Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Ditunggangi", Narasi yang Mengingatkan pada Orde Baru ala Wiranto

27 September 2019   11:09 Diperbarui: 27 September 2019   11:35 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Foto: iNews.id/Aditya Pratama

Setelah lebih 2 dekade gerakan mahasiswa sepertinya tertidur lelap, disesaki mimpi-mimpi digital. Dalam beberapa hari belakangan mereka seolah terbangun dari tidur lelapnya, tak terduga sebelumnya tiba-tiba menggeliat, berbagai aturan yang  dianggap tak memihak rakyat, sedianya akan disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membangunkan hibernasi  gerakan mahasiswa.

Gerakan masif berupa aksi demontrasi turun ke jalan dihampir seluruh kota besar di Indonesia menandai geliat mereka. Yang agak berbeda hanya isu yang mereka bawa. 

Tak ada urusan dengan turun menurunkan Presiden, seperti pada saat reformasi 98, aturan berupa Undang-Undang yang dianggap tak sesuai dengan semangat reformasi  kali ini menjadi keprihatinan mereka.

Terdapat hal baru lain dalam aksi  kali ini, siswa-siswa Sekolah Menengah pun ikut terlibat di dalamnya. Walau mereka sejatinya tak terlalu memahami apa yang mereka suarakan, namun paling tidak memiliki semangat kepedulian terhadap kondisi bangsa ini.

Anggapan bahwa generasi milenial dan Gen Z itu cenderung egois dan hanya mencari kenyamanan dalam hidupnya, sepertinya mulai terkikis. Mereka peduli terhadap kondisi bangsa yang sedang peluk oleh oligarki politik. 

Mereka mulai menampakan diri karena kegelisahan saat menyaksikan betapa rentetan masalah bangsa ini bak antrian sembako tak kunjung usai. 

Kasus Papua, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dan puncaknya urusan Capim KPK dan Revisi UU KPK yang kemudian ditingkahi dengan berbagai RUU lain, seperti RKHUP, RUU Pemasyarkatan, RUU Sumberdaya Air, RUU Pertanahan, RUU PKS dan beberapa RUU lain yang saat itu segera akan disahkan oleh anggota dewan yang terhormat saat injury time periode jabatannya.

Tanpa sosialisasi, tanpa komunikasi terkesan sembunyi-sembunyi bak penyelundup narkoba. Padahal yang akan DPR sahkan itu adalah aturan-aturan yang akan langsung bersentuhan dengan masyarakat setiap harinya. Kehidupan privat diobrak-abrik, kebebasan berpendapat berpotensi diberangus. 

Perwakilan Rakyat itu berkilah mahasiswa tak paham benar soal itu, dan RUU ini tidak dibuat ujug-ujug sudah melalui proses panjang dan lama (kaya iklan choki-choki).Kenyataannya mahasiswa saja yang memiliki akses informasi yang baik tak memahami, apalagi masyarakat luas. 

Menyikapi demonstrasi Mahasiswa dan elemen masyarakat lain  dengan sigap pemerintah dan pihak keamanan bertindak tegas. Sampai saat tulisan ini dibuat 2 Mahasiswa meninggal dunia, 1 orang luka berat dan tak terhitung luka ringan. Pendekatan kekerasan atas aksi unjuk rasa mahasiswa oleh pihak keamaanan ini saya nilai sangat berlebihan. 

Berbeda sekali pada saat polisi menangani aksi unjuk rasa terkait pilpres 2019 kemarin. Mereka terlihat sangat hati-hati sekali, entah apa alasannya. tak cukup sampai disitu, pihak Pemerintah kemudian menuduh bahwa aksi mahasiswa ini ditunggangi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun