Hari ini  17 Agustus 2020 seluruh Bangsa Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indoneisa ke-75.
Pekik MERDEKA akan lebih sering terdengar di bulan Agustus, bulan yang sangat sakral bagi bangsa Indonesia ini.Â
Merdeka menjadi kata yang begitu diakrabi oleh seluruh lapisan masyarakat tak terkecuali usia, gender, status sosial atau apapun itu sistem pengkotak-kotakan yang ada selama ini.
Kata Merdeka menurut banyak ahli bahasa berasal dari bahasa sansekerta Maharddhikeka kemudian menurut Kamus Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pekamus G. Kolff and Co diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi Merdeheka.
Menurut ahli bahasa, Elisa Sutan Harahap kata Merdeheka memiliki arti "orang saleh, pandai agama, diketahuinya yang akan jadi sesudah mati, sebab itu ia akan mendapat keuntungan lebih."
Berbeda dengan G. Kolff, ahli bahasa Indonesia sekaligus pekamus yang karya-karyanya menjadi acuan dala berbahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta.Â
Setelah kata Maharddikeka diserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi Merdeka dan kata itulah yang merupakan bahasa baku.
Kemudian Kata Merdeka itu dituangkan ke dalam Kamus Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka edisi tahun 1966 yang ditulisnya dengan arti Â
"bebas dari (dari penghambaan, penjajahan dsb) berdiri sendiri (tidak terikat, tidak tergantung pada sesuatu yang lain), lepas (dr tuntutan)."
Lantas siapa yang benar kalau begitu, dari mana sebetulnya akar dari kata "Merdeka" itu? Tak ada yang salah karena menurut beberapa litelatur tentang sejarah bahasa, pada dasarnya ada 3 pendekatan untuk memastikan asal muasal kata Merdeka.
Dan itu tadi pendekatan yang pertama, yang kedua, menurut sejarawan Mona Londa awal kata merdeka itu adalah "Mardjik" hal itu mengacu pada kondisi orang-orang Papang di wilayah utara Batavia yang kini disebut wilayah Papanggo Tanjung Priok Jakarta Utara yang menjadi budak  dan ditugaskan menjadi bagian dari kelompok serdadu VOC.
Nah ketika mereka dianggap telah berjasa terhadap VOC maka orang-orang Papang atas belas kasihan dari sang tuan diberi gelar Mardjik yang berarti mereka telah bebas, lepas dari perbudakan.