Agak sulit untuk mengelak bahwa pengungkapan kasus ini penuh rekayasa dan hanya sebuah sandiwara belaka. Persidangan ini hanya sebagai pelengkap dari rangkaian drama yang mempertontonkan seolah bahwa Novel Baswedan ini sudah terungkap.
Sekali lagi, ini semua memang janggal. Namun ada lagi yang lebih aneh menurut saya, ketika sebagian pihak tiba-tiba menyalahkan Jokowi, Presiden Republik Indonesia dalam kasus ini.
Meskipun sebenarnya tak mengejutkan juga karena apapun yang terjadi di muka bumi Indonesia jika menyangkut kesalahan bagi pihak tertentu, sebut saja mereka yang sedari awal berlawanan dengan Jokowi, yang disalahkan selalu Jokowi.
Bahkan kejadian yang nun jauh di luar negeri sana seperti masalah Rohingnya, Jokowi juga yang salah. Apalagi ini, yang kejadiannya di rumah sendiri.
Sebagai Presiden tak mungkin juga ia mengurus satu per satu urusan teknis seperti itu. Presiden juga tak bisa mengintervensi urusan hukum warganya, jika itu terjadi justru menyalahi aturan.
Apalagi saat ini dalam keadaan negara sedang krisis akibat Pandemi Covid-19. Dalam kasus penyiraman air keras Novel ini Jokowi sebenarnya sudah memberi atensi khusus.
Ia langsung mengecam sangat keras bahkan menyebut kejadian tersebut brutal, dan langsung memerintahkan Kapolri saat itu Jenderal Tito Karnavian segera mengusut tuntas kasus ini.
Kemudian, ketika kasus ini tak kunjung terungkap, ia mengultimatum Kapolri agar bisa segera menemukan pelaku, dengan ultimatum itu akhirnya Kapolri membentuk tim teknis khusus untuk mengungkap kasus ini.
Walaupun kemudian tak berhasil mengungkap juga, dan Kapolri berganti, Jokowi pun langsung meminta Idham Azis Kapolri pengganti Tito, untuk segera menemukan pelakunya.
"Karena itu, saya nggak kasih waktu lagi. Saya bilang secepatnya diumumkan," ucap Jokowi saat itu.
Jelas selaku Presiden Republik Indonesia ia sudah berupaya maksimal dalam mengungkap dan menghukum pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam kasus ini.