Saya terkesima dan merasa aneh membaca berita yang salah satunya dilansir oleh CNNIndonesia.com tersebut.
Saya paham perasaan para keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang harus kehilangan orang-orang yang dikasihi dan dicintainya.
Saya pun tak bermaksud membela satu pihak dan menyalahkan pihak lainnya. Tetapi apakah kelompok suporter Aremania ini menyadari bahwa awal dari tragedi tersebut bisa terjadi karena mereka memasuki lapangan pertandingan secara ilegal lantaran tak puas dengan hasil pertandingan, Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya.
Sibuk menunjukan kesalahan ke sana sini tapi seolah lupa mereka juga merupakan bagian dari kesalahan yang menyebabkan korban jiwa yang begitu besar.
Apabila merujuk pada runutan kejadian seperti yang tersiar luas di media mainstream maupun media sosial.Â
Situasi chaos tersebut terjadi ketika pertandingan Arema FC vs Persebaya selesai, dan sejumlah supporter Aremania tiba-tiba saja berhamburan memasuki lapangan pertandingan dan ada yang menyerang pemain Persebaya.
Aparat keamanan kemudian bereaksi, tetapi sayangnya reaksi mereka tersebut sangat berlebihan dan terkesan membabi buta bahkan jelas dan terang mereka melanggar aturan FIFA dalam hal penggunaan gas air mata.
Tragisnya dan agak di luar akal sehat aparat keamanan malah menembakan gas air mata ke arah tribun tempat ribuan penonton yang tidak ikut dalam keributan berada, sehingga menimbulkan kepanikan dan berebut keluar, sehingga terjadilah tragedi yang sangat mengerikan sekaligus memilukan yang membuat 130 lebih manusia harus meregang nyawa.
Dari sini jelas sekali menunjukan bahwa penanganan anarkis aparat keamanan dalam chaos di Stadion Kanjuruhan itu sangat salah.
Oleh sebab itu, mereka yang terlibat kemudian di grounded oleh kesatuan masing-masing untuk kemudian dihadapkan pada penyelidikan selanjutnya yang sangat mungkin dibawa ke ranah hukum pidana.
Namun, hal tersebut tak serta merta menghilangkan kesalahan pihak lain karena pada dasarnya tragedi Kanjuruhan bisa terjadi lantaran kesalahan berjamaah para stakeholder yang terlibat dalam pertandingan tersebut baik itu aparat keamanan, PSSI, PT LIB, Panpel Arema FC, termasuk sejumlah oknum kelompok suporter Aremania.