Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jika Konsep Herd Immunity Dilakukan di Indonesia

28 Maret 2020   20:35 Diperbarui: 30 Maret 2020   08:07 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Herd Immunity kini mulai banyak dibahas di tengah tak terkendalinya penyebaran pandemi Covid-19 di sejumlah negara.

Istilah Herd immunity pada Senin tanggal 23 Maret 2020 lalu sempat menjadi trending di beberapa media sosial dan mesin pencarian Google.

Herd Immunity atau kekebalan kelompok merupakan bentuk perlindungan tidak langsung dari penyakit menular.

Biasanya kondisi ini bisa terjadi manakala individu-individu yang memiliki kekebalan terhadap suatu infeksi secara alami tanpa vaksin, ketika jumlah individu tersebut sudah mencapai proporsi tertentu dari suatu populasi maka potensi terjadinya infeksi dipopulasi tersebut akan menurun bahkan akan terhenti secara alami.

Nah, jumlah proporsi itu menurut artikel Paul Fine dari London School of Hygiene and Tropical Medicine tergantung dari reproduksi dasar dari virus tersebut.

Sebagai contoh untuk virus yang menyebabkan penyakit difteri, seorang yang terinfeksi virus tersebut mampu menyebarkan kepada 6-7 orang lain, makanya nilai Reproduksi dasar difteri 6-7.

Makanya Threshold Herd Immunity pada virus Difteria sebesar 85 persen dari populasi. Semakin tinggi angka reproduksi dasar semakin tinggi pula angka threshold Herd Immunity-nya dan semakin tinggi juga derajat keganasan virus tersebut.

Akurat.co
Akurat.co
Terdapat dua cara untuk memperoleh kondisi herd immunity.

Pertama, jika antivirusnya sudah ditemukan maka caranya dengan menyuntikan vaksin untuk menangkal virus tersebut. Nah jumlah orang yang disuntik vaksin itu dihitung berdasarkan reproduksi dasar tadi. Agar virus tersebut tak menjangkiti  populasi satu wilayah tertentu.

Kedua, jika antivirusnya belum ditemukan maka herd Immunity akan terjadi secara alami. Hal ini bisa terjadi apabila dalam suatu populasi sudah banyak orang terpapar oleh virus, maka individu dalam populasi tersebut akan memiliki kekebalan yang baik secara alami dan dapat menangkal papara virus tersebut.

Dalam kasus pandemi Covid-19, karena antivirus dan obatnya belum ditemukan maka herd immunity secara alami lah yang bisa dilakukan.

Artinya dengan membiarkan virus SARS NCov-2 menjangkiti sebanyak mungkin orang dalam beberapa kawasan hingga mencukupi treshold herd immunity, dan akhirnya seluruh populasi akan memiliki imunitas.

Hal ini pernah terjadi saat pandemi flu Spanyol pada tahun 1918, yang saat itup menimbulkan korban jiwa hingga 33 juta orang.

Menurut ahli Epidemologi dari Harvard University Mark Lipstich virus corona diperkirakan memiliki reproduksi dasar 2-2,5, artinnya 1 orang terinfeksi bisa menularkan terhadap 2 orang.

Sehingga berdasarkan perhitungan matematis dibutuhkan 60-70 persen orang agar kekebalan komunitas bisa terjadi secara alami.

Herd Immnunity ini memang bisa dilakukan untuk.menghentikan penyebaran virus corona, namun cara itu biadab dan tak manusiawi, karena harus membiarkan masyarakat terekspose agar terpapar Covid-19.

Entah karena frustasi dengan penyebaran Covid-19 yang sangat cepat dan masif, beberapa politisi di Eropa sempat memunculkan wacana Herd Immunity.

Nah, terkait hal tersebut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) melakukan kajian terhadap konsep Herd Immunity.

Hasil kajiannya menyatakan bahwa Herd Immunity tidak layak dilakukan di Indonesia, dan Pemerintah harus menolak keras konsep ini.

Karena menurut kajian PAPDI, seperti yang diungkapkan oleh Dr Dirga Sakti Rambe salah satu pengurus PAPDI lewat akun Twitternya @Dirgarambe .

Jika Herd immunity dilakukan di Indonesia maka akan ada korban jiwa sebanyak 5 juta jiwa. Hitungan tersebut berdasarkan asumsi untuk.mencapai herd immunity dibutuhkan 70 persen artinya yang harus terinfeksi adalah 70 persen dari 267 juta orang, yakni sebesar 189,7 juta jiwa.

"Biasanya Pandemi itu multiple waves anggaplah 1/3 kasus terjadi pada first wave 63 juta jiwa,"tulisnya seperti yang saya kutip dari akun twitternya.

Dengan angka tersebut, jika diasumsikan fatality ratenya 8 persen maka 5 juta jiwa yang akan jadi korban.

Angka tersebut berarti akan menghilangkan 1 generasi dan kematian massal.

Semoga konsep herd immunity tak terpikirkan oleh siapapun, kecuali antivirusnya sudah ditemukan. Lebih baik kita tetap di rumah, lakukan physical distancing. Jaga imunitas dan kebersihan diri, agar rantai penyebaran Covid-19 terputus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun