Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Deddy Cobuzier, Siti Fadillah Supari, dan Kontroversi Wawancaranya

24 Mei 2020   11:49 Diperbarui: 24 Mei 2020   11:47 2287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wawancara Deddy Cobuzier dengan nara sunber Mantan Menteri Kesehatan era kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  beberapa waktu lalu kini menjadi hangat diperbincangkan di dunia maya.

Konon kata Direktur Jenderal  Pemasyarakatan (Dirjen PAS) Kementerian Hukum dan HAM, wawancara tersebut terjadi tanpa seijin pihaknya. Wawancara yang disiarkan lewat Channel Youtube milik Deddy yang bertajuk "Siti Fadhilah, Sebuah Konspirasi-saya dikorbankan (Exclusive), isi konten wawancara tersebut banyak bercerita tentang  flu burung, virus corona, Bill Gates, hingga kasus hukum yang merundung Siti Fadhilah.

Video tersebut setelah di unggah telah ditonton oleh lebih dari 2,8 juta viewer, ironisnya ternyata wawancara yang dilakukan Deddy di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto tempat Siti dirawat tersebut tanpa sepengetahuan pihak Dirjen PAS.

Padahal Siti Fadhilah Supari tengah dalam penahanan setelah di vonis bersalah dengan hukuman 4 tahun penjara atas tuduhan Korupsi Alat Kesehatan.

"Iya, enggak ada izin sama sekali ke kami," ungkap Rika  Aprianti Juru Bicara Kemenkum HAM, Sabtu (23/5/20). Seperti yang dilansir  Kumparan.Com.

Masalah ini kini sedang dalam penyelidikan pihak Kemenkumham, siapa yang memberi izin wawancara tersebut dilakukan.

Seperti diketahui melakukan wawancara dengan terpidana siapapun itu harus atas izin Dirjen PAS Kemenkumham.

Selain masalah izin isi wawancaranya pun agak berbau kontroversial dan sangat menyentuh hingga membuat sang pewawancara, Deddy Cobuzier harus menitikan air mata.

Dalam wawancara tersebut Siti Fadhilah menyebutkan bahwa dirinya tak pernah merasa bersalah atas kasus yang kini telah membawanya mendekam dalam penjara selama 4 tahun ini.

Ia dituduh melakukan korupsi yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp. 6 miliar, yang prakteknya dilakukan oleh anak buahnya, pejabat eselon II Kementerian Kesehatan.

Dan kerugian negara tersebut telah dikembalikan oleh pejabat eselon II tersebut dan pejabat itu kemudian dibebaskan.

"Saya dituduh membantu dia, dan itu tak ada bukti dan tak ada saksi" ujar Siti dalam wawancara tersebut.

Kasus hukum Siti Fadilah Supari ini  kembali ramai menjadi perbincangan karena ada beberapa pihak yang mempolitisasi, dan yang melakukannya yah orangnya itu-itu saja.

Jika kita amati dari unggahan-unggahan di media sosial, bisa tahu lah arah politisasi itu bertujuan menyalahkan pemerintahan saat ini.

Mereka beranggapan Siti Fadhilah harus segera dibebaskan, karena Siti dianggap mampu membereskan penanganan pandemi Covid -19 yang kini tengah melanda Indonesia.

Namun anggapan ini tak serta merta bisa langsung membawa Siti dibebaskan sebelum waktunya. Karena dalam putusan Peninjauan Kembali (PK) yang dikeluarkan Mahkamah Agung, Siti Fadhilah sudah terbukti bersalah, bahkan ia telah mengembalikan kerugian negara Rp 1,3 miliar.

Jadi agak sulit juga jika ada anggapan Siti Fadhilah tak bersalah dalam kasus hukum tersebut dan ia merupakan korban politik. Tapi jika ada pihak yang mengaggap sebaliknya sih ya sah-sah saja.

Selain kasus hukum yang berimplikasi pada masalah politik tersebut. Dalam wawancara tersebut banyak bercerita tentang perjuangannya saat wabah Flu burung melanda dunia.

Siti pun mengungkapkan bagaimana dirinya melawan Organisasi Kesehatan Dunia, WHO ketika di awal fllu burung mewabah  pejabat WHO di Jakarta mengharuskan melakukan pengujian di laboratoriun milik WHO di Hongkong, padahal Indonesia pun memiliki laboratorium yang fasilitasnya sama, dan menurut dia hasilnya pun ya sama saja.

Siti kemudian menyebutkan ia membuktikan bahwa virus Flu burung tersebut tak menular antar manusia.

"Saya membuktikan virus flu burung tidak menular. Saya protes ke PBB setelah itu stop vaksin. Saya stop flu burung tidak pakai vaksin tapi pakai politik. Pada saat itu vaksinnya dijual ke Indonesia. Kalau dijual ke Indonesia mahal dan kita harus ngutang," ungkap Siti Fadilah

Ia pun menerangkan bahwa saat itu ada upaya dari WHO untuk memasukan Indonesia sebagai Redzone wabah Flu Burung, padahal kenyataannya tak seperti itu.

Kenapa itu bisa terjadi, karena konon kata dia ada upaya dari industri farmasi untuk menjual antivirus  ke berbagai negata termasuk Indonesia.

Kemudian ia pun berbicara tentang Bill Gates, seperti teori konspirasi begitulah, walaupun ia menampik itu sebuah teori konspirasi.

Hanya aneh saja katanya sebagai bukan orang yang memiliki keahlian dalam bidang epidemologi atau kedokteran ia kerap kali sangat kencang berbicara masalah virus dan pandemi.

"Ada keanehan, kok bisa pandemi terjadi kemudian ada orang yang menyatakan sudah siap vaksinnya, dia kan pebisnis," ujarnya.

Jika kita memonitor berita-berita dari media dalam dan luar negeri tak satu pun yang mengungkapkan keberadaan vaksin milik Gates tersebut.

Malah menurut Business Insider, Bill Gates menyatakan untuk mewujudkan keberadaan vaksin butuh waktu paling cepat 9 bulan hingga 3 tahun.

Memang benar beberapa kali Pendiri Microsoft ini mengungkapkan bahaya pandemi yang mungkin bisa terjadi beberapa tahun sebelum pandemi Covid-19 saat ini terjadi.

Saya sempat menyaksikan juga pidatonya dalam laman Tedtalks, dan yah Gates memperingatkan kita semua akan bahaya pandemi yang potensinya di abaikan oleh masyarakat dunia.

Namun bukan berarti ketika pandemi terjadi, hal itu merupakan hasil rancangannya. Saya pikir ia merupakan seorang visioner yang banyak memahami kondisi kesehatan masyarakat dunia, lantaran ia bersama organisasi Filantropis-nya banyak bersentuhan dengan isu ini.

Teori konspirasi ala Siti Fadhilah ini mungkin saja ada benarnya, tapi tak ada satu pun yang mampu memberikan bukti dan saksi untuk mengkonfirmasi teori tersebut.

Well, apapun yang dibicarakan Deddy Cobuzier dan Siti Fadhilah Supari itu menurut saya, bermanfaat untuk menambah insight dalam penanganan Covid-19, tapi tak perlu juga dipolitisasi apalagi sebagai upaya unyuk membebaskan dirinya dari vonis yang telah membuktikan dirinya bersalah.

Marilah kita sikapi ini dengan bijaksana, tak usah seperti mengail ikan di air yang keruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun