Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Merasakan KRL di Masa Sebelum Jonan dan Masa Setelah Jonan

29 September 2022   13:52 Diperbarui: 30 September 2022   08:08 3665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keadaan gerbongnya pun ala kadarnya,menurut sejumlah sumber yang saya dapatkan, KRL Ekonomi pada masa sebelum Jonan masuk dan beroperasi hingga dihapus  tahun 2013 berjenis KRL Rheostatik yang diproduksi tahun 1976.

Pintunya tak bisa ditutup, jendelanya tak berkaca, dan lantainya pun selain kotor luar biasa karena jarang sekali dibersihkan. Di beberapa bagian lantai malah sudah bolong-bolong, jika kurang hati-hati bisa kejeblos.

Karena pintu tak bisa ditutup, kejahatan dan kecelakaan kerap terjadi juga. Salah satu contoh kejahatan yang difasilitasi pintu KRL yang tak bisa ditutup adalah jambret.

Saya pernah menyaksikan secara langsung penjambretan itu. Pelakunya biasanya sudah mengincar korban, jika si korban duduk di dekat pintu, ia akan melancarkan aksinya sesaat sebelum kereta jalan setelah berhenti di stasiun tertentu, begitu menjambret ia langsung loncat lewat pintu yang terbuka tadi.

Situasi crowded tak hanya terjadi di dalam gerbong, di setiap stasiun pun demikian mulai dari tuna wisma, pengemis, pedagang asongan hingga pedagang kios  bebas menggelar dagangannya, dari yang jualan makanan, pakaian hingga yang berjualan buku-buku bekas, suasananya persis seperti pasar.

Orang-orang bebas keluar masuk stasiun, tanpa harus menunjukan tiket. Jangan tanya masalah fasilitas umum yang ada di setiap stasiun.

Toilet misalnya, bau pesing, kotor, dan nyaris tak disediakan air, ada sih cuma lebih sering tak mengalir dibandingkan sebaliknya. 

Emplasmen dan peron stasiun pun sangat kotor, sampah bertebaran dimana-mana, seperti daerah yang tak bertuan.

Kondisi keuangan dan kualitas sumber daya manusia perusahaan milik negara itu pun sama semrawutnya dengan kondisi mereka di lapangan.

Mengutip wawancara Ignatius Jonan dan Helmy Yahya dalam Channel Youtube @HelmyYahyaBicara beberapa waktu lalu.

Saat Ignatius Jonan didaulat Menteri BUMN masa itu Sofyan Djalil sebagai Direktur Utama PT. KAI pada Februari 2009, laporan keuangan  PT.KAI tercatat  mengalami kerugian hingga Rp. 150 milyar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun