat dientaskan. Kita bisa! Kita pernah melakukannya di masa pandemi covid-19. Gerakan masif seperti warga bantu warga menjadi contoh aksi nyata ketika berbagai individu maupun lembaga berkolaborasi membantu warga yang kesulitan karena pandemi COVID-19. Masa pandemi lalu memberikan contoh bagaimana simpul-simpul kerelawanan terbentuk dan bergerak bersama menghadapi bencana kesehatan global tersebut. Berbagai inisiatif yang muncul secara organik dan serentak memberikan dampak kebaikan yang besar. Hal ini menunjukkan, bahwa gerakan-gerakan serupa dapat dilakukan untuk permasalahan lainnya yang pada akhirnya dapat membawa perubahan positif bagi semua.
Pada Bulan Agustus ini, dimana hampir setiap bangunan, rumah, jalan dan gang dihiasi warna merah putih, menjadi momentum untuk merenungkan dan menghayati kembali makna kemerdekaan dan nilai-nilai luhur dalam bermasyarakat. Â Nilai-nilai luhur seperti bergotong royong yang telah mengakar dan membudaya di Indonesia.Â
Kiranya melalui tulisan ini dapat  mengingatkan kita semua bahwa negara ini dibangun salah satunya melalui kekuatan gotong-royong dan untuk menjaga keberlangsungannya pun perlu gotong-royong. Semoga semangat gotong-royong terus berkobar di usia yang kini menginjak  78 tahun.  Meminjam istilah Bung Karno, mari kita melakukan pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Â
Dirgahayu Republik Indonesia.
Artikel ini telah terbit di mediaindonesia.com edisi Selasa, 15 Agustus 2023
https://mediaindonesia.com/opini/604986/merdeka-dalam-aksi-hidup-baikÂ
