Mohon tunggu...
Ferry Irawan suyitno
Ferry Irawan suyitno Mohon Tunggu... rakyat biasaa

penikmat kopi, rokok kretek, buku, senja dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

menghidupkan kembali budaya membacakan "DONGENG SEBELUM TIDUR" kepada anak

18 Maret 2025   01:22 Diperbarui: 18 Maret 2025   01:18 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seorang ibu yang sedang membacakan dongeng kepada anaknya, sumber photo : whatsaap Meta AI 

ADA sebuah budaya yang menjadi pengantar bagi anak menuju mimpi indahnya, budaya tersebut adalah mendengarkan cerita dongeng. yang biasanya di bacakan oleh ibunya, dan lebih dikenal dengan istilah "membacakan dongeng sebelum tidur". 

bahkan karena budaya tersebut ada ungkapan yang mengatakan bahwa "orang indonesia lebih suka mendengarkan, daripada membaca", pada hal ini baik membaca ataupun mendengarkan sebetulnya mempunyai kelebihan dan kekurangan nya masing-masing.

kelebihan membaca  terletak pada kemampuan dalam meningkatkan kosakata, kemampuan memahami dan menganalisis informasi , menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dibalik kelebihan membaca terdapat juga kekuranganya, antara lain: memerlukan waktu dan konsentrasi yang cukup, dimana akan membuat otak dan mata menjadi lelah, serta harus menguasai kemampuan membaca yang baik, hal inilah yang terkadang juga menjadi alasan kenapa kita malas untuk membaca, dan lebih memilih untuk mendengarkan atau menyimak, karena lebih santai, lebih mudah dipahami, dan lebih fleksibel, walaupun pada kenyataanya disaat kita mendengarkan pun harus memerlukan kemampuan menyimak yang baik agar apa yang diceritakan bisa dipahami dan dimengerti dengan mudah, dan itu juga memerlukan konsentrasi juga serta dapat membuat ketidaknyamanan pada telinga dan otak yang menjadi lelah.

dengan demikian, baik membaca ataupun mendengarkan memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-masing, pilihan antara keduanya tergantung pada preferensi pribadi , tujuan , dan situasi.

melihat situasi era sekarang dimana tekhnologi yang kian maju dan berkembang, dimana segala bentuk informasi dapat di akses dengan mudah, nampaknya juga memengaruhi hilangnya budaya membacakan dongeng kepada anak, kecenderungan para orang tua sekarang lebih memilih untuk memberikan gadget atau handphone untuk menjadi teman bermain bagi anaknya juga sebagai media hiburan kepada anaknya sampai ia tertidur. hal ini sangat disayangkan tentunya karena bagaimanapun juga apabila kita sebagai orang tua tidak memperhatikan dengan baik dan teliti terhadap gadget atau hp yang sedang dimainkan oleh anak kita, tentunya akan memberikan dampak atau pengaruh yang negatif terhadap perkembangan anak tersebut, untuk itu kita sebagai orang tua harus lebih bijak lagi dalam memberikan pengetahuan tekhnologi terhadap anak,.

dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan, selanjutnya dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran , berisikan pelajaran moral, atau bahkan sindiran. dongeng biasanya mempunyai kalimat pembuka dan penutup yang bersipat klise, CONTOH : (PADA SUATU WAKTU HIDUP SEORANG) itu biasanya ada pada kalimat pembuka dan diakhiri dengan kalimat penutup (DAN MEREKA PADA AKHIRNYA HIDUP BAHAGIA UNTUK SELAMA LAMANYA). 

dongeng terbagi pada beberapa jenis, diantaranya adalah : 

A. DONGENG BINATANG, adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan dan binatang liar, dan di indonesia sendiri dongeng binatang yang paling populer adalah "sang kancil"

B. DONGENG BIASA , adalah dongeng yang ditokohi oleh manusia, dan biasanya adalah kisah suka dan duka seseorang. contohnya adalah dongeng cinderella yang sudah sangat populer di dunia

C. LELUCON DAN ANEKDOT, adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa mengelikan hati. sehingga menimbulkan ketawa bagi yang mendengarnya atau yang sedang menceritakanya. walaupun demikian bagi kolektif atau tokoh tertentu, yang menjadi sasaran dongeng itu, dapat menimbulkan rasa sakit hati.

perbedaan dari lelucon dan anekdot adalah, jika anekdot menyangkut kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh, yang benar-benar ada , maka lelucon menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif, seperti suku bangsa, golongan bangsa, dan ras. anekdot dapat dianggap sebagai bagian dari "riwayat hidup" fiktif pribadi tertentu, sedangkan lelucon dapat dianggap sebagai "sifat atau tabiat" fiktif anggota suatu kolektip tertentu.

mulai hilangnya budaya membacakan dongeng kepada anak, sebetulnya adalah hal yang sangat disayangkan tentunya, karena melihat kelebihan-kelebihan yang bisa didapatkan oleh anak ketika kita membacakan dongeng untuknya, dimana dapat membangun hubungan yang lebih dekat antara ibu dan anak, serta meningkatkan keterampilan bagi anak, dan mampu meningkatkan kecintaan anak terhadap membaca, serta dapat mengajarkan nilai-nilai moral pada anak. 

untuk itu marilah kita budayakan kembali, membacakan dongeng kepada anak . khususnya dengan mengajarkan nilai-nilai moral yang terkandung pada isi cerita tesebut. dan jangan jadikan alasan kesibukan menjadi faktor utama untuk tidak melakukanya, karena sebetulnya membacakan dongeng kepada anak tidak harus juga hanya diwaktu malam ketika anak mau tidur, itu bisa dilakukan di waktu kapanpun dan dimanapun disesuaikan dengan waktu luang kita sebagai orang tua. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun