Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hampir Pasti Sinyal Dukungan Jokowi Dalam Pilpres 2024 Tak Akan Mengarah ke Anies Baswedan.

8 November 2022   15:55 Diperbarui: 8 November 2022   15:58 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di antara pemilik hasil survei tertinggi calon presiden dalam pemilu 2024, yang terdiri dari Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, mungkin hanya Anies yang kemungkinan besar tak akan banyak meneruskan program kerja yang telah dijalankan oleh Presiden Jokowi selama 10 tahun ini.

Berkaca pada saat Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, menggantikan Gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat, hampir seluruh program kerja Gubernur Ahok dan Djarot yang notabenenya merupakan program kerja Jokowi sebelum mundur sebagai Gubernur untuk terjun dalam Pilpres 2014, tak diteruskan Anies bahkan sebagian diubah sama sekali.

Sebut saja misalnya, program penanganan banjir yang dikenal dengan normalisasi sungai, sama sekali tak mau dikerjakan Anies.  Ia malah menggantinya dengan istilah lain, yakni naturalisasi sungai yang ternyata tak dikerjakannya juga.

Kemudian, terkait ruang terbuka hijau yang digunakan oleh komunitas warga setempat atau biasa disebut RPTA yang merupakan program kerja Jokowi yang dieksekusi saat Ahok dan Djarot memimpin Jakarta, sebagian besar diantara di urus setengah hati oleh Gubernur Anies.

Sejumlah pengamat politik menyebutkan, bahwa Anies tak memiliki keinginan untuk melanjutkan program-program pemerintahan terdahulu.

Tak terlihat Anies mengoptimalkan program yang telah berjalan, padahal hal tersebut positif dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. 

Selain itu karakter Anies yang sama sekali berbeda dengan Jokowi, makanya Politikus Partai Nasdem Zulfan Lindan pernah berujar bahwa Anies Baswedan adalah antitesa Jokowi bisa jadi memang benar adanya.

Hal tersebut dibuktikan hasil survei yang dilansir Sjaiful Mudjani Research Centre (SMRC), Pendiri SMRC, Sjaiful Mudjani mengatakan bahwa memang ada perbedaan 180 derajat antara Anies baswedan terutama dalam konteks pemilih.

Dalam survei SMRC, sebagian besar pendukung Anies adalah mereka yang kecewa terhadap Pemerintahan Jokowi. Jika mengamati dunia media sosial hal tersebut memang terpotret secara jelas, pendukung Anies adalah mereka yang selama ini berlawanan dengan Pemerintahan Jokowi.

Bahkan, Anies Baswedan bisa disebut sebagai maskot kaum oposisi, makanya ia bersama Nasdem dan calon koalisi-nya yang lain yakni PKS dan Partai Demokrat menyebut diri mereka adalah Koalisi Perubahan.

Bertambah jelaslah, bahwa sejak dari awal sudah terlihat, jika Anies Baswedan memimpin Indonesia menggantikan Jokowi, ia bakal membawa Indonesia ke arah yang agak berbeda dan dengan gaya kepemimpinan yang akan sangat berbeda.

Oleh sebab itu, kemungkinan Jokowi mendukung  Anies Baswedan dalam perhelatan politik lima tahunan itu sangat kecil. Karena siapapun yang akan di endorse Jokowi dan para pendukungnya, harus bisa dipastikan akan melanjutkan program kerja di jamannya, termasuk proyek besar seperti pembangunan Ibukota Negara baru.

Pertanyaannya kemudian, "Siapa yang akan di dukung Jokowi dan seberapa penting dukungan Jokowi dalam Pilpres 2024 mendatang?"

Sinyal-sinyal sudah coba dipancarkan oleh Jokowi, meskipun masih belum terasa dan jelas terlihat, misalnya dalam sambutannya di acara HUT Perindo yang menyebut bahwa Pemilu 2024 merupakan jatah Prabowo setelah dua kali ia kalahkan dalam Pemilu 2014 dan 2019.

"Saya ini dua kali Wali Kota di Solo menang. Kemudian, ditarik ke Jakarta, gubernur sekali menang. Kemudian, dua kali di pemilu presiden juga menang. Mohon maaf, Pak Prabowo," kata Jokowi, seperti dilansir Kompas.com. Senin (07/11/22).

Sampai sini "sinyal"tersebut belum tampak, tapi dalam kalimat lanjutannya sinyal itu dipancarkan "Kelihatannya setelah ini jatahnya pak Prabowo" tambahnya.

Apakah kalimat tersebut bisa diartikan sebagai sebuah dukungan? 

Belum tentu juga, karena bisa jadi Jokowi hanya sebatas memprediksi saja. Tetapi ya bebas saja siapapun bisa meninterpetasikan apapun tentang kalimat tersebut.

Sama seperti saat media dan pengamat politik berpretensi, saat Ganjar Pranowo berjumpa dan berbincang dengan Jokowi secara diam-diam selama 1 jam selepas acara penetapan Pahlawan Nasional di Istana Negara, Senin, 7 November 2022 kemarin.

Pertemuan itu oleh sebagian pengamat disebut-sebut membicarakan urusan copras-capres meskipun di bantah oleh Ganjar. Dan kemudian hal tersebut dianggap sebagai sinyal dukungan Jokowi terhadap Ganjar.

Memang semuanya masih sangat cair, kita tak pernah tahu pasti kemana dukungan Jokowi bakal mengarah, hingga Jokowi mengatakannya atau memancarkan sinyal yang lebih kuat.

Namun, yang jelas sinyal dukungan itu hampir pasti tak akan mengarah pada Anies Baswedan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun